Siapa yang menyangka bila Inka bisa berkencan dengan seorang bosnya karena menyelamatkan seekor kucing jalanan? Kisah cinta manis dimulai! Hubungan rahasia antara bos dan pegawai menjadi seru karena sang sekretaris pun merestui! Lalu, saat semua hubungan itu mulai renggang, apakah mereka sanggup menyatukan kembali perasaan? Bagaimana dengan perjodohan sesama orang kaya? Haruskah Inka mundur dengan statusnya yang bukan siapa-siapa?
"Pak Presdir memanggilku?"
Wajah gadis manis berponi itu tidak bisa menyembunyikan rasa khawatir. Belum lagi seseorang yang membawa berita tidak kalah menyeramkan. Tatapan sinis dan juga mulut pedas sepertinya sudah menjadi makanan sehari-hari baginya semenjak memutuskan bekerja di sini.
Namanya Inka, seorang pegawai biasa yang baru 3 bulan bekerja.
Inka bertanya sekali lagi. Kejadian seperti ini sangatlah langka baginya. Mengapa dan ada apa sampai Sang Presdir memanggilnya? Adakah kesalahan besar yang sudah dibuatnya?
"Kamu itu tuli, ya? Cepatlah ke ruangan Presdir. Lambat sekali pergerakanmu!" Balasan kasar didapatkan baginya. Beginilah kehidupan sebagai pegawai baru. Bisa apa bila menghadapi seseorang yang lebih dulu berada di kantor yang sama?
Itu Dina, sekretaris 2 Pak Presdir. Ia memang bukanlah sekretaris utama tetapi tingkahnya sudah seperti orang yang sangat penting. Ia bahkan tidak bekerja di ruangan yang sama dengan sekretaris utama. Bingung? Ah, bagaimana ya menjelaskannya seperti inilah yang terjadi di perusahaan XAU Corp.
"Saya akan segera ke sana."
"Tidak perlu kuantar, 'kan? Takutnya kamu malah tersesat."
Inka menghela napas. Berbicara dengan Dina hanya membuatnya sakit kepala. Mengapa pula gadis itu berhasil mendapatkan kesempatan emas menjadi sekretaris junior di perusahaan ini? Adakah yang telah ia lakukan? Ugh, itu membuat semua karyawan lain bertanya-tanya.
Untuk sejenak bukan itu yang perlu dikhawatirkan seorang Inka. Langkah kakinya tidak bisa berbohong. Ada perasaan sedikit takut saat semakin dekat dengan ruangan Sang Presdir. Apa yang akan terjadi di sana? Pemecatankah? Ah, itu terlalu berlebihan.
Tuk tuk tuk!
"Masuk!"
Sang sekretaris dengan senyuman paling damai menyambut kedatangan gadis itu. Ini jelas berbeda 180 derajat dengan perlakuan Dina.
"Pak Presdir, karyawan yang Anda cari sudah di sini."
"Oke, kamu bisa meninggalkan kami berdua."
Jantung Inka berdebar sangat kencang. Ini tidak benar. Berbagai pikiran jahat pun muncul begitu saja. Ataukah Sang Presdir yang hampir tidak pernah ditemuinya secara langsung ini adalah seseorang yang mesum? Itukah alasan beberapa karyawan wanita sering mengajukan pengunduran diri? Itukah?
"Selamat siang, Pak." Inka berusaha menyapa dengan tenang.
Belum ada tanggapan. Jangankan melihat wajah Sang Presdir. Hanya kursi orang itu saja yang dilihatnya. Dan saat kursi itu terbalik, pandangan Inka tidak bisa melihat dengan jelas. Silau!
"Oh, jadi kamu yang bernama Inka?"
"I-iya, Pak. Kalau boleh saya tahu, ada apa Anda memanggil saya?"
"Tidak ada yang penting, sih. Hanya saja ... saya ingin kamu melihat foto ini."
Alih-alih menjadi semakin tenang, Inka semakin tidak bisa memposisikan dirinya saat ini.
"Tanganmu bergetar," ucap pria itu. "Santai saja. Tidak ada siapa-siapa di sini."
Justru akan lebih baik bila ada seorang lain di sini.
"Saya tidak terbiasa."
"Candra. Panggil saya Candra."
Untuk beberapa saat, Inka tidak bisa berkata apa-apa. Ini tidak seperti yang dipikirkannya. Mengapa Sang Presdir meminta memanggil nama saja? Bukankah itu terlalu santai? Karyawan rendahan seperti Inka mana berani dengan semua itu.
"Saya tidak berani, Pak."
"Intinya lihat foto ini."
Inka semakin tidak mengerti. Adakah yang istimewa dari sebuah foto anak kucing di sana?
Satu ....
Dua ....
Tiga ....
"Keponakanku kehilangan kucingnya beberapa hari yang lalu dan ... aku mendengar jika kamu memelihara seekor kucing di kantor. Kamu tahu, 'kan jika di tempat ini hal semacam itu tidak diperbolehkan?"
Inka langsung tersadar tentang hal ini. Jadi inikah kesalahan yang dimaksudkan?
"Ma-maafkan saya, Pak. Kucing itu sudah saya lepaskan di sekitar tempat tinggal saya. Ada penjual nasi kuning yang senang dengan kucing itu jadi saya-"
"Kamu melepaskannya? Bagaimana bisa?"
Semakin kalut pikiran gadis itu. Sekarang apa lagi yang sedang dimaksudkan pria tampan di depannya? Seakan apa pun yang dilakukannya adalah kesalahan.
"Karena peraturan kantor melarang, saya langsung membawa kucing itu keluar dari kantor 1 hari setelah memastikan ia baik-baik saja. Tempat tinggal saya ... tidak mengizinkan untuk memelihara kucing." Inka mencoba menjelaskan kejadian yang sebenarnya. "Apakah ... saya berbuat kesalahan?"
"Ya. Dan karena itulah kamu harus dihukum. Tinggalkan pekerjaanmu."
Mata Inka semakin terbelalak. Ia tidak menyangka bila hanya karena seekor kucing membawanya pada masalah besar. Ini sungguh tidak adil!
"Tapi, Pak ...."
"Tapi aku akan memberikanmu satu kesempatan."
Ada harapan tentang ini. Ya, semula Inka merasa senang. Apalah daya, setelah mengetahui keinginan Sang Presdir ia kembali berpikir 2 kali. Jika dipertimbangkan lagi, pekerjaan tambahan ini sama sekali tidak sulit. Perkiraan suksesnya 50 persen. Namun, bila gagal konsekuensinya tidak main-main.
"Bagaimana? Kamu menyanggupinya?"
"Saya siap, Pak. Tidak ada pilihan lain."
"Baguslah bila mengerti.
Masih dengan pikiran yang sangat kalut, Inka keluar dari ruangan Sang Presdir. Permintaan-bukan, ini adalah perintah yang sama sekali tak menguntungkan.
"Aish, aku sama sekali tidak menyangka mendapatkan kesulitan seperti ini!" gerutu Inka begitu sampai di meja kerja.
Admin sosial media adalah jabatan Inka saat ini. Memang pada kenyataannya XAU Corp. tidak kekurangan karyawan untuk menangani atau bahkan sibuk hanya untuk mengurus sosial media milik mereka. Divisi ini juga baru ada sekitar 1 tahun saat Sang Presdir sadar bila perusahaan mereka juga perlu memperkenalkan diri mereka lebih jauh.
"Inka, apa yang terjadi di ruangan sana? Apakah gosip yang beredar itu ...."
"Sssttt!! Diamlah, Sha. Kita hanya akan mendapatkan kesulitan bila membahas hal yang belum tentu benar. Well, aku mendapatkan 1 pekerjaan khusus?"
"Apa itu? Jualan di platform joget-joget?"
"Heh!!"
Tidak habis pikir Inka dengan semua ucapan Shasha. Apa yang sedang dipikirkan rekan kerjanya sampai seperti itu?
"A ... ini tentang pekerjaan kreatif."
"Ya, memang di sinilah kita bekerja. Jadi, mari buat konten tentang perusahaan ini. Biar dunia tahu bila ada 1 perusahaan yang kece pake banget!!"
"Um, bagaimana kalau kita pargoy dengan Pak Presdir?"
"Astaga! Jangan gila! sedetik kemudian setelah usulanmu itu keluar, kamu sudah dipecat! Mau?"
"Hahaha! Inka, Inka ... kamu terlalu serius. Aku mana berani juga melakukan itu."
Dua pasang mata memandang pada keberadaan sosok yang membuat mereka langsung terdiam.
"Oho! Jadi itukah pekerjaan Divisi Kreatif? Rupanya kalian senang sekali membicarakan hal-hal yang tak penting? Sejak awal, aku memang tak pernah setuju dengan Divisi ini."
'Tai! Suka sekali bicara sembarangan!' umpat Inka dalam hati.
Bab 1 Mengapa Harus Aku
10/10/2022
Buku lain oleh Xerin
Selebihnya