/0/3257/coverorgin.jpg?v=12afa457ff62df737a2c10b05176e1c2&imageMogr2/format/webp)
"Aisyah bangun sayang!" teriak Adiba Bunda Aisyah yang melihat putrinya itu masih tertidur pulas dengan selimut tebal yang menutupinya.
"Ah Bunda, aku masih ngantuk," gerutu Aisyah sambil membalikan tubuhnya.
"Ayo bangung mandi dulu nanti kita sarapan, Ayahmu sudah menunggu di ruang makan," ujar Adiba dengan menarik selimut yang menutupi tubuh anaknya itu.
Aisyah menggeram, "Nanti aku mandi Bun, tunggu lima menit lagi ini cuacanya dingin banget."
Adiba hanya menggelengkan kepalanya mendengar ocehan anaknya, "Kalau nunggu dingin kapan mau mandinya? Mau siang hah?"
Aisyah membalikan tubuhnya yang masih nyaman berada di atas kasur dia membuka matanya dan menatap Bundanya, "Ah Bunda aku masih ingin tidur," lirihnya.
"Ayoo bangun! masa anak gadis bangunnya siang," tukas Bundanya.
Aisyah menggeliat dengan enaknya lalu mengulurkan tangannya, "Iya Bunda, Bangunin!"
Setelah Aisyah bangun dan beranjak ke kamar mandi Adiba pun berlalu untuk turun ke bawah.
"Bunda tunggu di bawah ya kamu jangan lama-lama mandinya!" pinta Adiba sebelum berlalu pergi meninggalkan kamar Aisyah.
Aisyah Salsabila merupakan anak kedua dari dua bersaudara dia terlahir dari orangtua yang selalu mementingkan pendidikan dan taat dalam beribadah, kakaknya bernama Katya Salsabila yang kini sedang melanjutkan studynya di Kairo Mesir Ayahnyalah yang memintanya untuk melanjutkan sekolah di sana dan setiap keputusan Ayah tidak akan ada yang bisa menolaknya, Katya memang anak yang pintar dan selalu juara di sekolahnya hal itu menjadi cerminan untuk Aisyah agar bisa menjadi seperti kakaknya.
Air terasa seperti air es saja membuat Aisyah takut untuk menyentuh air di bak mandi untung saja hari ini dia libur sekolah membuatnya merasa beruntung tidak akan berjalan menembus jalanan yang cuacanya dingin seperti ini.
"Huhf kenapa hari ini dingin sekali ya?" gumam Aisyah setelah selesai mandi.
Dengan cepat Aisyah memakai pakaiannya untuk segera turun menemui kedua orangtuanya yang sudah menunggunya di ruang makan.
"Pagi Ayah Bunda," sapa Aisyah saat melihat Ayah dan Bundanya makan.
Ayahnya hanya tersenyum, "Kebiasaan banget kalau hari libur pasti bangunnya siang," omel Ayahnya.
Aisyah mengakui kesalahannya itu dan memang benar saja alasannya ya malas mandi karena dingin.
"Ya sudah ayo buruan makan!" sergah Adiba sambil menuangkan nasi ke piring dan memberikannya kepada Aisyah.
"Ayah mau pergi ada rapat di kantor hari ini," ujar Ayahnya yang selalu memberi tahu kemana dia akan pergi.
Aisyah menatap Ayahnya yang memang sedang berpakaian rapi dengan dasi yang melekat di keranya. "Ayah Aisyah juga boleh main?" tanyanya meminta izin.
Adiba menoleh menatap putrinya itu dengan kerutan di keningnya Aisyah hanya tersenyum kelu sambil menunggu jawaban dari Ayahnya.
"Memangnya mau pergi kemana hah?"
"Aisyah sudah ada janji akan pergi ke rumah Fatimah soalnya ada tugas kelompok kemarin," jelas Aisyah yang sebenarnya tidak ingin pergi kemana-mana, hanya saja teman-temannya ingin mengerjakan tugasnya di rumah Fatimah bukan di rumahnya dengan alasan rumah Fatimah lebih dekat dengan rumah yang lainnya.
Ayah masih diam sambil melahap sarapannya, "Sudah jam tujuh Ayah harus berangkat dulu ya!"
"Ayahhh!" gerutu Aisyah karena permintaan izinnya belum dijawab oleh Ayahnya.
"Mobil sudah siap tuan Haris," ujar Pak Ujang supir pribadi di rumah ini. Haris nama Ayahnya Aisyah.
Aisyah menatap Bundanya dengan nelangsa, "Ayah, aku pergi dibolehin ya! Nanti kalau aku gak pergi gak akan dapet nilai," tukas Aisyah dengan kesal.
Haris menatap Aisyah sambil berpikir sesuatu, "Pak Ujang antar Aisyah ke rumah temannya saja biar saya pergi naik mobil sendiri," pinta Haris dengan keputusannya.
"Ayah," gumam Adiba sembari bangkit dari duduknya.
"Bundaa!" rengek Aisyah yang memang tidak ingin jika dia pergi selalu diantar jemput oleh supir.
"Ini yang terbaik buat kamu jika tidak mau ya sudah tidak usah pergi!" tukas Ayahnya sambil beranjak pergi.
Adiba membawakan tas kerja dan mengikuti suaminya ke depan rumah sedangkan Aisyah kembali terduduk sambil menyantap buah pir yang ada di atas meja makan.
"Kapan mau pergi Non?" tanya Pak Ujang sambil menunduk patuh.
Aisyah masih merasa kesal dan berpikir jika dia tidak pergi maka dia bisa kena omel teman kelompoknya dan tentu nilainya akan dikurangi Aisyah merasa bingung.
/0/4997/coverorgin.jpg?v=dfb6a6ab73d9735fb193b70174df5b2f&imageMogr2/format/webp)
/0/17957/coverorgin.jpg?v=368c61d9274a8a54da1a3732e4636293&imageMogr2/format/webp)
/0/6814/coverorgin.jpg?v=ca30bb084dd1ab9e34fd197609c8c976&imageMogr2/format/webp)
/0/16504/coverorgin.jpg?v=bd9d37af502bb0d52f00671a544d6e16&imageMogr2/format/webp)
/0/5308/coverorgin.jpg?v=64a8e7b9ce3a4e1e58facea7f2edddb5&imageMogr2/format/webp)
/0/2551/coverorgin.jpg?v=800b663abaa3cb1417e3481b9de31f03&imageMogr2/format/webp)
/0/5813/coverorgin.jpg?v=625dbb84355f052f6991bc33e1740359&imageMogr2/format/webp)
/0/5959/coverorgin.jpg?v=543782c8ea248f792ca58290f3555fb4&imageMogr2/format/webp)
/0/16286/coverorgin.jpg?v=50b3e3f6bff299b91fb512578e017c81&imageMogr2/format/webp)
/0/16233/coverorgin.jpg?v=6646abcb187027bfce9a2b55dd0fcb1e&imageMogr2/format/webp)