Di acara gala Konservatorium Musik Cipta Kencana yang megah, aku, Anindya Larasati, seorang pemain biola penerima beasiswa, akhirnya merasa memiliki tempat. Terlebih lagi, di sisiku ada Bima Wiratama, kekasihku yang tampan dan berkuasa, salah satu anggota dewan wali amanat termuda.
Namun kemudian, layar raksasa yang seharusnya menampilkan nama-nama donatur, tiba-tiba menyala. Menayangkan sebuah video yang sangat pribadi—sebuah adegan di kamar tidur—untuk disaksikan oleh seluruh elite Jakarta. Momen paling memalukanku dibajak untuk konsumsi publik.
Saat pekikan kaget berubah menjadi bisikan kejam dan tawa mengejek, duniaku hancur berkeping-keping. Bima, yang seharusnya menjadi sandaranku, lenyap tanpa jejak. Beberapa saat kemudian, aku menemukannya, sedang tertawa puas bersama Safira, kakak tiriku. Dia mengakui bahwa seluruh hubungan kami hanyalah "permainan kecil yang lucu" untuk merancang kehancuranku.
Dikhianati oleh pria yang kucintai, digiring seperti binatang, aku kemudian diseret ke sebuah gang gelap oleh teman-temannya. Aku mengalami siksaan yang tak terbayangkan: air cabai membakar tenggorokanku, kilatan kamera mengabadikan ketakutanku, dan sebuah besi panas membekaskan luka di bahuku. Semua demi hiburan publik, atas restu Bima yang kemudian, dengan dingin, memerintahkan para penculik untuk "membereskanku".
Mengapa dia, pria yang pernah membelaku, merancang kekejaman yang begitu mengerikan? Meninggalkanku hancur dan ditandai, bahkan menginginkan aku musnah. Rahasia kelam apa yang mendorong pembalasan dendam yang bengis ini, dan bisakah aku lolos dari obsesinya yang menakutkan?
Pengkhianatan yang brutal dan menyakitkan ini mengubahku. Aku tidak akan hanya bertahan hidup. Aku akan menghilang dari dunianya, dengan caraku sendiri. Membalikkan punggung dari kehancuran yang dia ciptakan untuk menempa masa depan di mana aku, Anindya, akhirnya akan bebas.
Bab 1
Udara di aula megah Konservatorium Musik Cipta Kencana terasa pekat, campuran antara parfum mahal, alunan samar orkestra yang sedang bersiap, dan gumaman pelan para elite Jakarta.
Anindya Larasati memeluk erat kotak biolanya, kulitnya yang usang tampak kontras dengan gaun-gaun berkilauan dan tuksedo tajam di sekelilingnya.
Ini adalah malam penggalangan dana tahunan, sebuah malam yang seharusnya merayakan musik, tetapi bagi Anindya, malam ini lebih banyak merayakan uang dan koneksi yang tidak ia miliki.
Statusnya sebagai mahasiswi beasiswa terasa seperti sebuah cap yang membuatnya berbeda.
Namun, Bima Wiratama adalah sandarannya. Dia berdiri di sampingnya, tangannya bersandar ringan di punggungnya, sebuah gestur kepemilikan yang terasa begitu wajar.
Dia adalah anggota dewan wali amanat, muda, berkuasa, dari keluarga yang namanya terukir di gedung-gedung. Dan entah bagaimana, dia adalah miliknya. Setidaknya, begitu yang ia yakini.
"Tenang saja," bisik Bima, suaranya selembut sampanye yang mengalir bebas. "Tempatmu memang di sini, Anya."
Anindya tersenyum kecil, ingin sekali memercayainya. Tapi kemudian ia melihat kakak tirinya, Safira Adiwangsa, melenggang di antara kerumunan.
Safira, seorang pianis yang bakatnya hanya bisa disaingi oleh popularitas dan kebenciannya pada Anindya. Mata mereka bertemu, dan bibir Safira sedikit melengkung sebelum ia berpaling, sebuah penolakan tanpa kata yang terasa menyakitkan.
Ayah tiri Anindya, Ardi Adiwangsa, ayah Safira, tersenyum bangga pada putrinya, tidak menyadari atau tidak peduli pada ketegangan itu. Dia selalu memprioritaskan citra sempurna keluarga.
Tiba-tiba, lampu meredup. Suasana menjadi hening. Layar raksasa di atas panggung, yang seharusnya menampilkan ucapan terima kasih kepada donatur, berkedip lalu menyala.
Bukan dengan nama, tetapi dengan video pribadi yang buram.
Napas Anindya tercekat. Itu dirinya. Momen intim, adegan di kamar tidur. Audionya samar, tetapi visualnya tidak dapat disangkal. Dan pria itu, meskipun hanya siluet tapi postur tubuhnya familier, jelas dimaksudkan sebagai Bima.
Pekikan kaget serentak menggema di seluruh aula. Layar ponsel menyala, merekam layar besar itu, merekam wajah Anindya yang pucat pasi. Kotak biolanya terlepas dari jari-jarinya yang kaku, berdebam di lantai marmer yang mengilap. Suara itu memekakkan telinga di tengah keheningan yang tiba-tiba mencekam.
Lalu bisikan-bisikan itu dimulai, licik dan kejam.
"Itu... Anindya Larasati, kan?"
"Gadis beasiswa itu?"
"Dengan Bima Wiratama? Skandal besar!"
Tawa, tajam dan mengejek, meledak dari sudut tempat teman-teman Bima, Chandra dan Bayu, berdiri. Wajah mereka bersinar dengan kegembiraan yang jahat.
Video itu terus diputar, mengulang-ulang penghinaan terbesarnya.
Anindya merasa terpaku di tempat, tubuhnya gemetar, rasa malu membakarnya dari dalam. Ia ingin lantai menelannya. Di mana Bima? Tadi dia ada di sampingnya. Ia memindai kerumunan dengan putus asa. Dia sudah pergi.
Ia harus menemukannya. Dia pasti tahu apa yang harus dilakukan. Dia akan memperbaiki ini. Dia selalu memperbaiki segalanya.
Ia terhuyung-huyung melewati kerumunan, wajah-wajah menjadi kabur, suara-suara menjadi hiruk pikuk penghakiman.
/0/29080/coverorgin.jpg?v=40d09bcac893b5f7f79a523f80ad7565&imageMogr2/format/webp)
/0/2673/coverorgin.jpg?v=01bcae8d5f147832ddb6f44dfb02cfa8&imageMogr2/format/webp)
/0/9741/coverorgin.jpg?v=4e3a585933dc86c7a8933d2550549994&imageMogr2/format/webp)
/0/17878/coverorgin.jpg?v=1a1e91ae2d6693eebb5ac59d07d8724f&imageMogr2/format/webp)
/0/26152/coverorgin.jpg?v=20250711083106&imageMogr2/format/webp)
/0/23510/coverorgin.jpg?v=5edef706926659f99d3ed836d274efb0&imageMogr2/format/webp)
/0/5379/coverorgin.jpg?v=4c202b2c3430a6aad7f3fb4ade33b625&imageMogr2/format/webp)
/0/3782/coverorgin.jpg?v=257f762159c1268ce587f41a803191f4&imageMogr2/format/webp)
/0/14057/coverorgin.jpg?v=94c831b7f982301983c825857edf2680&imageMogr2/format/webp)
/0/19217/coverorgin.jpg?v=20240829104836&imageMogr2/format/webp)
/0/4259/coverorgin.jpg?v=cb1dcacc96fc7ddceb6c328c1d504baa&imageMogr2/format/webp)
/0/23440/coverorgin.jpg?v=9f3e1f60463dc6fd69384fc9d0c1f59d&imageMogr2/format/webp)
/0/20606/coverorgin.jpg?v=c98e1c490cae7844ad7e903fdae0f8a1&imageMogr2/format/webp)
/0/22399/coverorgin.jpg?v=c05df1417793e80fab49c4bd8458740d&imageMogr2/format/webp)
/0/16862/coverorgin.jpg?v=5b58bde442f778486c7d04e37d3d2af3&imageMogr2/format/webp)
/0/17815/coverorgin.jpg?v=22532312abb581bb0af87ccc4a8b6038&imageMogr2/format/webp)
/0/16482/coverorgin.jpg?v=78af108cc6452019e114853308ad64ab&imageMogr2/format/webp)
/0/7048/coverorgin.jpg?v=fae5efbc5e95799fc91344de1ba98199&imageMogr2/format/webp)