PILIHAN ALBYAN | Chimon's Harem
embuat semua mahasiswa yang bera
an Danish telah meninggalkan kesan yang mendalam, membuat Vero terus memikirkannya. Ada sesuatu ten
at untuk menemui Alby. Namun, ia terhenti sejenak keti
emilih untuk tidak ikut campur. Dari kejauhan, Vero mengamati mereka b
ah dapat menembus siapa pun yang menjadi sasarannya. Ada kekuatan yang terpancar dari
emberikan jawaban yang Vero harapkan, Al
o tidak terpengaruh. Ia tetap fokus, menatap Alby dengan tatapan yang
h?" Dengan gerakan yang lembut, Alby mencoba membujuk Vero, m
etap berwibawa dan menjaga sikapnya. Di balik tatapan tajamnya, Vero masih
rtanyaan Alby ,Vero dengan tegas menarik tangan A
mengucapkan sepatah kata pun. Keheningan ini meninggalkan Alby dalam
pa apa kabarin gue atau ketok kamar gue aja. Gue masuk ya." Tanpa menoleh
rasa heran. Mungkin Alby memang kurang peka, atau mun
istirahat. Pikirannya dipenuhi pertanyaan tentang perubahan sikap Vero yang tiba-tiba menjadi dingin dan mudah marah. Alby merenung, me
hanya ingin segera merebahkan diri, pikirannya terus menerawang, mencoba meneb
suara yang tidak terlalu keras, Ve
ga tetangga kamar, bahkan mungkin terdengar oleh Alby. Emosi yang terpendam
da rasa cemburu yang muncul, tindakannya menunjukkan sebaliknya. Ada pera
akukan. Sebagian dari dirinya ingin segera pergi ke kamar Vero untuk mengetahui apa yang terj
diri sambil menutup wajah dengan bantal dan memasang earphone,
to
uara yang cukup keras, namun tidak ada
gkin ia sengaja mengabaikan panggilan tersebut. Alby hanya bisa m
deh." Alby memasuki kamar Vero dengan hati-hati, namun
eskipun teriakan sebelumnya mengindikasikan sebaliknya, tampaknya kelela
l pada tubuh Vero. Dengan rasa terkejut yang mendalam, Alby menel
ana coba?" Dengan niat baik, Alby segera menarik s
. Kedua mata Vero terbuka, menatap Alby den
ada yang tajam dan sing
n yang belum terselesaikan, mungkin terkait dengan pertemuan Alb
kenapa Tapi gue masuk lo malah tidur! Dan itu, tolong tititnya dikondisikan ya anjing!"
a ia merasa tidak nyaman di dada. Dengan langkah yang cepat, Alby meninggalkan kamar Vero dan
habat cantiknya itu dan melihat selangkangannya.
ek. Gue kenapa sih jutekin si Alby. Gue harus minta maaf nih, jangan nyampe si Alby benci ke
erkali-kali tanpa mendapat respons. Pintu yang terkunci dan panggilan telepon yang tidak dijawab hanya m
cul dengan mata yang sembab, menunjukkan bahwa ia telah menangis. Vero hanya bi
sore aja. By please.." Alby bergerak tanpa sepatah kata pun, langsung naik ke atas kasur
am dalam kesendiriannya, memeluk lututnya erat-erat, dan tampaknya tidak memiliki keinginan u
ari kampus aja lo udah beda ke gue, lo cuek, lo dingin. Gue sakit hati Ver. Padahal kalo gue salah ya lo bilang salah gue, bukannya malah ka
sa. Vero sedikit menggigit bibir Alby agar mulut Alby terbuka.
lakukan seperti itu hany
k terlepas. Ciuman yang awalnya Lembut menjadi sedikit bernafsu. Hingga Alby suli
dan langsung memundurkan badannya. Vero yang sudah kepalang nafsu menjad
o lagi. Gue lagi gak mau diganggu Ver. Nanti kita
pi
lua
i, merasakan getaran di suara Al
a. Matanya menatap Alby, mencari jawaban, namun Alby hany
yang dibutuhkan Alby. Dengan langkah gontai dan hati yang berat, Ve
tak terbendung lagi, membasahi pipinya yang p
ak menyangka jika sahabatnya itu berani menciumnya, apa Vero tidak ingat jika Alby adalah seorang Gay bottom? Apakah V
ngan nekat mencium Alby. Niatnya yang semula hanya ingin meminta maaf dan menjelaskan mengapa
ndalam. Vero khawatir, mungkin ini akan menjadi akhir da
tal agar dapat meredam teriakannya se