Kiara seorang gadis yang baru saja lulus sekolah, harus menjadi istri ketiga dari seorang CEO bernama Andra. Hasrat hidup Kiara yang besar, ingin menjadi gadis yang baik pupus sudah. Beberapa hari menjadi istri Andra membuatnya menahan siksaan gairah yang muncul di dalam dirinya. Andra yang semula hanya menginginkan Kiara mengandung anaknya, kini menuntut lebih kepada gadis itu untuk menjadi istrinya secara utuh. Sementara Mimi, istri pertamanya, tidak terima Kiara menjadi sosok yang disayang oleh Andra. Mimi berusaha memisahkan mereka dengan segala cara, agar keduanya dapat terpisah. Mimi meminta bantuan teman Kiara yang dulu pernah dekat dengan gadis itu. Hasrat di dalam tubuh Kiara yang jarang tersentuh Andra, membuat usaha Mimi semakin lancar. Akankah Andra dan Kiara dapat bersatu? Ataukah akan berpisah selamanya?
"Kiara, nanti jangan lupa bawakan aku handuk ke kamar mandi. Oh ya, kamu boleh ikut mandi sekalian," bisik Andra tepat di telinga Kiara. Membuat gadis itu geli tertahan.
"Jangan membuat Kiara gerah, Om. Kita belum sah menikah, dan Om juga tahu. Ini bukan keinginanku. Jadi jangan berharap banyak dariku nanti," ketus Kiara sambil menyenggol bahu Andra dan berlalu dari hadapan laki-laki dewasa itu.
"Heh, kamu bisa apa? Wanita sombong lihatlah! Kesombonganmu tidak akan lama! Kamu akan memohon di bawah kakiku nanti ingat itu!" ucap Andra dengan tertawa sangat keras. Hal itu selalu dilakukan saat mereka hanya berdua di dalam kamar Andra, ketika Kiara membersihkan kamar itu.
Seorang gadis cantik sedang melamun memikirkan nasib selanjutnya, dia bernama Kiara. Dia ingin sekali menanyakan sesuatu yang membuat penasaran. Mengapa Andra ingin menjadikan Kiara istrinya. Padahal banyak perempuan cantik dan lebih menggoda dari dia yang hanya seorang gadis miskin. Hidup hanya menumpang dan tidak punya kelebihan apapun juga. Sekolah saja baru lulus SMA, hingga sulit mencari pekerjaan.
Andra seorang CEO tampan dari perusahaan ternama, yang masih memiliki istri sah. Hanya karena kondisi ekonomi membuat Kiara harus rela mendapatkan pekerjaan di keluarga itu, demi membayar hutang keluarganya. Usia yang mendekati kepala 3 tidak membuat seseorang bersikap dewasa. Baik Andra maupun Mimi, istri sahnya selalu mengunggulkan harta di atas segalanya.
Saat ini Kiara tinggal di rumah majikan, sekaligus calon suami. Beberapa hari yang lalu, saat dia baru seminggu tinggal di rumah besar itu, istri dari Andra yang bernama Mimi, dengan terang-terangan meminta dirinya untuk menjadi madu. Syok tentunya saat mendengar permintaaan tidak wajar itu. Namun Kiara tidak berdaya dengan kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan keluar dari rumah Andra. Gaji selama lima tahun sudah dia terima untuk melunasi hutang dan membayar kontrakan rumah keluarganya.
"Om, boleh Kiara tanya kepada Om, mumpung Mbak Mimi tidak ada?" tanya Kiara sesudah selesai makan. Sejak awal Kiara memanggil Andra dengan sebutan Om, atas permintaan Andra sendiri.
Sendok yang dipegang Andra turun di atas piring urung masuk ke mulutnya dan menatap tajam ke arah Kiara. Gadis di hadapannya tertunduk merasa sudah salah bicara hingga membuat Andra marah dan menghentikan aktivitas makan paginya.
"Hem, apa? Jangan bilang minta uang! Cepat menikah denganku? Supaya dapat uang belanja yang banyak?" jawab Andra tanpa melihat ke arah Kiara. "Maaf, hanya penasaran saja. Beri aku alasan yang tepat mengapa Om Andra mau menikah denganku? Selain untuk membayar hutang keluarga," ucap Kiara sambil memainkan jari di atas pangkuan. Kiara kesal, Andra terlalu sombong dengan hartanya.
