Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Apakah ini pertama kalinya bagimu?"
Napas pria itu menyapu telinga Rossa Bramantia, membuat tulang punggungnya merinding, tetapi dia tidak berani membuka matanya.
"Santailah. Aku tidak akan menyakitimu," ucap pria itu dengan suara serak.
Sebelum Rossa bisa menjawab, pria itu mencubit dagunya dan menciumnya dengan paksa.
Sakit!
Rasa sakit yang merobek membuat pikirannya kosong sejenak.
Setelah tengah malam, pria itu melepaskannya dan pergi ke kamar mandi. Begitu dia pergi, Rossa menyeret tubuhnya yang pegal linu turun dari ranjang, mengenakan pakaiannya, dan berjalan keluar dari kamar.
Tiba-tiba, suara ponselnya yang berdering menembus kesunyian malam.
Rossa melihat ponselnya, dan matanya melebar panik saat itu juga. Tanpa membuang waktu, dia bergegas ke rumah sakit.
Merasa tak berdaya dan sedih, Rossa memohon pada dokter di sela isak tangisnya, "Tolong ... tolong selamatkan ibu dan adik laki-lakiku ...." Rossa menandatangani namanya di sebuah dokumen, dan menyerahkannya pada sang dokter dengan tangan yang gemetar.
Dokter itu menatapnya dan menghela napas. "Tidak ada yang bisa kami lakukan untuk menyelamatkan adikmu. Dia telah meninggal semalam. Aku turut berduka cita!"
Kata-kata dokter itu menghantamnya seperti petir di siang bolong. Karena begitu terkejut, kepala Rossa tiba-tiba berputar sangat hebat.
Lututnya kehilangan kekuatan, dan dia ambruk di lantai.
Delapan tahun yang lalu, ketika dia berusia sepuluh tahun, ayahnya yang berselingkuh mengirim dia dan ibunya yang sedang hamil ke luar negeri untuk mencampakkan mereka di sana. Keduanya tidak punya pilihan selain berjuang sendiri untuk bertahan hidup di tanah asing.
Kemudian, adik laki-lakinya lahir, tetapi ketika anak itu berusia tiga tahun, dia didiagnosis menderita autisme. Dia dan ibunya bekerja paruh waktu di mana-mana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi kecelakaan mobil yang tiba-tiba membuat situasi mereka semakin buruk.
Tidak sanggup menahan penderitaan yang begitu berat, Rossa kehilangan kesadaran.
"Nona? Nona! Perawat! Siapkan penyelamatan darurat ...."
Sebulan kemudian.
Membawa sekantong makanan, Rossa melihat ke angka-angka yang dilewati ketika lift naik ke lantai yang ditujunya.
Dia menghela napas. Kondisi ibunya membaik setelah mendapatkan perawatan. Namun, ketika beliau mendengar bahwa putranya tidak berhasil diselamatkan, wanita itu menjadi depresi dan kehilangan banyak berat badan.
Ting!
Rossa menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan ke pintu bangsal ibunya. Sebelum masuk, dia mendengar seseorang berbicara di dalam.
"Jelita, kamu dan Nyonya Wahid adalah teman baik. Kalian sudah setuju untuk menikahkan anak kalian berdua. Jadi, putrimu-lah yang seharusnya menikah dengan Keluarga Wahid ...."
"Apa maksudmu, Peter Bramantia?!" Jelita Maharani memelototi pria yang berdiri di kaki ranjang rumah sakit.
Pria itu adalah orang yang telah mencampakkan dirinya ketika dia sedang hamil dan putri mereka di tempat asing. Selama delapan tahun, dia tidak pernah memeriksa keadaan mereka sekali pun. Begitu dia muncul di hadapan mereka, dia berani meminta Rossa untuk menikah dengan seorang pria yang tak dikenalnya!