Empat Puluh Sembilan Buku, Satu Perhitungan

Empat Puluh Sembilan Buku, Satu Perhitungan

Gavin

5.0
Komentar
15
Penayangan
8
Bab

Suamiku, Baskara, punya sebuah pola. Dia akan berselingkuh, aku akan mengetahuinya, dan sebuah buku langka akan muncul di rakku. Empat puluh sembilan pengkhianatan, empat puluh sembilan permintaan maaf yang mahal. Ini adalah sebuah transaksi: kebungkamanku ditukar dengan sebuah benda yang indah. Tapi pengkhianatan yang keempat puluh sembilan adalah puncaknya. Dia melewatkan upacara penghargaan ayaku yang sedang sekarat-sebuah janji yang dia buat sambil memegang tangan ayah-demi membeli sebuah apartemen untuk kekasih masa SMA-nya, Jelita. Kebohongan itu begitu enteng, begitu biasa, hingga rasanya lebih menghancurkanku daripada perselingkuhan itu sendiri. Lalu dia membawa perempuan itu ke taman kenangan ibuku. Dia hanya berdiri di sana sementara perempuan itu mencoba mendirikan sebuah monumen untuk kucingnya yang sudah mati, tepat di sebelah bangku ibuku. Ketika aku mengonfrontasi mereka, dia punya nyali untuk memintaku menunjukkan belas kasihan. "Tunjukkanlah sedikit belas kasihan," katanya. Belas kasihan untuk perempuan yang menodai kenangan ibuku. Belas kasihan untuk perempuan yang telah dia ceritakan tentang keguguranku, sebuah duka suci yang dia bagikan seolah-olah itu adalah rahasia kotor. Saat itulah aku sadar, ini bukan lagi sekadar soal patah hati. Ini tentang membongkar kebohongan yang telah kubantu dia bangun. Malam itu, saat dia tidur, aku memasang alat penyadap di ponselnya. Aku seorang ahli strategi politik. Aku sudah menghancurkan karier orang dengan modal yang jauh lebih sedikit. Buku kelima puluh tidak akan menjadi permintaan maafnya. Buku itu akan menjadi pernyataan penutupku.

Bab 1

Suamiku, Baskara, punya sebuah pola. Dia akan berselingkuh, aku akan mengetahuinya, dan sebuah buku langka akan muncul di rakku. Empat puluh sembilan pengkhianatan, empat puluh sembilan permintaan maaf yang mahal. Ini adalah sebuah transaksi: kebungkamanku ditukar dengan sebuah benda yang indah.

Tapi pengkhianatan yang keempat puluh sembilan adalah puncaknya. Dia melewatkan upacara penghargaan ayaku yang sedang sekarat-sebuah janji yang dia buat sambil memegang tangan ayah-demi membeli sebuah apartemen untuk kekasih masa SMA-nya, Jelita.

Kebohongan itu begitu enteng, begitu biasa, hingga rasanya lebih menghancurkanku daripada perselingkuhan itu sendiri.

Lalu dia membawa perempuan itu ke taman kenangan ibuku. Dia hanya berdiri di sana sementara perempuan itu mencoba mendirikan sebuah monumen untuk kucingnya yang sudah mati, tepat di sebelah bangku ibuku.

Ketika aku mengonfrontasi mereka, dia punya nyali untuk memintaku menunjukkan belas kasihan.

"Tunjukkanlah sedikit belas kasihan," katanya.

Belas kasihan untuk perempuan yang menodai kenangan ibuku. Belas kasihan untuk perempuan yang telah dia ceritakan tentang keguguranku, sebuah duka suci yang dia bagikan seolah-olah itu adalah rahasia kotor.

Saat itulah aku sadar, ini bukan lagi sekadar soal patah hati. Ini tentang membongkar kebohongan yang telah kubantu dia bangun.

Malam itu, saat dia tidur, aku memasang alat penyadap di ponselnya. Aku seorang ahli strategi politik. Aku sudah menghancurkan karier orang dengan modal yang jauh lebih sedikit. Buku kelima puluh tidak akan menjadi permintaan maafnya. Buku itu akan menjadi pernyataan penutupku.

Bab 1

Hal pertama yang kulakukan setibanya di rumah adalah menuang segelas besar anggur merah untuk diriku sendiri. Aku berjalan melewati ruang tamu, mengabaikan tumpukan materi kampanye di meja makan, dan langsung menuju ruang kerjaku. Aku membuka kunci lemari kaca dan dengan hati-hati meletakkan buku itu di rak yang kosong.

Itu adalah edisi pertama *Bumi Manusia* karya Pramoedya Ananta Toer. Indah, langka, dan luar biasa mahal.

Itu adalah buku keempat puluh sembilan yang diberikan Baskara padaku. Empat puluh sembilan permintaan maaf untuk empat puluh sembilan pengkhianatan.

Dia masuk tepat saat aku hendak menutup lemari.

"Anjani, kamu sudah pulang," katanya, suaranya lembut dan menawan, suara yang sama yang memenangkan suara untuknya.

Dia mendekat dari belakang, melingkarkan lengannya di pinggangku. Aku menegang. Sentuhannya terasa seperti kebohongan.

"Kamu melewatkannya," kataku, suaraku datar.

Aku sedang membicarakan upacara Penghargaan Pengabdian Seumur Hidup untuk ayahku. Upacara yang Baskara bersumpah tidak akan dia lewatkan demi apa pun di dunia ini. Dia telah berjanji pada ayahku, memegang tangannya, dan menatap matanya.

Ayahku sedang sakit parah. Janji itu berarti segalanya.

"Aku tahu, Sayang, aku minta maaf sekali," kata Baskara, menyandarkan dagunya di bahuku. "Ada pertemuan mendadak dengan donatur. Benar-benar darurat. Kamu tahu kan bagaimana keadaannya."

Aku tahu persis bagaimana keadaannya. Temanku, seorang agen properti, baru saja meneleponku satu jam yang lalu. Dia baru saja menyelesaikan transaksi sebuah apartemen mewah di kawasan Kuningan. Pembelinya adalah Baskara Wijoyo. Dia membayar tunai. Sertifikatnya atas nama Jelita Permata.

Jelita Permata. Kekasih masa SMA-nya. Hantu yang tidak pernah benar-benar pergi dari pernikahan kami.

Kebohongan itu begitu enteng, begitu mudah baginya. Rasanya lebih menghantamku daripada perselingkuhan itu sendiri. Dia telah membiarkan ayahku yang sedang sekarat menunggunya, semua demi membeli sarang cinta untuk perempuan lain.

Selama bertahun-tahun, inilah polanya. Dia akan berselingkuh, aku akan mengetahuinya, dan sebuah buku langka akan muncul. Permintaan maaf yang sunyi dan mahal yang diharapkan akan kuterima. Itu adalah sebuah transaksi. Kebungkamanku ditukar dengan sebuah benda yang indah.

Aku telah memutuskan bahwa buku kelima puluh akan menjadi yang terakhir. Akhir dari kami. Tapi berdiri di sana, dengan beban kebohongannya yang menekanku, aku tahu aku tidak bisa menunggu. Pengkhianatan ini, yang menyakiti ayahku, adalah batas kesabaranku.

"Buku yang indah, ya kan?" bisiknya, napasnya hangat di leherku. Dia pikir, seperti biasa, bahwa hadiah itu telah memperbaiki segalanya.

"Ya," kataku, berbalik menghadapnya. Aku memaksakan seulas senyum tipis. "Sangat indah."

Aku butuh bukti. Aku perlu melihat seluruh kebenaran yang busuk itu sebelum aku membakar semuanya hingga menjadi abu.

Malamnya, saat dia sedang mandi, aku mengambil ponselnya. Tanganku gemetar, tapi pikiranku jernih. Aku seorang ahli strategi politik. Aku sudah menghancurkan karier orang dengan informasi yang jauh lebih sedikit dari ini. Memasang aplikasi penyadap sederhana adalah permainan anak-anak.

Hanya butuh kurang dari dua menit. Aku meletakkan kembali ponsel itu di meja samping tempat tidur tepat saat suara air berhenti.

Dia keluar dari kamar mandi, handuk melilit pinggangnya, tersenyum dengan senyum kandidat yang sempurna itu.

"Aku akan menebus kesalahanku padamu dan ayahmu, aku janji," katanya.

Dia mencondongkan tubuh untuk menciumku, tapi aku sedikit memalingkan wajah, sehingga bibirnya mendarat di pipiku.

"Aku hanya lelah," kataku.

Dia menerimanya dengan mudah, terlalu sibuk dengan dirinya sendiri untuk menyadari dinginnya tatapanku.

Satu jam kemudian, saat dia mendengkur pelan di sampingku, ponselnya bergetar di meja. Notifikasi pesan menerangi layar. Di ponselku sendiri, aplikasi itu langsung mencerminkannya.

Jelita: Mikirin kamu. Nggak sabar buat 'meresmikan' tempat baru kita.

Aku memandangnya tidur, pria yang telah kubangun hidup bersamanya, orang asing ini.

Aku membuka profil Instagram publiknya. Ada postingan baru dari dua jam yang lalu. Sebuah foto kunci dengan gantungan kunci besar berbentuk hati yang norak di atas meja marmer.

Keterangannya berbunyi: Awal yang baru. Dia tahu jalan menuju hatiku.

Baskara menyukai postingan itu. Dia bahkan berkomentar dengan satu emoji hati merah. Dia melewati puluhan foto diriku di halaman kampanyenya sendiri, foto-foto kami tersenyum, pasangan politisi yang sempurna, hanya untuk menyukai foto kunci apartemen yang dia beli untuk selingkuhannya.

Lalu pesan lain dari Jelita masuk.

Jelita: Besok? Jam yang sama?

Ponsel Baskara bergetar lagi. Dia bergerak dalam tidurnya tetapi tidak bangun. Aku menahan napas. Balasan yang kulihat di layarku adalah pesan terjadwal yang pasti sudah dia atur sebelum tertidur.

Baskara: Nggak sabar. Aku akan bilang ke Anjani ada rapat anggaran.

Kebohongan itu sudah disiapkan. Tanpa usaha.

Aku berbaring dalam kegelapan, layar ponselku memancarkan cahaya pucat di wajahku. Ahli strategi di kepalaku sudah mulai bekerja, memetakan langkah-langkahnya. Ini bukan lagi sekadar soal patah hati. Ini tentang membongkar sebuah kebohongan. Kebohonganku. Kehidupan yang telah kubantu dia bangun.

Buku kelima puluh satu tidak akan menjadi hadiah. Itu akan menjadi pernyataan penutupku.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gavin

Selebihnya
Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

xuanhuan

5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Romantis

5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Miliarder

5.0

Perusahaanku, CiptaKarya, adalah mahakarya dalam hidupku. Kubangun dari nol bersama kekasihku, Baskara, selama sepuluh tahun. Kami adalah cinta sejak zaman kuliah, pasangan emas yang dikagumi semua orang. Dan kesepakatan terbesar kami, kontrak senilai 800 miliar Rupiah dengan Nusantara Capital, akhirnya akan segera terwujud. Lalu, gelombang mual yang hebat tiba-tiba menghantamku. Aku pingsan, dan saat sadar, aku sudah berada di rumah sakit. Ketika aku kembali ke kantor, kartu aksesku ditolak. Semua aksesku dicabut. Fotoku, yang dicoret dengan tanda 'X' tebal, teronggok di tempat sampah. Saskia Putri, seorang anak magang yang direkrut Baskara, duduk di mejaku, berlagak seperti Direktur Operasional yang baru. Dengan suara lantang, dia mengumumkan bahwa "personel yang tidak berkepentingan" dilarang mendekat, sambil menatap lurus ke arahku. Baskara, pria yang pernah menjanjikanku seluruh dunia, hanya berdiri di sampingnya, wajahnya dingin dan acuh tak acuh. Dia mengabaikan kehamilanku, menyebutnya sebagai gangguan, dan memaksaku mengambil cuti wajib. Aku melihat sebatang lipstik merah menyala milik Saskia di meja Baskara, warna yang sama dengan yang kulihat di kerah kemejanya. Kepingan-kepingan teka-teki itu akhirnya menyatu: malam-malam yang larut, "makan malam bisnis", obsesinya yang tiba-tiba pada ponselnya—semua itu bohong. Mereka telah merencanakan ini selama berbulan-bulan. Pria yang kucintai telah lenyap, digantikan oleh orang asing. Tapi aku tidak akan membiarkan mereka mengambil segalanya dariku. Aku berkata pada Baskara bahwa aku akan pergi, tetapi tidak tanpa bagianku sepenuhnya dari perusahaan, yang dinilai berdasarkan harga pasca-pendanaan dari Nusantara Capital. Aku juga mengingatkannya bahwa algoritma inti, yang menjadi alasan Nusantara Capital berinvestasi, dipatenkan atas namaku seorang. Aku melangkah keluar, mengeluarkan ponselku untuk menelepon satu-satunya orang yang tidak pernah kusangka akan kuhubungi: Revan Adriansyah, saingan terberatku.

Buku serupa

Gairah Liar Perselingkuhan

Gairah Liar Perselingkuhan

kodav
5.0

Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku