Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Unbeatable Greengrocer

Unbeatable Greengrocer

ilmalaila22

5.0
Komentar
391
Penayangan
6
Bab

Setelah mati jadi tukang sayur? Ya, benar! Raiga mati tertabrak truk dan terbangun di dunia lain. Sebuah dunia yang ada di dalam novel yang pernah dia baca. Bukan menjadi tokoh utama atau pun tokoh jahat, Raiga justru terlahir sebagai seorang anak laki-laki tukang sayur yang gerobaknya sering dirusak oleh tokoh utama mau pun tokoh jahat. Menyebalkan sekali. Anak tukang sayur itu bernama Basilio Ponce, lahir di wilayah kerajaan Fordburg Negro. Setelah orangtuanya meninggal karena sakit, dia pun pergi bersama kakeknya berjualan sayur dan buah ke berbagai negeri yang ada di benua Samsara. Raiga yang kini ada di dalam tubuh Basilio tidak menginginkan hidupnya sengsara dan bertekad untuk membalas siapa pun yang mengusik bisnis tukang sayur yang kini dijalaninya.

Bab 1 001 - Setelah Mati Jadi Tukang Sayur

Setelah mati malah jadi tukang sayur. Apa kau bercanda? Sayangnya kenyataan inilah yang aku alami saat ini. Begitu aku membuka mata, diriku sudah berada di sebuah kamar berukuran 2x2 meter. Hanya berbeda 1 meter dengan kamar indekosku dulu.

Bila dulu aku terbangun di atas kasur busa, tapi sekarang justru terbangun di atas kasur jerami yang bahkan tidak terlalu tebal. Bukan hanya itu, ada sebuah gerobak kayu menemaniku saat ini. Ya, gerobak itu percis ada di sampingku. Hanya ditutupi oleh sebuah terpal yang warnanya sudah tidak putih lagi.

Naluriku menyuruhku untuk membuka terpal yang ada di atas gerobak dan mengintip ada apa di dalam gerobak itu. Namun, aku hanya diam dan menghela napas. Seingatku, aku baru saja tertabrak sebuah truk setelah keluar dari mini market. Aku bahkan masih bisa mengingat sebetapa ngilu dan nyerinya saat besi truk itu menghantam badanku.

Aku masih hidup! Apa benar aku masih hidup? Aku masih tidak bisa mempercayai kedua tanganku saat ini. Bila tertabrak truk sekuat itu harusnya aku sudah mati dan badanku tembus pandang, tapi kedua tangan dan badanku saat ini nyata.

Oh apa ini? Ada sebuah logo tengkorak putih dihiasi bunga mawar berwarna merah di bajuku. Logo itu berbentuk segitiga dan tepat berada di sebelah dada kiriku. Rasanya aku pernah melihat logo ini. Kalau tidak salah ingat, ini adalah logo sebuah kerajaan bernama Fordburg Negro dari novel yang pernah aku baca.

Hey, tunggu sebentar! Mana mungkin aku masuk ke dalam novel itu setelah aku mati. Novelnya memang seru sih, tapi entah mengapa kehadiranku saat ini tidaklah jelas. Aku tidak terbangun di istana mewah sebagai tokoh jahat seperti kebanyakan cerita yang pernah kubaca. Aku justru terbangun di tempat kumuh seperti ini.

Aku tahu tokoh jahatnya berasal dari Fordburg Negro, tapi kenapa aku ada di sini? Apakah ini mimpi? Rasanya terlalu nyata. Aku bahkan bisa merasakan sakit saat aku menampar pipiku sendiri. Duh.

KRIEET

Pintu ruangan terbuka. Semburat cahaya dari luar pun menerobos tanpa ampun. Membuat kedua mataku silau karenanya. Mau tidak mau, aku pun menghalangi mataku dengan punggung tangan.

"Basil, mau sampai kapan kau terus tidur?" terdengar suara parau, tapi tegas. Segera saja aku turunkan tanganku dan melihat sesosok manusia yang tengah berbicara. Dia adalah seorang kakek tua berjanggut putih dengan kepala botak yang ditutupi sebuah topi kotak.

"Hah?" aku hanya tertegun melihatnya. Siapa dia? Apa dia memanggilku Basil? Siapa Basil? Aku bahkan tidak tahu karakter apa itu.

"Kau ternyata sudah bangun. Jangan hanya diam saja, cepat cuci muka. Sebentar lagi kita harus menjual semua sayuran segar ini di pasar," ujar sang Kakek yang kemudian keluar dari ruangan. Hampir saja aku menganga mendengar apa yang dikatakannya.

Menjual sayuran? Astaga!

Aku ingat. Di dalam novel berjudul The Flame Emperor yang pernah kubaca, ada tokoh figuran yang selalu mengalami kesialan. Tokoh itu adalah tukang sayur. Dulu aku bahkan tertawa saat mendapati cerita di mana gerobaknya jatuh berantakan karena tertabrak tokoh utama dan tokoh lainnya. Adegan itu bahkan tidak hanya satu kali.

Sungguh? Rasanya seperti karma. Aku yang dulu menertawakan nasib sang tukang sayur kini malah menjadi cucu seorang kakek penjual sayuran setelah aku mati. Hah?! Kisah macam apa ini? Bukannya masih ada karakter lain yang jauh lebih baik? Argh!

Aku tidak mengerti. Aku pun hanya bisa mengacak-acak rambutku sendiri. Inginnya aku merutuki diriku sendiri, tapi kalau memang aku hidup kembali bukankah ini sudah cukup? Ah, tidak! Mana ada cukup. Selama aku hidup, aku tidak pernah jauh dari mie instan dan obat magh di akhir bulan. Mengapa sekarang kondisiku tidak ada keren-kerennya?

"Basilio, cepatlah!" seru sang kakek yang lebih terdengar seperti teriakan dari luar.

"Iya, Kek." Mau tidak mau, aku pun bangkit dan bergegas keluar dari rumah yang mungkin lebih pantas disebut gudang tempat gerobak.

Eh?

Aku terkesiap melihat sebuah danau yang tepat berada di kaki bukit. Jaraknya tidak terlalu jauh dari tempatku berada. Air di danau itu tampak berkilauan karena terkena cahaya matahari.

Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar. Aku pun dapat melihat kalau rumah sang kakek berada terpisah dari perumahan penduduk. Aku juga dapat melihat sang kakek tengah berada di sebuah ladang jagung kecil yang berada tepat di samping rumah. Sepertinya kakek itu sedang memanen.

Aku bergegas pergi ke arah danau dan mencuci mukaku di sana. Dapat aku lihat pantulan wajahku yang baru di air. Kulit putih, rambut merah pekat, dan iris bola mata hijau emerald. Ini benar-benar bukan wajah milikku. Meski rambut berwarna merah, tapi entah mengapa terlihat pas di wajah.

"Basil." Apa ini namaku sekarang? Tidak banyak yang aku ketahui tentang karakter ini. Informasinya hanya sedikit dan terbatas. Aku hanya ingat kalau namanya adalah Basilio Ponce yang pergi ke berbagai tempat bersama kakeknya hanya untuk berkebun dan berjualan sayur.

Ah, sial. Aku lupa siapa nama kakek itu. Kuharap nanti bisa mengetahuinya tanpa bertanya. Semoga.

Manik mataku tanpa sengaja menangkap sebuah bunga yang terlihat seperti bunga tulip berwarna biru dongker dengan sedikit irisan warna merah di ujung kelopaknya. Irisan warna itu membuatnya terlihat berbeda dari bunga tulip yang biasa aku lihat di toko bunga yang kerap aku lewati ketika pulang bekerja.

Aku mencoba untuk meraih dan lebih mendekat pada bunga itu. Belum juga aku raih, entah mengapa kepalaku mulai terasa pusing.

"Basil, apa yang kau lakukan? Apa kau lupa kalau bunga itu beracun?" Suara sang kakek kembali terdengar. Seketika saja aku tersadar dan melangkah mundur.

Aku lupa. Fordburg Negro memang termasuk kerajaan yang indah, tapi ada lebih banyak bunga beracun yang tumbuh di sekitar kerajaan ini. Meski begitu, ini memang bukan hal aneh karena anggota kerajaannya sendiri jauh lebih beracun ketimbang bunga yang ditanamnya.

"Kau ini kenapa? Tidak biasanya seperti ini," keluh sang kakek.

"Ah, maafkan aku kek." Aku hanya bisa meminta maaf. Aku tidak mungkin berkata kalau jiwa yang menempati badan cucunya adalah jiwa yang berbeda? Bisa-bisa aku dianggap gila. Itu pasti akan membuat suasana jauh lebih kacau.

Aku membantu kakek itu memanen jagung dan juga menyiapkan gerobak. Setelahnya, kakek itu memberikanku sebuah roti yang teksturnya agak keras dan cenderung hambar. Aku bahkan memakannya sambil menarik gerobak.

Hidup sekeras ini ya? Sekalipun kehidupanku dulu serba pas-pasan, tapi aku tidak pernah sekalipun menarik gerobak sayur yang lebih berat dari menarik troli minuman dingin di mini market tempatku bekerja dulu. Ah, mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa membiarkan kakek tua itu menarik gerobaknya sendirian.

Apa yang lebih buruk dari ini?

Kelopak mataku berkedut saat melihat sesosok laki-laki yang memakai tudung jubah hitam kusam dan sedikit sobek di bagian bawahnya. Nyalang mata merahnya membuatku yakin kalau dia adalah orang yang akan membuatku sangat kerepotan di masa depan.

Dia adalah Louis Chambers. Tokoh utama dari novel The Flame Emperor yang tengah aku masuki saat ini. Aku tahu, tidak lama lagi, kehadirannya akan menimbulkan masalah bagi gerobak sayur yang tengah aku tarik saat ini.

BERSAMBUNG

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku