Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
4.4K
Penayangan
40
Bab

"Aku memberimu kebebasan untuk mencintaiku, karena itulah tugasmu sebagai budak. Tapi ingat, jangan mengharapkan yang sebaliknya. Karena aku akan memberikanmu apapun itu, selain cinta." Nathalie berharap ia bisa melakukan hal itu, tapi nyatanya tidak. Hatinya yang lemah tetap saja mengharapkan balasan untuk cintanya yang usang. Ternyata cinta yang tak terbalas memang semenyakitkan ini ...

Bab 1 01

Happy Reading and Enjoy~

Ruangan itu gelap dan lembab, bau busuk dan besi karat menguar menjadi satu. Terdengar suara nyaring antara besi yang bertemu dengan kulit, tapi tidak ada jeritan.

Segala mimpi buruk ada di tempat ini, mimpi yang akan terus di simpan tanpa kemampuan untuk membuang.

Seorang gadis kurus dengan tangan dan kaki dirantai meringkuk di sudut ruangan. Matanya menatap was-was tempat yang menjadi akhir dari takdirnya.

Bukan hanya dia yang berada di ruangan ini, puluhan wanita lain juga menunggu giliran.

Mereka akan dijual.

Berita itu seharusnya menjadi berita yang membahagiakan, tergantung pada siapa yang membeli. Nasib mereka akan berubah seiring dengan pemiliknya.

Nathalie menelan ludah dengan susah payah, kerongkongannya kering. Rasa haus yang mencekik membuatnya terpaksa mengerang untuk memanggil algojo berbadan besar yang berdiri di pintu luar.

Dan tentu saja suara sekecil apapun akan terdengar di telinga mereka yang tajam.

Pintu dibuka dengan kasar. Seorang algojo yang membawa cambuk di tangannya memeriksa satu persatu wanita yang berada di sana, mencari sumber suara yang menghasilkan keributan.

Sebuah erangan tidak bisa dikatakan sebagai keributan, tetapi dalam ruangan sunyi itu helaan napas yang terlalu kuat juga bisa menjadi gangguan dalam pendengaran.

Nathalie mengangkat tangannya takut-takut, memberi isyarat bahwa dialah yang mengerang tadi. Algojo itu mengangkat alisnya sebelah, tangannya sudah terangkat bersiap melayangkan cambuk ke tubuh Nathalie yang penuh luka.

Buru-buru Nathalie menunjuk tenggorokannya, dengan sorot sendu berharap air dapat mengalir di sana.

"Kau mau minum?"

Nathalie mengangguk antusias. Algojo itu tersenyum miring, melepas cambuk dari tangannya dan mulai menurunkan resleting celananya. Dia berjalan ke arah Nathalie, mengarahkan juniornya tepat di depan bibir gadis itu.

"Buka mulutmu," perintahnya dengan suara tegas.

"Aku akan memberimu minum."

Nathalie membelalakkan matanya dan langsung beringsut mundur sembari menggeleng-geleng takut. Air matanya mengancam keluar. Diantara puluhan wanita yang berada di sana hanya dialah yang memiliki reaksi terhadap apapun tindakan yang dilakukan padanya.

Jika wanita lain akan menurut dengan pandangan kosong, karena jiwa mereka sudah mati. Hanya tersisa tubuh tanpa pikiran. Itulah yang menjadi penyebab dirinya malam ini akan dijual dengan harga yang paling tinggi dan wanita terakhir sebagai penutup pelelangan.

"Atas dasar apa kau menolak, pelacur!" Algojo itu membentak, lalu mendekat dan menjambak rambut Nathalie.

Menangkup belakang kepalanya untuk mengarahkan wajah Nathalie ke juniornya.

Sebelah tangannya yang lain digunakan untuk mencengkram dagu Nathalie. Memaksa agar bibir itu terbuka. Dan tentu saja tidak perlu waktu lama sampai cairan kuning membasahi bibir beserta wajah gadis malang itu.

Tidak bisa menghindar dengan tubuhnya yang kecil dan lemah, mau tidak mau cairan kuning itu masuk ke dalam mulutnya dan berhenti tepat di ujung kerongkongannya.

Nathalie langsung memuntahkannya, bau pesing menguar dari hidungnya, membuat kepalanya terasa sakit.

Bukannya merasa kasihan, algojo itu tanpa perasaan melayangkan cambuknya ke tubuh Nathalie yang penuh luka.

"Kau pikir siapa dirimu bisa memuntahkannya begitu saja. Dengar pelacur, aku bersumpah kau tidak akan bisa menikmati minuman lezat manapun selain dari air seniku."

Satu tamparan kuat mendarat mulus di wajah Nathalie, membuat tubuhnya limbung dan telinganya berdengung. Sudut bibirnya sendiri sudah berdarah, sebelum luka lama sembuh sudah ada luka baru.

Satu algojo menghampiri mereka, melihat bergantian ke arah Nathalie dan juga temannya.

"Kau lupa kalau hari ini mereka dijual? Jangan menyakiti mereka lebih parah atau pelanggan yang berminat semakin sedikit."

Algojo yang memberinya air seni itu tertawa hingga tubuhnya berguncang.

"Wajah dia cantik, dan dia satu-satunya perawan yang masih tersisa. Kau juga tau bahwa dia tidak terpengaruh pada obat kita, kan? Dia masih memiliki reaksi, hal yang mustahil jika dia tidak laku malam ini. Aku hanya memberinya sedikit pelajaran, tidak perlu khawatir seperti itu."

Sebelum pergi, algojo itu meludah dan mendarat tepat di atas paha Nathalie.

Hal ini sudah biasa, dan menjadi makanan sehari-hari bagi para gadis yang berada di tempat terkutuk ini. Mereka akan dijadikan budak dan diperlakukan sesuka hati, hidup mereka tidak penting lagi.

Yang lebih parah, terserah pada majikan ingin menjadikan mereka sebagai apa.

Jika mereka mendapat majikan kejam yang menginginkan mereka menjadi anjing, maka mereka akan melaksanakannya. Makan langsung dengan mulut, memakai kalung anjing, dan menggonggong ketika dipanggil.

Seharusnya itu lebih baik dari pada harus tinggal selamanya di dalam ruangan gelap lembab yang mengerikan ini, makan makanan busuk setiap hari, lalu mendapat perlakuan kasar. Tapi jika dipikir kembali, seorang dominan tidak mungkin lebih baik dibanding para algojo yang berada di sini.

Nathalie sendiri tidak tahu mengapa dirinya berakhir di tempat mengerikan ini, ia tidak mengingat apapun. Yang diingatnya hanyalah ruangan gelap kosong penuh binatang yang menjadi tempatnya untuk tidur setiap hari.

Bentakan algojo yang menyuruh mereka untuk segera bersiap-siap dan membersihkan diri menggema di langit-langit ruangan.

Mandi menjadi impian mereka, terutama Nathalie. Mungkin wanita-wanita lain tidak terlalu mempermasalahkannya. Sebab, tubuh mereka hanya berisi jiwa kosong.

Satu persatu mereka dibawa ke kamar mandi yang terdapat bak besar. Tidak seperti kebanyakan orang pada umumnya, mereka duduk berjejer di lantai kamar mandi yang dingin, lalu para algojo menyiram tubuh mereka secara brutal. Tidak ada acara mandi secara bersih dan puas

Masih dengan kekasaran yang sama, para algojo itu menyabuni tubuh dan juga rambut mereka secara acak, sesekali melakukan pelecehan terhadap wanita yang memang sudah tidak perawan.

Sementara para wanita yang masih perawan, lebih dulu selesai mandi termasuk Nathalie. Ia dibawa ke dalam ruangan, lalu dipakaikan baju tipis. Tidak bisa benar-benar dikatakan sebagai baju, sebab dari segala arah memperlihatkan lekuk tubuhnya.

Kemudian mereka dibawa ke ruangan gelap yang tampak bersih diantara puluhan ruangan yang berada di sana. Ruangan itu menjadi tempat mereka menunggu giliran.

Gelap dan senyap, sudah menjadi keadaan yang wajar. Hingga rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya, Nathalie jatuh tertidur. Rasanya ia belum pernah merasakan kenyamanan seperti ini, tubuhnya terasa segar terkena air dan juga tempat yang lembab tanpa ada bau busuk.

Hanya beberapa menit setelah Nathalie memejamkan mata, perutnya ditendang dengan kuat. Membuatnya sontak membuka mata dan langsung beringsut.

Hanya dirinya yang tersisa di sana, para wanita yang berada di ruangan yang sama dengannya tadi sudah tidak ada.

Seorang algojo berbadan besar menarik rambutnya hingga membuat tubuhnya berdiri.

"Jalan! Sudah giliranmu."

Nathalie diseret tanpa tahu dirinya mau dibawa kemana, hingga sebuah tirai di singkap, puluhan manusia berada di sana. Dan dirinya menjadi sorotan, dipaksa duduk di sebuah bangku kosong yang berada tepat di tengah-tengah panggung.

Seketika ia meringkuk, mencoba menghindar dari puluhan manusia dan juga cahaya lampu yang menyakitkan mata.

"Lihat ke depan dan duduk tegak, kalau tidak cambuk ini berakhir di tubuhmu!"

Itu sebuah ancaman, dan ia sudah terbiasa mendengarnya. Matanya melirik takut-takut ke arah cambuk kasar yang berada di tangan algojo, menelan ludahnya gugup, ia mencoba duduk tegak, meski kepalanya menunduk dalam.

"Dia harta karun kami, cantik dan masih perawan. Dia satu-satunya budak yang masih memiliki reaksi, tapi tenang saja. Jika dia berbuat macam-macam, Anda bisa membawanya pada kami untuk diisolasi."

Tawaran hargapun dimulai. Hari ini dirinya punya manjikan baru, tapi ... ini jugalah kesempatannya untuk melarikan diri.

Bersambung ....

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Mesir Kuno

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku