Marcelo Zaidan, lelaki yang terkenal tampan tapi juga brengsek. Baginya wanita seperti pakaian yang harus ia ganti setiap hari. Dalam hidupnya semua wanita sama kecuali ibunya. Di kamus hidupnya juga tak ada kata cinta. Baginya hidup hanya untuk bersenang-senang. Dunianya mulai terusik saat Shalow Agista masuk. Sekertaris dengan wajah biasa saja dan berpenampilan jelek itu terang-terangan menyatakan cintanya pada Marcelo. Berbekal rahasia Marcelo, ia berhasil memaksa lelaki itu menjadi kekasihnya. Untuk pertama kalinya juga ia menjadi wanita terlama yang menjadi kekasih Marcelo. Bagaimana akhir kisah cinta unik antara Marcelo dan Shalow?
"Kesan pertama bagiku, harus sempurna! Apalagi kesan pertama melihat seorang wanita itu benar-benar harus sempurna!"
Itulah kesan pertama yang ada di kamus Marcelo Zaidan, bos muda yang sukses dengan segala pencapaiannya di dunia bisnis. Sikap tegas, galak menjadi ciri khas lelaki berwajah tampan itu. Semua bawahannya sangat takut padanya, mereka bahkan tak pernah melihat Marcelo menampakkan wajah bersahabat nya di kantor. Yang mereka tahu bos mereka adalah orang yang kejam.
Namun, banyak wanita yang mau menjadi koleksinya. Puluhan wanita siap menemaninya setiap hari, mereka dengan suka rela menurunkan harga dirinya demi bisa mendapat belaian seorang Marcelo. Bahkan lelaki yang sudah mendapat cap playboy level sepuluh itu menganggap para wanita di hidupnya sebagai pakaian yang harus ia ganti setiap waktu.
Dua tahun yang lalu, Ayah Marcelo meminta agar putranya itu mengurus perusahaan properti miliknya. Hubungan mereka memang merenggang semenjak sang ibu tercinta meninggal tiga tahun yang lalu. Marcelo sangat membenci ayahnya karena menurut dia sang ayahlah penyebab ibunya meninggal.
Robin Zaidan, lelaki yang sempurna di mata orang lain tetapi tidak di mata anak dan istrinya. Ia memang memenuhi semua kebutuhan anak istrinya, akan tetapi ia tak pernah ada untuk mereka. Bahkan ia kerap terlihat berganti wanita setiap hari. Hal itu yang membuat ibu Marcelo sakit, ia ingin suaminya berhenti berkelana mencari wanita di luar sana. Namun, semua tak pernah terjadi sampai wanita itu menghembuskan nafas terakhir.
Atas dasar itulah, Marcelo membenci ayahnya. Setelah ibunya meninggal Marcelo sempat pergi dari rumah, akan tetapi ia berpikir lagi semua keputusannya Iki tak akan menyelesaikan masalah dan Taka akan bisa membalas dendamnya pada sang ayah. Marcelo pun pulang kembali ke rumah dengan segudang rencana yang tertata rapi di otaknya. Ia berjanji pada dirinya jika ia akan membuat ayahnya merasakan apa yang ibunya rasakan. Ia juga akan mengambil alih semua harta ayahnya, dan akan membuang lelaki itu di jalanan.
Seperti pepatah, buah tak jatuh jauh dari pohonnya, itulah Marcelo. Ia meniru jejak sang ayah yang gemar mengoleksi banyak wanita di hidupnya. Baginya hanya ada satu wanita yang wajib ia hargai, yaitu ibunya. Tak ada wanita sesempurna ibunya, itu yang membuat ia selalu menilai semua wanita sama di matanya. Mereka hanya ingin harta. Apalagi saat ia melihat istri baru ayahnya yang dinikahi setelah ibunya meninggal.
Tuan Robin sempat menegur putranya. Namun, ia hanya di menertawakan ayahnya. Sejak saat itu tuan Robin hanya diam. Ia yakin putranya bukanlah manusia sebejat dirinya.
°°°°
Pagi ini tuan Robin datang ke kantor sang putra, sudah satu bulan ini ia mengamati kinerja Marcelo. Kabar yang ia dengar putranya itu menjalin hubungan dengan sekretarisnya. Tanpa di sadari Marcelo, urusan pekerjaan jadi terbengkalai karena ia asyik bermain dengan sekertaris cantiknya itu. Laporan tagihan yang membengkak pun mulai mempengaruhi keuangan kantor.
Maka dari itu, pagi ini tuan Robin berencana untuk mengganti sekertaris Marcelo dengan sekertaris yang sudah tiga tahun bekerja padanya, Shalow Agista. Wanita yang kini memasuki usia dua puluh delapan tahun. Mungkin Soal penampilan memang ia tak memenuhi syarat. Bayangkan saja wanita dengan rambut yang di sanggul, dan kacamata tebal. Yang sudah jelas tak memasuki kriteria Marcelo. Namun, soal kinerja ia tak diragukan lagi. Sebagai sekertaris tuan Robin, ia sudah bekerja dengan sangat baik. Tuan Robin pun yakin jika wanita itu bisa di andalkan untuk mengawasi putranya.
Marcelo menghentikan aktifitasnya, saat ayahnya datang bersama wanita yang membuatnya beralih dari laptopnya sejenak.
"Ada apa, Pah?" tanya Marcelo yang kembali menatap laptopnya.
"Seperti yang sudah, Papah beritahu. Ini sekertaris barumu," ucap tuan Robin.
Namun, tak ada respon dari putranya. Lelaki itu tetap acuh. Ia sama sekali tak tertarik melihat sekertaris barunya.
"Marcelo, apa kau mendengarkan ku?"
"Apa! Ayah tak salah memilih sekertaris untukku?" ucap Marcelo Zaidan dengan nada mengejek pada Shalow.
"Tidak, Dia adalah sekertarisku sebelumnya, kinerjanya tak perlu di pertanyakan lagi," jawab Tuan Robin.
"Wanita simpanan mu cantik, kenapa rupa seketarismu begitu?" ejek Marcelo pada ayahnya.
Tuan Robin hanya menghela napas, yah inilah putranya sekarang yang selalu membantahnya. Namun, ia tetap akan memaksa agar putranya menerima Shalow sebagai sekretarisnya bagaimanapun caranya.
"Tetapi dalam bisnis, kita tak mengenal kecantikan," jawab tuan Robin santai.
"Kenapa, Kau tak pakai saja dia? Malah memberikannya padaku."
"Aku lihat kau berpotensi, dan dia adalah pasangan yang tepat untukmu, daripada sekertaris mu yang hanya menghabiskan uang kantor itu," jelas tuan Robin.
"Aku tidak mau!" tolak Marcelo.
"Kalau perusahaan maju di tanganmu, aku akan mewariskan semua hartaku atas namamu. Tetapi, jika sebaliknya, kau tak akan mendapat apapun." Tuan Robin memberikan pilihan yang sulit bagi Marcelo.
Kini giliran Marcelo menghela napas, ia ingin melawan tetapi tujuannya belum tercapai. Terutama membalas dendam pada ayahnya. Mau tak mau ia harus menerima keputusan ayahnya, dan menerima sekertaris jeleknya itu.
"Aku-" Marcelo menghentikan kalimatnya, ia ingin menolak tetapi ini akan menghancurkan rencananya.
Tuan Robin tersenyum penuh kemenangan, ia tahu putranya tak akan membantahnya. Karena ia tahu, untuk saat ini putranya membutuhkan uangnya untuk bermain wanita.
"Baiklah, aku anggap kau setuju," ucap tuan Robin penuh kemenangan.
"Shalow, mulai sekarang dialah bos mu," ucapnya pada Shalow
"Baik, Tuan," jawab Shalow dengan sopan.
Tuan Robin pun pergi meninggalkan putranya dengan Shalow. Sementara Marcelo, menatap Shalow dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan pandangan yang penuh ejekan. Sungguh dalam mimpi pun ia tak pernah bertemu dengan wanita yang serupa dengan Shalow.
"Perkenalkan, nama saya Shalow, Tuan. Semoga kita bisa bekerja sama." Shalow membungkukkan sedikit badannya sebagai rasa hormatnya pada sang bos.
"Apa yang membuat mu mau jadi sekertaris ku?" tanya Marcelo.
"Karena ini perintah, Tuan Robin, dan-"
"Dan apa?" Marcelo memotong kalimat Shalow.
"Dan ... Karena, Anda tampan," jawab Shalow yang membuat Marcelo melotot.
"Apa! Kau benar aku mang tampan, tapi ingat jangan pernah bermimpi untuk mendekatiku!" hardik Marcelo.
"Santai saja, Bos. Biar waktu yang Akane menjawab, lagi pula setiap hari kita akan dekat jadi ... Bukankah masih ada kemungkinan untuk-"
"Diam! Pergi ke mejamu!" usir Marcelo.
"Baiklah, Bos tampan jika perlu sesuatu panggilah aku." Shalow pun berlalu pergi dari ruangan bosnya.
Marcelo memijat pelipisnya karena ulah Shalow. Ini adalah kesan terburuknya saat bertemu dengan wanita. Sialnya ia harus bertahan dengan wanita jelek itu dalam waktu yang ia perkirakan akan cukup lama. Tetapi ia berjanji akan membuat sekertarinya itu mengundurkan diri secepatnya.
Di ruangannya, Shalow justru tersenyum sendiri layaknya orang gila. Ya, ini pertama kalinya ia bertemu dengan makhluk seperti Marcelo. Tampan, tetapi mulutnya seperti bubuk cabe level sepuluh. Tetapi aneh, entah mengapa ia tertarik pada pandangan pertama. Ia pun memutuskan untuk mengikuti isi hatinya, meski ia harus kuat dengan kata-kata pedas Marcelo.
"Kita lihat, Bos tampan ku, sampai mana kau bisa menghindari ku," ucap Shalow penuh keyakinan.
Bersambung.