Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Yang Belum Terucap

Yang Belum Terucap

avrhyzeo

5.0
Komentar
16
Penayangan
7
Bab

Mora memutuskan untuk membawa seorang untuk tinggal bersamanya di apartemen. Niat yang awalnya hanya ingin membantu, malah membawa mora dalam masalah dikemudian hari. Saat mora mencoba menyelesaikan semuanya, masalah yang lebih besar datang. Mora jatuh cinta. Itulah masalah sesungguhnya. Saat semua orang meninggalkannya. Mora hanya bisa berjuang untuk memperbaiki semuanya. Mora tidak menyesal. Dia akan terus bertahan sampai semuanya kembali seperti semula.

Bab 1 Hitam Putih

" Mon, lo megang duit nggak?"

" Ngapain gue megang-megang duit, emang gue kang parkir? "

" Maksud gue- "

" Lo mau minjem, ntar lo balikin, SUMPAH DEMI APA, yang ini bener-bener bakal lo balikin!!! Gitu kan?? Gak Ada!! "

" Yah mon, hiks!! "

" Lo tuh ya, udah dibilangin juga, jangan judi terus, masssiiihhh aja, Lo cewek, sadar gak sih? "

" Gue kemaren menang dong, lima puluh juta !"

" Beneran? "

" Iya, Sumpah!! "

" Keseringan Sumpah Lo, terus mana coba, duit nya kalo menang ??!! "

" Yah gitu, pas menang lima puluh gue naikin Bet, ternyata hoki nya cuma sampe segitu, abis deh jadinya! "

" Eh Anjing, itu namanya Lo kalah, Bego!! "

" Makanya, pinjemin gue duit, abis ini gue ganti beneran, ga bohong gue, ga pake Sumpah! "

" Oke, Ntar kalo yang minjem duit gue udah balikin, Gue pijemin lo duit nya "

" Siapa yang make duit lo? Biar gue yang nagih ! "

" Ada temen gue "

" Banyak? "

" Lumayan sih "

" Berapa? "

" Lapan puluh juta lebih !!!"

" Anjing, banyak amat, siapa sih nama temen lo? , biar gue yang nagih!! "

" Yaudah, tagih sono, kalo dapet gue pinjemin lo separoh !"

" Beneran? "

" Iya "

" Janji lo! "

" Janji gue "

" Oke, Siapa namanya? Biar gue samperin "

" Mora Haruna Basa, itu namanya, coba lo mintain kalo bisa! "

" Oke, "

"..."

"???"

"!!!"

" Eh, itu kan nama gue? !!!"

" Emang!!! "

****

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, namun Mora masih enggan hanya untuk sekedar bangkit dan duduk dari tempat tidurnya. Matanya sudah terbuka sejak lima menit yang lalu, tapi rasa pengar masih bersarang dikepalanya.

" Njir, efeknya sampe siang, dicekokin apaan sih gue? " gumamnya.

Meski tidak jelas, Mora mendengar suara dari luar kamar, didalam Apartemennya.

Dengan sisa-sisa tenaga dan sedikit kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul dikepalanya, Mora berusaha untuk bangkit. Saat berhasil berdiri Mora mencoba melakukan sedikit senam peregangan untuk melemaskan otot-ototnya yang terasa sangat Kaku.

Karna gerakannya sangat asal sekali, tentu saja tidak memberi efek Maksimal, bisa kram iya..!!, Mora tidak terlalu memikirkan hal tersebut, orang kepalanya masih berat.

Mora meraih t-shirt secara asal dari banyak benda yang mengantung dipintu kamar dan memakainya secara, terbalik?, kemudian membuka pintu dan keluar.

Hidungnya disambut dengan Aroma kopi yang memenuhi ruangan, Wangi tersebut sedikit menyegar kan isi kepalanya, seakan terhipnotis dengan itu, tanpa harus menebak dari mana Aroma itu berasal, Mora dengan mata yang masih setengah terpicing berjalan gontai kedapur.

Benar saja, sebuah moca pot silver yang mengeluarkan uap asap panas terletak di atas mini bar. Mora mengambil salah satu dari lima cangkir kopi yang ada di atas bar lalu menuangkan kopi kedalamnya.

Sebelum meminumnya Mora mendekatkan bibir cangkir yang berisi setengah kehidungnya, kemudian menghirup semua Aroma yang berasal dari kopi yang masih panas tersebut sebanyak satu nafas yang dalam, senyumnya langsung mengembang.

Tepat seperti apa yang di ajarkan oleh penggila kopi yang menyeduh kopi ini padanya, dengan begitu efeknya langsung terasa.

Kesadarannya meningkat dari dua puluh menjadi sekitar lima puluh persen saat itu, lalu mulai menyesap kopi tersebut.

" Ahhhh... Seger nya!! "

Mora menyesap beberapa kali lagi, lalu meletakkan cangkir tersebut diatas meja, efek kopi itu selalu berhasil meredakan pengar nya.

" Njir, kapan ya gue bisa bikin kopi senikmat ini." gumamnya sambil menggeleng kepala, yakin dia tak akan bisa.

Mora menuangkan lagi kopi tersebut hingga hampir memenuhi cangkir, lalu dengan kedua tangannya, Mora berhati-hati mengangkatnya. Mora berniat membawa satu cangkir penuh kopi itu kembali kekamarnya.

Saat melewati ruang tengah antara dapur dan kamarnya, disebelah kanan tepat didepan pintu kamar yang lain diruangan tersebut, dia melihat si penyeduh kopi ini sedang memakai sepatu sepertinya hendak pergi.

" Mau kemana lo?. " tanya Mora.

Orang tersebut melihat Mora sebentar dan sekilas terlihat matanya melebar, kemudian dengan cepat menunduk untuk memasang sepatunya kembali sebelum menjawab.

" Mau belanja, bean tinggal dikit, udah gak banyak pilihan " jawabnya lalu berdiri tanpa melihat lagi.

" Oh, gitu "

" Gue jalan ya, jangan biarin orang lain masuk " begitu pesannya sebelum menutup pintu dari luar dan pergi.

" Oke " Jawab Mora setengah berbisik, Aneh, siapa yang mau masuk emangnya, dia menggeleng keheranan, kurir?

Kemudian Mora kembali berjalan kekamarnya, sekarang bukan untuk kembali tidur, tapi dikepalanya sudah terbayang tempat menikmati kopi paling bagus disini adalah balkon dikamarnya.

Sampai di kamar dia membuka pintu kaca perlahan dengan satu tangan lain masih memegang kopi, setelahnya Mora terus berjalan hingga sampai dipagar balkon tersebut.

Menyandarkan kedua lengan dengan siku sebagai tumpuan, secangkir penuh kopi hangat masih digenggamannya, dari balkon kamarnya matanya melahap pemandangan dari ketinggian, terlihat hamparan gedung-gedung dan bangunan yang memenuhi setiap sudut Kota itu.

Mora kembali menyesap kopi yang dia bawa sambil menikmati terpaan Angin yang membelai manja separuh tubuh bagian atasnya, membuat kesadarannya langsung meningkat ke angka tujuh puluh persen.

Senyum kembali merekah diwajahnya, lagi-lagi didalam hati dia memuji betapa nikmatnya kopi itu dan betapa hebatnya orang yang menyeduhnya.

Tidak lama menikmati momen indah tersebut, sebuah suara kecil mengintrupsi kebahagiaan tiada tara yang sedang dinikmati Mora tersebut.

Mora meletakkan cangkir kopi di atas meja kecil dibalkon, lalu dengan tampang sedikit kesal Mora masuk kembali kekamar.

Dari nakas disebelah tempat tidurnya getar suara ponsel meronta-ronta, bukan notifikasi pesan karna getarnya begitu lama pasti itu sebuah panggilan.

" Siapa sih? gangguin aja pagi-pagi! " Rutuk Mora sambil menyambar benda yang bergetar tersebut dan segera menjawab panggilan tanpa melihat dulu siapa yang memanggil.

" Woi Anjing!!! ngapain pagi-pagi udah gangguin gue!! " teriak Mora tanpa basa-basi.

"Oh, jadi begini cara kamu memberi salam pada orangtuamu sekarang? Hebat yaa kamu..!! " suara diseberang langsung protes.

Mendengar suara yang memberi shock therapy tersebut membuat kesadaran Mora langsung meningkat menjadi seratus dua puluh tiga persen, dia memejamkan matanya dan mengetuk-ngetuk kepala nya untuk menyesali kebodohannya.

" Eh Mama, maaf aku fikir Mona yang nelfon "

" MORA.. INI SUDAH JAM SETENGAH DUA BELAS SIAAANG!!! , KAMU NGGAK KULIAH???!! "

Mora menjauhkan ponsel nya dari telinga, dia merasa teriakan ibunya tersebut akan merobek gendang telinga saking kuatnya.

" Anu Maaa, eheeem... aku lagi gak kuliah hari ini, dosen nya hamil, ya hamil tiga bulan, mau melahirkan " jawab nya asal.

" Jangan bohong kamu, pasti kamu keluar sampai larut malam lagi, dan kesiangan kan? "

" Nggak Ma, Sumpah, aku tadi malam belajar sampe subuh, makanya kesiangan!!! "

" Mama sudah bicara sama Papa kamu, jika kamu membuat masalah lagi disana, kami akan membawamu kesini, dan tidak usah kuliah saja sekalian !!!!"

" Nggak ada masalah lagi kok Ma, Sumpah !! "

" Kamu ini, Sumpah Sumpah terus, nanti kemakan Sumpah baru tau rasa kamu..!!"

" iya beneran Ma, gak ada masalah lagi, ga pake Sumpah !!"

" Yasudah, Mama mau ngasih tau, itu uang bulananmu sudah Mama transfer, jangan dihabisin buat hal-hal yang tidak berguna lagi..!! "

Mendengar uang bulanannya sudah dikirim, membuat Mora melonjak senang, badannya langsung segar, rasa penat karna menghabiskan tenaga untuk meloncat-loncat dan bergoyang tanpa tema yang jelas di sebuah Klub tadi malam segera hilang saat itu juga.

" Makasih Ma, Lup yuu.. Muuuaacchh..!!! " kata Mora manja.

" Yaaaa, ingat ya pesan Mama, kalo kamu membuat masalah lagi, kami akan menjemputmu kesana dan menyeretmu sampai kesini!!!! "

Mora yang saat itu masih kegirangan tidak sengaja melihat bayangannya sendiri dicermin, Membeku seketika, Mora menatap dirinya yang ada di cermin.

" Anjing !!!!" katanya tak sadar,

Ponselnya terlepas dan jatuh ke lantai. Dibalik cermin dia melihat bayangan dirinya, dengan rambut kusut seperti Singa, make-up yang sudah berantakan dan memakai kaos putih tipis menutupi bagian atas, sedangkan untuk bawahannya.. Ini masalahnya...

Dia tidak memakai bawahan..!!!

CD berwarna hitam yang sangat kontras dengan kulitnya yang sangat putih itu terlihat jelas sedang melingkar dipinggang menutup wilayah pangkal pahanya.

" KAMU BILANG APA? HALLOO,, MORA? .. KAMU DENGAR MAMA? KAMU BILANG APA? HALLOO?! "

Mendengar suara Ibunya yang masih terhubung , tersadar cepat-cepat Mora meraih ponselnya, dan dengan tergesa-gesa kembali menempelkan ketelinga.

"Nggak Ma, ponsel ku jatuh, Aku nggak bilang apa-apa kok, Sumpah!! "jawabnya panik.

" kamu ini ceroboh sekali, yasudah jangan lupa pesan Mama, Mama ada urusan "

" Ya Mamaku yang tersayaaaang!! "

" Jangan sok manja, kamu sudah dewasa, mama pergi dulu, sudah ditungguin, Daaaa...!! "

" Ya Ma.. Daaa Mamaaaa !!!"

Sambungan telfon tersebut terputus, setelah melihat sekali lagi dirinya yang dicermin Mora langsung merebahkan badannya kembali kekasur dan terlentang dengan posisi mirip bintang laut, dia menatap ke langit-langit kamar, mencoba mengingat-ingat kejadian beberapa menit yang lalu..

" Gue jalan ya, jangan biarin orang lain masuk "

" Pantas dia tadi kayak kaget terus pas mau pergi bilang gitu.. Anjing.. Pasti dia ngeliatkan??, Ga mungkin ga liat!!! Anjing .. AARRRGGHHH..!!! "

Mora mengacak-acak rambutnya kesal, dan kembali berteriak.

" Anjing.. BEGOOO..!!! "

***

Mora Haruna Basa 23 tahun, biasa dipanggil Mora, mahasiswi paling populer sekaligus paling bermasalah diangkatannya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku