Janjinya, Penjaranya

Janjinya, Penjaranya

Gavin

5.0
Komentar
6K
Penayangan
30
Bab

Di hari aku bebas dari penjara, tunanganku, Dion Sanjaya, sudah menungguku. Dia berjanji hidup kami akhirnya akan dimulai. Tujuh tahun lalu, dia dan orang tuaku memohon agar aku mau menanggung kejahatan yang dilakukan oleh kakak angkatku, Keysha. Dia mabuk saat menyetir, menabrak seseorang, lalu kabur begitu saja. Kata mereka, Keysha terlalu rapuh untuk dipenjara. Mereka menyebut hukuman tujuh tahunku sebagai pengorbanan kecil. Tapi begitu kami tiba di rumah mewah keluarga, ponsel Dion berdering. Keysha sedang mengalami salah satu "masalahnya" lagi, dan Dion meninggalkanku sendirian di lobi megah untuk bergegas ke sisinya. Kepala pelayan kemudian memberitahuku bahwa aku harus tinggal di gudang berdebu di lantai tiga. Perintah orang tuaku. Mereka tidak ingin aku membuat Keysha kesal saat dia kembali. Selalu saja Keysha. Dialah alasan mereka mengambil dana beasiswa kuliahku, dan dialah alasan aku kehilangan tujuh tahun hidupku. Aku putri kandung mereka, tapi aku hanyalah alat yang bisa dipakai lalu dibuang. Malam itu, sendirian di kamar sempit itu, sebuah ponsel murah pemberian seorang penjaga penjara bergetar karena ada email masuk. Itu adalah tawaran pekerjaan untuk posisi rahasia yang telah aku lamar delapan tahun lalu. Tawaran itu datang dengan identitas baru dan paket relokasi segera. Sebuah jalan keluar. Dengan jari gemetar, aku mengetik balasanku. "Saya terima."

Bab 1

Di hari aku bebas dari penjara, tunanganku, Dion Sanjaya, sudah menungguku. Dia berjanji hidup kami akhirnya akan dimulai.

Tujuh tahun lalu, dia dan orang tuaku memohon agar aku mau menanggung kejahatan yang dilakukan oleh kakak angkatku, Keysha. Dia mabuk saat menyetir, menabrak seseorang, lalu kabur begitu saja.

Kata mereka, Keysha terlalu rapuh untuk dipenjara. Mereka menyebut hukuman tujuh tahunku sebagai pengorbanan kecil.

Tapi begitu kami tiba di rumah mewah keluarga, ponsel Dion berdering. Keysha sedang mengalami salah satu "masalahnya" lagi, dan Dion meninggalkanku sendirian di lobi megah untuk bergegas ke sisinya.

Kepala pelayan kemudian memberitahuku bahwa aku harus tinggal di gudang berdebu di lantai tiga. Perintah orang tuaku. Mereka tidak ingin aku membuat Keysha kesal saat dia kembali.

Selalu saja Keysha. Dialah alasan mereka mengambil dana beasiswa kuliahku, dan dialah alasan aku kehilangan tujuh tahun hidupku. Aku putri kandung mereka, tapi aku hanyalah alat yang bisa dipakai lalu dibuang.

Malam itu, sendirian di kamar sempit itu, sebuah ponsel murah pemberian seorang penjaga penjara bergetar karena ada email masuk. Itu adalah tawaran pekerjaan untuk posisi rahasia yang telah aku lamar delapan tahun lalu. Tawaran itu datang dengan identitas baru dan paket relokasi segera. Sebuah jalan keluar.

Dengan jari gemetar, aku mengetik balasanku.

"Saya terima."

Bab 1

Aku ingat hari saat aku masuk penjara. Bukan karena hakim atau juri. Tapi karena keluargaku sendiri.

Tujuh tahun lalu, kakak angkatku, Keysha Suryo, menyetir dalam keadaan mabuk. Dia menabrak seseorang dan kabur dari tempat kejadian. Korbannya selamat, tapi kejahatannya serius.

Orang tuaku, keluarga Suryo, menyuruhku duduk. Kakak kandungku, Jihan, juga ada di sana.

"Keysha sedang tidak sehat," kata ibuku, suaranya dingin. "Dia tidak bisa masuk penjara. Itu akan menghancurkannya."

"Bisakah kamu menggantikannya?" tanya ayahku, tanpa menatapku. "Hanya beberapa tahun."

Aku menolak. Aku tidak percaya dengan apa yang mereka minta. Tapi suatu malam, mereka memasukkanku ke dalam mobil. Bukan mobil mereka. Itu mobil polisi.

Tunanganku, Dion Sanjaya, ada di sana. Dia orang besar di Jakarta, seorang konglomerat keuangan yang bisa membuat segalanya terjadi. Dia yang mengatur semuanya. Dia memegang wajahku, matanya dipenuhi rasa sakit yang tidak aku mengerti.

"Annisa, saat kamu keluar, aku akan menikahimu," janjinya. "Bertahanlah selama tujuh tahun ini. Ini satu-satunya cara untuk melindungimu dari nasib yang lebih buruk."

Aku tidak mengerti nasib buruk apa yang dia maksud. Aku hanya mengerti pengkhianatan.

Sekarang, tujuh tahun telah berlalu. Gerbang besi yang berat itu terbuka, dan aku melangkah keluar ke dunia yang terasa terlalu terang, terlalu bising.

Sebuah mobil hitam mewah sudah menunggu. Dion Sanjaya melangkah keluar. Dia terlihat sama, sangat tampan dengan setelan jasnya yang mahal, tidak ada sehelai rambut pun yang berantakan.

Dia membuka lengannya untuk memelukku. Aku mundur selangkah.

Dia tampak terluka, lengannya terkulai di sisi tubuhnya. "Annisa."

Aku menatap diriku sendiri. Pakaianku murah, pemberian dari penjara. Rambutku kusam, kulitku pucat. Aku kurus, hanya tulang dan bayangan. Tujuh tahun makanan penjara dan kerja paksa telah mengubahku menjadi seseorang yang tidak aku kenali. Dia, di sisi lain, tampak seperti baru saja keluar dari majalah. Perbedaan itu terasa seperti tamparan fisik.

"Aku di sini," katanya, suaranya lembut. "Aku sudah bilang aku akan datang. Kita akan menikah. Kita akan memulai hidup kita."

Janji itu terasa hampa, gema dari masa lalu yang terasa begitu jauh. Aku menatapnya, benar-benar menatapnya, dan tidak merasakan apa-apa. Cinta yang pernah aku miliki, harapan putus asa yang membuatku bertahan hidup selama beberapa tahun pertama di dalam sana, telah berubah menjadi debu.

"Di mana mereka?" tanyaku. Suaraku serak karena jarang digunakan.

Ekspresi Dion menegang. "Orang tuamu... dan Jihan... mereka tidak bisa datang. Keysha mengalami 'masalahnya' lagi pagi ini. Mereka harus membawanya ke rumah sakit."

Tentu saja. Keysha. Selalu saja Keysha. Gadis rapuh dan sakit-sakitan yang diadopsi orang tuaku bertahun-tahun lalu. Dia adalah segalanya bagi mereka. Aku adalah putri kandung mereka, tapi aku hanyalah renungan, alat untuk digunakan dan dibuang.

Aku ingat saat menemukan orang tua kandungku, keluarga Suryo, dengan penuh harapan. Aku seorang yatim piatu, dan aku pikir aku telah menemukan rumahku. Tapi mereka sudah memiliki putri sempurna mereka dalam diri Keysha. Aku hanyalah kebenaran yang merepotkan.

Dion mengantarku kembali ke rumah mewah keluarga Suryo. Itu bukan rumahku. Itu hanyalah rumah tempat aku dulu tinggal. Kepala pelayan, seorang pria yang telah mengenalku sejak aku remaja, menatapku dengan jijik.

"Tuan dan Nyonya Suryo telah menginstruksikan agar Anda menggunakan kamar belakang di lantai tiga," katanya, suaranya penuh dengan nada merendahkan. "Mereka tidak ingin Anda mengganggu Nona Keysha saat dia kembali."

Kamar belakang itu tak lebih dari sebuah gudang yang dimuliakan, berdebu dan terlupakan. Di sanalah mereka selalu menempatkanku, jauh dari pandangan dan pikiran.

Dion tampak sangat canggung. "Aku akan bicara dengan mereka, Annisa. Ini tidak benar."

Tapi kemudian ponselnya berdering. "Ini ibumu," katanya, wajahnya berkerut cemas. "Aku harus pergi ke rumah sakit. Keysha mencariku."

Dia memilih Keysha. Lagi. Tentu saja. Dia selalu memilihnya.

Aku mengangguk, tidak merasakan apa-apa selain kehampaan yang mendalam. "Pergilah."

Dia pergi. Aku berdiri sendirian di lobi megah, hantu di rumah keluargaku sendiri. Aku menaiki tangga belakang menuju kamar kecil dan sempit yang diperuntukkan bagiku.

Pintunya sedikit terbuka. Aku bisa mendengar orang tuaku berbicara di ruang keluarga utama di lantai bawah.

"Apa dia sudah di kamarnya?" suara ibuku, tajam dan kesal.

"Sudah, Nyonya. Dia ada di gudang," jawab kepala pelayan.

"Bagus. Biarkan dia di sana. Kita tidak bisa membiarkannya membuat Keysha kesal. Dion sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Dia tahu apa yang penting."

Hatiku, yang kupikir telah berubah menjadi batu, merasakan sakit yang dingin dan tajam.

Aku menutup pintu kamar kecilku dan duduk di kasur yang menggumpal. Ponselku, ponsel sekali pakai murahan yang diberikan oleh seorang penjaga penjara yang baik hati, bergetar. Itu sebuah email.

Judulnya berbunyi: "Posisi Rahasia - Lembaga Riset Nasional."

Itu adalah sebuah tawaran. Pekerjaan di departemen restorasi seni rahasia, posisi yang telah aku lamar delapan tahun lalu, sebelum hidupku dicuri dariku. Tawaran itu datang dengan identitas baru dan paket relokasi.

Sebuah jalan keluar.

Dengan jari gemetar, aku mengetik balasanku.

"Saya terima."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gavin

Selebihnya
Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

xuanhuan

5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Romantis

5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Modern

5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku