Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pesona Sebuah Ciuman

Pesona Sebuah Ciuman

AUTHOR FEMES

4.4
Komentar
22.7K
Penayangan
30
Bab

Warning 21+ pembaca only! Dibawah umur harus skip baca yh Blurb Bagaimana rasanya jika kamu dicium pria yang harusnya kamu benci, tapi kacaunya ciuman pria tampan itu malah kamu balas dan nikmati! Apa yang akan dilakukan Karin untuk melupakan sensasi ciuman Wilson yang enggan hilang dari pikirannya? Mampukah Wilson dan Karin melupakan ciuman terlarang mereka? Nyata-nyata ciuman itu terlarang untuk Karin nikmati karena status Karin yang masih resmi menjadi istri Steven! Aduh penasaran nggak sih? Kalau penasaran hayoo langsung dibaca yah, kalau belum penasaran silahkan masukan ke rak baca kalian dulu, kalo udah penasaran baru dibaca yah hihihi Salam kenal dan salam penuh semngat dari Author Femes

Bab 1 1 judul Pulang ke kota tercinta

Bab 1

Karin merasa sangat bahagia ketika sampai di kampung halamannya, Bandar Lampung, kota yang paling dicintainya.

Kota Bandar Lampung itu asri, tentram, damai, tidak ada macet, pokoknya kalau secara pribadi Karin ditanyai komentarnya tentang kota pilihan mana yang bisa dijadikan referensi di seluruh dunia dengan yakin ia akan menyebutkan Bandar Lampung is the best in the world!

Seluruh keluarganya datang menjemputnya di bandara. Ia sangat merindukan mereka Karena keadaan, ia harus meninggalkan kampung halamannya. Ia merasa sedih jika mengingat saat itu.

Kesedihannya langsung menguap saat melihat keceriaan kedua keponakannya yang berlarian masuk ke dalam pelukannya. Mereka menciuminya dengan gembira dan wajahnya jadi basah karena ciuman basah mereka.

"Mereka begitu merindukanmu," kata Selina sambil menyerahkan tissue basah kepada Karin.

"Aku tahu." Karin tertawa sambil mengusap wajahnya dengan tissue pemberian Selina dan memeluk semua saudaranya dengan perasaan gembira.

Karin merasa sedikit heran melihat Chika, adik bungsunya yang murung dan tampak menyembunyikan sesuatu darinya tapi ia menahan diri untuk mencari tahu, paling tidak setelah mereka sampai di rumah.

Meskipun kepalanya sedikit berdenyut karena celotehan ribut kedua keponakannya tapi ia membiarkannya dan hanya bisa tertawa ketika salah satu di antara mereka saling mengadukan saudaranya sendiri kepada Karin.

"Pusing yah?"

Karin hanya tersenyum dan menyandarkan kepalanya lalu menggeleng sambil meraih kedua keponakannya.

Dengan tenang kedua keponakannya masuk ke dalam pelukan Karin.

"Seandainya saja mereka bisa begini setiap hari," keluh Selina.

Karin sangat sedih mendengar keluhan kakak perempuannya. Beruntunglah Selina masih bisa mendengar celotehan dan keaktifan anak-anaknya. Sementara dia?

Selina tahu, ia telah salah bicara. Ia menghela napas sambil menggenggam tangan Karin dan memberinya semangat tanpa sanggup mengatakan apa-apa.

Ia sangat merindukan Matthew, putra tunggalnya yang kini tinggal bersama suaminya. Mereka masih berstatus suami istri tapi harus hidup terpisah.

Perbedaan prinsip di antara mereka terlalu sulit untuk disatukan. Keinginan Steven untuk menuruti keinginan kedua orang tuanya tinggal bersama mereka menjadi faktor utama perpisahan mereka.

Kilas balik...

Awalnya Karin mengikuti kemauan Steven dan tinggal bersama kedua orang tua Steven tapi Karin tidak betah kalau hanya berperan sebagai ibu rumah tangga saja tanpa berkarir seperti biasanya.

Ia tidak terbiasa hanya seharian menunggui Steven pulang apalagi seluruh penghasilan Steven diberikan semuanya untuk diatur mertuanya tapi yang membuatnya merasa sesak, mertuanya tidak pernah memberinya uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya apalagi kebutuhan Matthew. Ia merasa tidak tahan harus terus-menerus menekan perasaannya.

Berulang kali, ia sudah mencoba membicarakan masalah ini kepada Steven tapi jawaban Steven tidak memberi jalan keluar baginya. Steven tidak mau perduli dengan semua tekanan yang ia alami! Sampai akhirnya ia tidak tahan lagi dan memutuskan untuk pulang kerumahnya sendiri.

Permintaannya langsung disetujui mertuanya dengan syarat Matthew harus tinggal bersama mereka! Hatinya langsung mencelos dan berharap Steven membelanya tapi yang membuatnya kecewa Steven tidak berani mengatakan apapun dihadapan orang tuanya!

Steven memang mencegahnya pergi tapi tanpa memberikan jalan keluar bagi keluarga kecil mereka. Yang dia mau hanya memiliki rumah tinggal sendiri, meski kecil dia rela, tidak masalah tapi Steven merasa berat kalau harus meninggalkan kedua orang tuanya.

Ia merasa sangat kecewa. Ia merasa Steven tidak lagi mencintainya! Akhirnya ia mengalah dan pergi dari rumah.

Masa kini

Lebih kurang satu jam lamanya perjalanan dari bandara kerumahnya. Karin tersenyum ketika melihat bangunan tingkat empat yang menjulang dihadapannya. Rumahnya memiliki sedikit halaman yang kini sudah berubah menjadi kolam ikan yang imut!

Lucu juga menurutnya karena sebelum ia pergi, halamannya masih luas dengan rerumputan.

"Siapa yang punya ide?" tanya Karin sambil menunjuk ke arah kolam.

"Papi," jawab

Karin mengangguk-angguk. "Gimana usaha penginapan? Lancar?"

"Penuh," jawab Papi tiba-tiba nongol.

"Puji Tuhan!" sahut Karin sambil memeluk papinya. "Mami nggak datang, Pi?"

Papinya mendengus. "Dia mah orang sibuk, mana sempet liat-liat Papi."

Mami dan papi memang sudah tinggal terpisah. Papinya dan adik bungsunya tinggal bersamanya sementara maminya tinggal bersama Selina, kakak perempuannya.

Alasan Karin membawa papi tinggal bersamanya dan mami di rumah lamanya karena Karin sudah capek mendengar pertengkaran dan kecemburuan-kecemburuan di antara mereka yang tidak pernah ada habis-habisnya.

Rupanya keputusan Karin membawa papinya tinggal bersamanya adalah keputusan yang tepat, di samping keadaan emosi papinya menjadi lebih stabil dan tidak tertekan lagi, sekarang papi sudah mulai berpikir mengembangkan lagi jiwa bisnisnya dengan membuka bisnis penginapan di samping ruko Karin.

Rumah itu terhubung langsung dengan ruko yang sekarang mereka tempati. Rukonya memiliki 2 pintu utama. Satu pintu digunakan untuk masuk ke showroom bridal milik Karin yang sekarang dikembangkan oleh adiknya, Chika. Sementara pintu satunya lagi mengarah ke tingkat selanjutnya yang dibuat studio foto. Sedangkan untuk tingkat 3 dipergunakan untuk rumah persekutuan. Lebih kurang seperti gereja tetapi lebih mengarah ke perkumpulan PA (Persekutuan Alkitab ). Di dalam kegiatan ini sesama jemaat bisa saling sharing tentang masalahnya apapun juga, mulai dari masalah keluarga, keterikatan obat-obatan, atau apapun juga dan mereka bisa dibina dan diajarkan untuk bisa lebih dekat dengan Tuhan agar tidak jatuh lagi dalam dosa yang sama.

Sebelum membeli tempat ini, Karin sudah berkomitment untuk membentuk dan membangun Mezbah Tuhan di rumahnya, dan yang jelas sih, setan-setan nggak pernah tuh mau ngelirik untuk ngeganggu tempat tinggalnya.

Tingkat 4 dipergunakan untuk tempat tinggal Karin bersama keluarga kecilnya.

Kamar Karin masih tertata rapi dan foto pernikahannya dengan Steven masih terpajang dikamarnya.

Dia tidak menyangka kehidupan rumah tangganya akan berakhir pahit seperti ini!

Steven selalu mempergunakan Matthew untuk membujuk Karin agar mau mengalah dan tinggal bersama-sama di Surabaya dengan mereka tapi Karin merasa tidak sanggup kalau harus hidup tanpa bekerja, bagi dirinya sendiri dan keluarganya. Ia sudah terbiasa untuk hidup mandiri dan tidak terbiasa meminta-minta.

Keluarganya dulu hidup sangat sederhana. Itulah yang membuat Karin terus memotivasi dirinya untuk terus maju dalam berusaha dan bekerja sehingga ia bisa membeli tempat tinggal sekaligus tempat usaha yang menguntungkan. Ia juga bisa membantu kedua orang tuanya dalam menjalani masa-masa tua mereka dengan lebih nyaman lagi dalam segi materi.

Meskipun mereka telah berpisah lama tapi dalam hati yang paling dalam, ia mengakui meskipun Steven telah mengecewakan hatinya, ia masih sangat mencintai Steven.

Ketika memutuskan berpisah dari Steven, Karin merasa separuh napasnya diambil dari raganya. Ada kehampaan ketika ia harus menjalani hidup tanpa Steven dan juga anaknya.

Selama ini, kehidupan rumah tangga mereka sangat baik-baik saja juga dibumbui dengan kehidupan seks yang hebat dan mereka bisa saling mengisi satu sama lain, Karin merasa sempurna sebagai wanita saat bersama Steven tapi keadaan berubah saat mereka harus pindah ke Surabaya karena orang tuanya sedang sakit. Sampai pulihpun mereka tidak diperbolehkan kembali ke rumah orang tua Karin di Bandar Lampung, tempat mereka merajut keluarga kecil mereka.

Karin merasa sendirian karena Steven merasa serba salah. Hanya Matthew penghiburnya saat berada di rumah orang tua Steven tapi itupun kebanyakan Matthew selalu diajak jalan-jalan oleh mertuanya.

Dia merasa sangat kesepian. Dia juga menyalahkan dirinya sendiri kenapa begitu tertutup dan tidak bisa berlama-lama untuk mendekatkan diri dengan keluarga Steven. Ia tidak mengerti kenapa mertuanya selalu saja bersikap sinis dan selalu menyalahkannya apapun yang ia lakukan.

Apapun yang ia lakukan selalu salah dan kurang! Tidak ada satupun yang bisa ia lakukan yang bisa menyenangkan mertuanya. Ia merasa frustrasi dan putus asa menghadapi semua tekanan yang ia alami selama tinggal bersama orang tua Steven.

Ia terbiasa menghasilkan uang dan tidak terbiasa meminta kepada orang lain. Meskipun ia sudah berumah tangga dengan Steven, Karin tetap terbiasa mencari penghasilannya sendiri.

Ia memiliki usaha penyewaan gaun pengantin, studio foto dan wedding organizer yang cukup sukses dan diakui di Bandar Lampung.

Keputusan Steven untuk menuruti keinginan kedua orang tuanya dan memisahkan dia dengan anaknya membuat Karin sakit hati dan semakin tidak respek dengan sikap orang tua Steven. Terlebih lagi sepertinya Steven lebih memilih hidup bersama kedua orang tuanya dibanding membentuk keluarga mandiri bersamanya. Karin seperti mau mati rasanya karena mengalami hal itu.

Kebahagiaan yang ia rasakan bersama keluarga kecilnya tiba-tiba terenggut begitu saja darinya.

Dia marah dan meratapi keadaannya tapi ia tahu semua itu tidak akan mengubah apapun dan malah akan menghancurkan dirinya!

Ia mulai bangkit dan mulai membuka dirinya kepada lingkungan bisnisnya. Terlalu banyak kenangan manis di rumah itu, maka ketika Dani teman satu kuliahnya menawarkan kepada Karin untuk memimpin salah satu perusahaan percetakan milik orang tuanya, Karin menerimanya dengan konsekuensi ia harus meninggalkan Bandar lampung.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku