Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PILIHAN ALBYAN | Chimon's Harem

PILIHAN ALBYAN | Chimon's Harem

SugarCat

5.0
Komentar
371
Penayangan
5
Bab

🔞🏳️‍🌈 BL LOKAL 🏳️‍🌈🔞 (Disini Bottom-nya sasimo, yang gak suka bottom sasimo / binal jangan baca buku ini ya~) Ini adalah kisah percintaan Albyan Pradipta yang cukup rumit karena harus memilih diantara ketiga pria yang mencintainya. Cast : - Chimon Wachirawit as Albyan Pradipta - Perth Tanapon as Alvero Kaivan - Ohm Pawat as Danish Davendra - Luke Ishikawa as Steve Ishikawa

Bab 1 01

Matahari Jakarta yang terik menembus jendela kelas, menyebarkan panas yang tak kenal ampun ke setiap sudut ruangan. Mahasiswa-mahasiswa duduk di bangku mereka, AC yang menyala cukup dingin namun tak cukup untuk mengusir hawa panas yang menyengat.

Beberapa mahasiswa tampak hanya mengetuk-ngetuk meja dengan jari-jari mereka, dengan wajah yang tampak lesu saat memperhatikan dosen di depan kelas.

Beruntunglah, karena kelas telah berakhir, semua mahasiswa di dalam kelas dapat bersantai.

"By, kedepan kampus yu ah. Gue kepengen makan batagor mang Usep sambil liat mahasiswi yang dadanya macem semongko" Tapi orang yang bernama Alby itu tidak beranjak dari kursinya dan tetap menundukan wajahnya di meja.

"Huaaaaaa kenapa sih kuliah udah 2 tahun tapi idup gue gini gini aja" Suara Alby yang sedikit berteriak berhasil mendapat lirikan dari teman teman di dalam kelasnya.

"Berisik bangsat. Noh jadi pada liatin lo!" Sepertinya Vero sudah capek menghadapi kelakuan ajaib sahabatnya itu, sampai sampai dia tidak segan menepak kepala belakang Alby. Vero dan Alby menjalin persahabatan dari mereka masih Mahasiswa Baru.

Alby langsung berdiri dan berjalan keluar kelas meninggalkan Vero yang menggelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya itu. Ternyata masusia ajaib itu -alby- sudah sampai di grobak batagor mang Usep dan memesan 2 porsi batagor.

"Ver.. Gue masuk Fakultas Teknik apa gak salah jurusan ya? Rasanya gue ko capek banget.. Pengen nikah aja huaaaaa!" Alby menundukan lagi kepalanya ke meja mang Usep, hampir saja kepalanya masuk kedalam mangkok berisikan batagor kuah jika Vero tidak sigap menggeser mangkok itu.

"By, lo tuh kenapa sih? Grobak mang Usep itu bukan mainan loh, jangan nyampe gue pake buat nimpuk pala lo, ya!" Vero melirik sekilas kepada Alby yang masih menundukan kepalanya.

"lo tau nggak sih sejak kita masuk semester empat ini, keluhan lo itu udah kayak playlist radio yang nggak ada habisnya. Gue udah kasih saran dengan segala macam gaya, dari yang halus sampai yang keras. Tapi kayaknya, masuk telinga kanan keluar telinga kiri, ya?" Vero tersenyum, berharap Alby akan mengerti dengan cara yang lebih santai ini.

"Yuk, kita cari solusi bareng-bareng, biar grobak mang Usep tetap utuh dan lo bisa lebih semangat lagi!" Vero menarik-narik rambut Alby dengan pelan tentu saja.

"Jang Alby, kalo kata mamang mah jang Alby teh cuman jenuh aja di kampus. Coba atuh sekali kali healing ke daerah yang dingin biar pikiran Jang Alby juga dingin. Itu mah penat aja kepalanya jadi Ujang (panggilan anak laki laki bahasa sunda) teh ngomongnya kamana karep (seenaknya)" Akhirnya mang Usep pun bersuara karena Alby terus menerus mengeluh kepada vero.

Sepertinya Alby emang butuh Healing, padahal setiap ada tugas yang agak rumit dia selalu dibantu Vero meskipun mereka berdua ini beda fakultas. Tapi entah kenapa hidupnya seperti berat sekali.

"Ke Bandung aja coba Jang, mamang kan orang Bandung. Nah pas banget daerah itu buat healing mah. Cobain ke Ciwidey biar sekalian metik setroberi" Mang Usep menambahkan dengan logat Sunda yang begitu kental. Ucapan mang Usep yang ini berhasil membuat Alby mengangkat kepalanya dan berkedip cepat. Imut sekali!

Alby memang definisi pria tampan tapi cantik. Kulitnya putih mulus tanpa bulu, bulu matanya lentik, hidungnya mancung namun sedikit mungil. Tinggi badannya hanya 165 cm. Alby mengikuti gaya 'Kue dan Bumi', yang sangat unik untuk ukuran pria. Jika saja Alby memiliki rambut panjang, pasti banyak pria yang akan terkecoh.

Namun meskipun Alby berusaha tampil se-maskulin mungkin, masih banyak kakak tingkat yang berusaha mendekati dia, mulai dari para mahasiswi hingga mahasiswa. Ada juga dosen yang mencoba mendekatinya, tetapi Alby cukup waras untuk tidak merespon.

Berbeda dengan Alby, Vero lebih maskulin dan sangat menyukai warna-warna Mamba. Kulit Vero putih, namun tidak seputih Alby, dan ia memiliki beberapa bulu halus di tangan serta kakinya. Rambut Vero hitam tebal dan sangat rapi, tidak acak-acakan, dengan tinggi badan hampir 180 cm. Parfum yang digunakan Vero juga memiliki aroma maskulin yang lebih kuat, sementara Alby memilih parfum dengan aroma manis.

"Vero~" Ucap Alby dengan suara yang dibuat seimut mungkin.

"Iya iya nanti gue temenin ke Bandung, dah gausah rewel lagi lo. Berisik banget kampret tiap hari ngeluh mulu!" Seakan akan Vero tau isi kepala Alby tanpa Alby melanjutkan kalimatnya.

"Aaahhhh makin sayang sama yayang Vero~" Alby memeluk lengan Vero dan menggoyang goyangkan lengannya. Ya Tuhan, andai saja Vero bukan sahabatnya, mungkin sekarang Vero sudah tergoda dengan keimutan Alby.

"Itu batagor lo makan, udah mulai dingin. Nanti makin lembek itu pangsitnya anjir.. Lepasin tangan gue!" Vero berusaha melepaskan pelukan Alby, karena dia juga takut mahasiswa lain berpikir yang tidak-tidak terhadap mereka berdua.

Alby sangat beruntung karena kampus tempatnya kuliah memiliki orang-orang yang tidak merepotkan dan bersikap terbuka. Mereka tidak keberatan dengan orientasi seksual mahasiswa. Alby tidak perlu repot-repot menyembunyikan orientasi seksualnya.

Awalnya, Vero terkejut saat mengetahui bahwa Alby adalah gay tetapi dia tidak mempermasalahkannya. Dia hanya terkejut saja. Vero dengan senang hati menjadi sahabat dekat Alby dan perlu ditekankan bahwa Vero ini 99% lurus! Mengapa 99%? Karena beberapa kali dia hampir tergoda oleh keimutan Alby. Namun, Vero tulus menjadi sahabat Alby.

Kedekatan mereka seringkali membuat orang salah paham bahwa mereka berpacaran, padahal hubungan mereka murni persahabatan.

Banyak yang berpendapat bahwa Vero dan Alby cocok menjadi sepasang kekasih. Namun, Vero dengan tegas menyatakan bahwa mereka hanya sahabat, dan Alby hanya tersenyum mendengar pendapat tersebut.

Meski sering pulang-pergi kuliah bersama dan menginap di kamar satu sama lain, hubungan mereka tetap platonis. Kamar mereka pun bersebelahan, dengan kamar Alby bernomor 6 dan Vero di nomor 7.

Mereka rajin pulang-pergi bersama meskipun memiliki motor sendiri dan berbeda fakultas. Alby di Fakultas Teknik dan Vero di Fakultas Hukum. Mereka sering terlihat seperti mahasiswa yang tertukar. Meski berbeda fakultas, Vero sering menunggu Alby di gedung Teknik, dan kadang Alby yang datang ke gedung Hukum.

Alby lebih memilih naik motor Vero yang merupakan motor matic besar keluaran terbaru, sehingga ia tidak merasa pegal. Sementara motor Alby adalah motor matic keluaran tahun 2015 yang sudah tidak nyaman lagi.

Dulu, Alby sempat tertarik pada Vero, namun setelah mengetahui bahwa Vero adalah straight dan lebih menyukai wanita dengan bentuk tubuh tertentu, Alby memutuskan untuk tidak lagi tertarik pada Vero dan mengubur perasaannya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku