Cinta yang Tersulut Kembali
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantan Istri Genius yang Diidamkan Dunia
Jangan Main-Main Dengan Dia
Gairah Liar Pembantu Lugu
Cinta di Jalur Cepat
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Sang Pemuas
Melinda Arum menghela napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih berdetak tak terkendali. Wajahnya yang dulu sering cerah dan penuh semangat kini tampak lelah dan hampa. Seminggu terakhir bagai mimpi buruk yang terus menghantui, sebuah kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan akan menimpanya. Dulu, hidupnya terasa sempurna: ia memiliki seorang kekasih yang dicintainya dan sahabat yang selalu ada di sisinya. Namun, dunia yang tampak indah itu runtuh seketika setelah ia mengetahui bahwa pria yang ia cintai, Raka, ternyata selingkuh dengan sahabat baiknya sendiri, Nadia.
Itu adalah pukulan telak yang membuatnya merasa hancur, tak tahu harus berbuat apa. Melinda merasa seperti terjatuh dari tempat yang tinggi, dengan luka yang sangat dalam di hatinya. Ia menghabiskan berhari-hari untuk membalas dendam pada Raka dan Nadia, berusaha untuk mengembalikan sedikit harga dirinya yang terluka. Ia ingin mereka merasakan apa yang ia rasakan-rasa sakit yang begitu perih, pengkhianatan yang sulit dihapus dari ingatannya.
Namun, dalam kesedihannya, pertemuan dengan seorang pria tak terduga di sebuah mall membuat segala hal berubah. Kejadian itu terjadi pada malam yang gelap, saat Melinda sedang melangkah keluar dari kafe setelah bertemu dengan teman-temannya. Ia merasa sedikit lebih baik setelah beberapa gelas anggur, namun hati dan pikirannya masih berat.
Melinda bergegas menuju toilet, tak peduli dengan keramaian di sekitarnya. Namun, dalam keadaan setengah mabuk, ia tanpa sengaja memasuki toilet pria yang ada di ujung lorong. Ia langsung terkejut dan hampir ingin berbalik ketika sebuah suara dalam yang dingin terdengar dari balik pintu toilet.
"Tidak ada di sini," suara pria itu berkata dengan nada yang sangat tenang, namun terasa memerintah.
Melinda menatap pria yang baru saja muncul dari balik pintu, matanya tampak lelah namun tajam. Dalam sekejap, ia langsung menyadari bahwa ia berada di tempat yang salah. Pria itu tampak sangat tegap, mengenakan jas rapi yang menunjukkan statusnya yang tinggi. Namun, yang paling mencolok adalah tatapannya-sebuah tatapan yang penuh keyakinan dan kontrol. Melinda merasa kaget, wajahnya merah seketika karena malu.
"Maaf, saya tidak sengaja masuk," kata Melinda buru-buru, berusaha untuk mundur dengan cepat.
Namun, pria itu tidak langsung menghindar. Justru dia berdiri tegak, menatap Melinda dengan sebuah senyuman yang sangat tipis, seolah sedang mengamati setiap gerak-geriknya. "Tidak masalah," katanya dengan suara yang dalam, seolah sedang mengukur sesuatu.
Melinda mencoba menghindari tatapannya yang terlalu intens, namun pria itu tetap berdiri di sana, seolah menunggu sesuatu. Melinda merasa tak nyaman, apalagi dengan keadaan tubuhnya yang setengah terhuyung. Ia hendak pergi, tapi langkahnya terhenti sejenak ketika pria itu berkata lagi.
"Jika kamu merasa ada yang salah, aku bisa membantumu keluar dari masalah," katanya. Nada suaranya dingin dan penuh pertimbangan.
Melinda mengerutkan kening. "Maksudmu apa?" tanyanya, tidak mengerti dengan apa yang dimaksud pria itu.
"Keluar dari masalah yang sedang kamu hadapi," jawab pria itu, sedikit lebih mendalam. "Tapi kamu harus mendengarkan aku."
Melinda merasa bingung, namun dalam keadaan terdesak dan hampir tak tahu harus berbuat apa, ia akhirnya mengikuti pria itu keluar dari toilet. Mereka berjalan di lorong yang sepi, sementara pria itu menjelaskan bahwa dia adalah Reyhan Azrael, CEO dari salah satu perusahaan besar di Jakarta. Tentu saja, nama itu tidak asing bagi Melinda, meskipun ia tidak tahu persis siapa Reyhan dalam kesehariannya. Yang ia tahu, Reyhan adalah seorang pria yang tidak hanya kaya raya, tetapi juga dikenal karena kekuatan dan pengaruhnya yang besar.