"Kamu tahu, mengapa aku berniat menikahimu? Aku lihat kamu cukup cantik untuk melahirkan keturunanku. Aku inginkan anak, dan itu tidak dapat Mimi wujudkankan. Jangan puas dulu saat menjadi istriku! Nanti jika sudah punya anak, kamu tetap pada posisi kamu sebagai pengasuh. Bukan istriku!" tegas Andra.
Kalimat Andra cukup membuat Kiara merasa tertohok. Posisinya sekarang bukan sebagai calon istri yang terhormat. Tetapi tidak lebih dari seorang pembantu yang siap dipecat sewaktu-waktu.
"Camkan itu! Sekarang kamu makan dulu! Jika tidak makan akan membuat kami susah!" ucap Andra dengan kasar.
"Susah bagaimana maksudnya?" tanya Kiara masih dalam rasa terkejut mendengar kenyataan yang pahit ini.
"Pikir, Kiara! Kalau kamu kagak makan bakalan sakit, kita yang susah. Ngerti ...!" ucap Andra setengah berteriak kesal menghadapi Kiara yang tidak paham arah bicaranya.
Ruang makan yang sunyi mendadak menggema dengan bentakan Andra . Hampir semua pembantu datang mengintip dari balik cendela skat dapur. Ruang makan yang berbentuk seperti cafe dengan aksen khas Jawa. Ruang yang dingin, namun tidak dengan penghuni yang sekarang sedang duduk di ruangan itu.
"Ayo, sekarang kamu ikut dengan kita ke taman belakang, biar lebih segar!"
Kiara mengikuti langkah Andra yang sudah semakin berani menarik tangannya dengan sengaja. Tepatnya setengah menyeret Kiara untuk segera jalan ke taman belakang. Hal ini tentu saja membuatnya merasa risih. Selama ini ia tidak berpegangan tangan dengan laki-laki dewasa sedikitpun. Hanya mencium tangan kedua orang tuanya saja.
Sampai di taman ternyata Mimi sudah menunggu duduk di kursi kayu. Mereka berhenti dan saling berpandangan. Andra menghampiri istri pertamanya dan mencium lembut rambut yang tergerai sebahu. Pemandangan yang indah bagi Kiara, mengapa mereka harus melibatkan dirinya masuk ke dalam masalah rumah tangganya? Selama beberapa menit tidak ada yang bicara, hingga suara serang kecil dari bibir Mimi yang merah merona terdengar.
"Kalian kenapa saling diam?" tanya Mimi menoleh ke arah Kiara yang tepat berdiri di belakang Andra. "Nggak ada apa-apa sayang. Ini Kiara, hanya butuh penjelasan dan di sini lumayan segar untuk berbicara. Sebaiknya kamu saja yang bicara, dia akan lebih percaya apa maksud kita sebenarnya. Aku pikir dia bodoh, jika tidak mau menerima permintaan kita. Melahirkan anakku dan hidup serba kecukupan. Bukan begitu sayang?" ucap Andra dengan penuh percaya diri sambil melirik sinis ke arah Kiara.
"Baiklah akan aku jelaskan. Setelah nanti kamu melahirkan anak kami, kamu bebas. Kalian harus bercerai. Ingat! Aku adalah istri sah Mas Andra, kami hanya menginginkan anak yang harus kamu lahirkan. Ingat! Tidak boleh ada rasa diantara kalian. Dan jika kamu melanggar, maka aku akan tuntut kamu," ucap Mimi terdengar kasar di telinga Kiara. Bahkan dia berbicara tanpa melihat ke arah gadis itu.
"Sebentar, saya masing bingung! Sebenarnya berapa banyak uang yang sudah Mbak Mimi dan Om Andra berikan kepada kedua orang tuaku? Mengapa hidupku harus dipertaruhkan? Dan kalian seperti menyembunyikan sesuatu dariku?"
"Baiklah, sebenarnya kamu bukanlah anak kandung dari kedua orang tua kamu. Lebih tepatnya kamu anak pungut yang ditaruh di bak sampah. Mereka tidak akan merasa kehilangan kamu sedikitpun," jawab Mimi tanpa beban.
Terasa petir menyambar di siang hari, Kiara bingung dengan ucapan Mimi. Tidak mungkin kedua orang tua membohongi dirinya. Karena semenjak kacil hingga besar tinggal dan diasuh oleh mereka dengan penuh kasih sayang. Kiara saat ini berpikir, jika Mimi dan Andra sedang memprovokasi dirinya, supaya tidak berbakti kepada kedua orang tuanya.
"Jangan bohong denganku, katakan jika ini tidak benar?" sanggah Kiara dengan napas memburu.
"Buat apa kami bohong kepadamu? Apalagi kamu sebentar lagi akan menjadi maduku dan akan tinggal di sini selamanya. Selamanyaaa ...!" ucap Mimi dengan tertawa sangat keras.
"Cepat katakan! Apa sebenarnya yang kalian inginkan dariku!" teriak Kiara dengan napas semakin memburu. "Dengarkan aku! Dengar baik-baik, kuulangi sekali lagi gadis kecil! Kamu bukan anak kandung mereka. Jadi pikirkan masa depan kamu saja. Jangan membuat diri kamu susah!" ketus Mimi dengan tatapan tajam ke arah Kiara.
"I-ni ... ini pasti ada yang salah ...! Ada yang salah ...! Jangan bohongi aku, jika niat kalian hanya menjadikan aku sebagai budak. Menyesal aku telah menerima permintaan kalian!"
"Kamu akan menyesali perkataanmu barusan jika tahu kenyataan yang sesungguhnya. Tidak ada gunanya kami bohong. Kamu bisa lihat! Besuk aku antar kamu ke rumah kedua orangtuamu. Tapi ingat! Jangan sampai kamu pingsan sebelum tahu kondisi mereka saat ini!" sahut Andra berdiri berjalan mendekat.
"Tidak ...! Aku tetap tidak percaya, akan aku tanyakan ini kepada kedua orang tuaku. Jangan hasut aku!" tuduh Kiara dengan nada tinggi.
"Percayalah, kamu tidak akan mendapatkan apa-apa dari mereka. Kami yang akan menyelamatkan kamu. Kamu sama saja sudah dijual kepada kami. Pada akhirnya kamu akan tahu, yang mereka lakukan. Mereka kanya ingin bersenang-senang dengan uang dari kami," Mimi terdiam sejenak dan mulai melanjutkan bicaranya, "Buka mata kamu, Kiara! Jangan hanya sekedar menyalahkan kami saja!"
"Stop ...! Aku tidak percaya!" teriak Kiara bertambah marah campur kesal. Sekarang giliran Andra yang mendekatkan diri dengan Kiara. Tampak senyum smirk dari bibirnya mengejek.
"Dan mulai sekarang, kamu jangan panggil aku Om lagi, aku juga bukan Om kamu!" tegas Andra sambil mengelus tangan Mimi di depan Kiara. Entah mengapa hati Kiara seperti sakit melihat pemandangan mesra yang ada di depannya.
"Benarkan yang sudah Om katakan, kamu tidak akan lepas dari kami?" lanjut Mimi membalas dengan remasan tangan dari suaminya.
"Tidak ... ini tidak mungkin! Tidak! Kalian jahat!" jerit Kiara dengan napas memburu menatap tajam keduanya.
"Silakan jika kamu tidak percaya, Mas tolong kamu ambil bukti dan tunjukkan kepadanya!" pinta Mimi mendongak ke arah Andra.
Suaminya mengangguk dan mengeluarkan ponsel dari saku. Andra menelpon sesesorang dan dengan cepat masuk ke dalam kamarnya. Sesaat kemudian keluar dengan map di tangan. Dia menyerahkannya kepada Kiara dengan senyum sinisnya.
Seketika mata Kiara terbuka lebar melihat kenyataan jika bukan anak kandung dari ayah dan ibu yang selama ini merawatnya. Berkas pernyataan yang ia lihat dengan tanda tangan yang sudah dihafal milik ayah dan dan ibunya. Tetapi mengapa mereka tidak mengatakannya sejak dahulu? Apa alasan mereka menyembunyikannya. Lantas Kiara anak siapa?
"Sudah! Kamu tidak usah pikirkan lagi. Sekarang yang terpenting kamu sudah ada di sini dan siap melayani kami dengan status baru kamu nanti. Oh ya, satu lagi! Kamu besuk sebaiknya belajar menjadi pelayan yang baik untuk kita. Ingat status kamu sekarang sudah milik kita," tegas Mimi tanpa menatap wajah Kiara sedikitpun.
"Seburuk inikah nasibku? Apakah tidak ada pilihan lagi?" keluh Kiara lirih terdengar berusaha untuk tetap tegar menghadapi kenyataan.
"Tidak ada! Semuanya sudah jelas ada di kertas yang kamu pegang, yakin diusia kamu saat ini bisa mengerti perkataanku dengan baik," sahut Mimi dengan tenang.
"Sayang sebaiknya biarkan dia sendiri dulu! Lagi pula kita sudah menang dengan surat perjanjian ini. Kiara akan menjadi budak kita setelah aku menikahinya. Sayang sekali, kenapa bukan kamu saja yang mengandung anak aku?" ucap Andra dengan melirik Kiara sinis.
Sangat aneh juga mengapa Yanti dengan mudahnya menyerahkan suami untuk menikah dengan Kiara. Jika hanya ingin anak, mereka bisa dengan program bayi tabung. Apa sebenarnya yang mereka rencanakan? Kiara masih belum bisa menerka maksud dari sikap kedua pasangan suami istri ini yang sesungguhnya.
"Tidak, kamu lebih baik bersama Kiara. Dia gadis yang bisa diandalkan, apalagi usianya masih muda. Aku rela dari pada bersama ular bertina di luar sana," tuduh Mimi terlihat kesal kepada suaminya.
"Terserah kamu saja, aku tidak bisa menolak keinginan kamu. Tapi jangan lupa tetap fokus dengan dirimu sayang," ucap Andra tersenyum ke arah istrinya.
"Tentu, aku sangat mencintaimu. Tidak akan rela melihat Mas tidak bahagia soal nafkah batin. Hatiku lebih sakit jika kamu bersama wanita ular! Kalau dengan Kiara aku bisa kendalikan selama tinggal di sini bersamaku."
"Tentu ... tentu saja Sayang. Aku juga sudah lelah dengan ingatan tentang wanita ular itu. Tetapi mau bagaimana lagi, kamu tahu kan kebutuhanku tidak bisa dihindari," lanjut Andra tanpa memperdulikan Kiara yang masih berdiri di dekat mereka dan bergelut dengan pikirannya.
"Maafkan aku Mas, tapi semuanya sekarang sudah beres. Tinggal menunggu waktu saja."
"Cerdas sekali istriku ini, jadi semakin sayang aku padamu," ucap Andra sambil mengecup mesra kesukaannya yang masih terlihat merah segar. Tidak perduli di mana tempatnya, mereka melakukan adegan mesra dan mendebarkan. Kiara hanya melirik dan segera berlalu dari tempat itu dengan tubuh bergetar menahan sesuatu yang siap meledak.
Bab 1 Rahasia Tersembunyi
15/04/2022
Bab 2 Menyerah
26/04/2022
Bab 3 Akhirnya SAH
28/07/2022
Bab 4 Telpon Dari Ferdi
28/07/2022
Bab 5 Hasutan
30/07/2022
Bab 6 Ketahuan
06/08/2022
Bab 7 Terjebak
07/08/2022
Bab 8 Kebohongan
07/08/2022
Bab 9 Amarah Mimi
07/08/2022
Bab 10 Pertengkaran
08/08/2022
Bab 11 Rencana Ferdi
09/08/2022
Bab 12 Penculikan
12/08/2022
Bab 13 Ponsel Mimi
13/11/2022
Bab 14 Rayuan Andra
15/11/2022
Bab 15 Jatuh Cinta
27/11/2022
Bab 16 Rencana Andra
29/11/2022
Bab 17 Salah Paham
04/12/2022
Bab 18 Diusir Dari Rumah
21/12/2022
Bab 19 Mimi Sakit
25/12/2022
Bab 20 21. Melamar Kerja
06/04/2023
Bab 21 Curiga
10/02/2024
Bab 22 Hasrat Terpendam
07/04/2024
Bab 23 Terjebak
07/04/2024
Bab 24 Terdesak
07/04/2024
Bab 25 Bertemu Andra
07/04/2024
Bab 26 Mimi Membuat Ulah
07/04/2024
Buku lain oleh Quora_youtixs
Selebihnya