Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Fantasi Dina, di Tengah Duda Beranak 3

Fantasi Dina, di Tengah Duda Beranak 3

WHS Production

5.0
Komentar
3
Penayangan
5
Bab

"Fantasi Dina, di Tengah Duda Beranak 3" mengisahkan perjalanan seorang wanita karir bernama Dina yang harus menghadapi tantangan besar ketika perusahaan tempatnya bekerja terdampak oleh pandemi COVID-19. Dina, seorang sekretaris dan akuntan yang cerdas, telah menjalani rutinitas kerja dengan bahagia sampai pandemi mengubah segalanya. Ketika arus keluar masuk barang terhenti dan kepercayaan klien menurun, perusahaan berada di ambang kebangkrutan. Direktur perusahaan, Pak Agus, juga mengalami pukulan emosional dengan kehilangan sang istri akibat kanker payudara. Dina, meskipun prihatin, harus mencari solusi untuk menyelamatkan perusahaan. Ketika Pak Agus mempertimbangkan tawaran bantuan dari Mr. Hanks, seorang pengusaha yang memiliki syarat yang sulit, Dina terjebak dalam dilema moral. Sementara itu, Dina juga harus menghadapi kenyataan bahwa perusahaan yang ia cintai berada di ambang kehancuran. Di tengah kebingungan dan keputusasaan, Dina menemukan kekuatan baru. Dia memutuskan untuk menghadapi tantangan dengan kepala tegak dan berjuang untuk menyelamatkan perusahaan serta teman-teman kerjanya. Dengan ketabahan dan keberanian, Dina memimpin perusahaan melalui badai yang mengancam keberlangsungan hidupnya. "Fantasi Dina, di Tengah Duda Beranak 3" adalah kisah inspiratif tentang keteguhan hati, perjuangan, dan harapan di tengah kesulitan. Dina menjadi simbol kekuatan dan tekad untuk bertahan di masa-masa sulit, mengajarkan kita bahwa di setiap badai selalu ada sinar terang yang menanti.

Bab 1 Antara Hasrat dan Kebutuhan

Dina, seorang profesional di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang ekspor-impor, telah menjadi bagian dari lingkungan kerja yang sibuk itu selama dua tahun. Dia adalah lulusan perguruan tinggi ternama di Jakarta, yang memiliki keahlian sebagai sekretaris dan akuntan. Di samping kecerdasannya, Dina juga memiliki penampilan yang menarik, menjadi primadona di kantor.

Dina memiliki postur tubuh yang ideal untuk seorang sekretaris, dengan tinggi 160 cm, kulit sawo matang, rambut keriting yang menambah pesonanya. Pakaian-pakaian elegan yang dipilihnya semakin menonjolkan citra sebagai wanita mandiri dan elegan.

Keberhasilan dan penampilan Dina membuat iri banyak orang sebayanya. Namun, tidak sedikit juga yang mencibir perilakunya yang sedikit manja dan nakal.

Dalam suasana bahagia itu, sebuah peristiwa mengerikan mengubah segalanya. Dina terlibat dalam drama yang menakutkan.

Awalnya, perusahaan tempat Dina bekerja berjalan lancar dan penuh kegembiraan. Namun, suasana berubah ketika wabah Covid-19 menyerang dunia. Virus mematikan itu memasuki Indonesia melalui perjalanan dari Tiongkok dan menyebar dengan cepat.

Dampaknya terasa di perusahaan Dina. Arus barang masuk dan keluar terhambat, kepercayaan mitra bisnis menurun, dan perusahaan mulai kesulitan finansial. Akhirnya, sebagian karyawan terpaksa dipecat, termasuk Dina yang gajinya dipotong.

Ketika kondisi semakin memburuk, direktur perusahaan, Pak Agus, menerima berita menyedihkan bahwa istrinya meninggal karena kanker payudara. Kehilangan itu membuatnya terpuruk.

Pak Agus memutuskan untuk menjual aset perusahaan untuk menyelamatkan keadaan. Namun, tiba-tiba muncul tawaran dari Mr. Hanks, seorang pengusaha tambang batubara. Meski tawaran itu bisa menyelamatkan perusahaan, syaratnya sulit: melibatkan Dina dengan Mr. Hanks, yang telah lama menginginkannya.

Dina terkejut mendengar syarat tersebut. Namun, dia merasa terjebak di antara kebaikan untuk perusahaan dan kekhawatiran akan konsekuensi dari hubungan dengan Mr. Hanks.

Saat Pak Agus memanggilnya untuk membahas tawaran tersebut, Dina merasa cemas. Keheningan di ruangan itu hanya terputus oleh dering telepon, membuat mereka terdiam dalam ketidakpastian.

Dina kembali ke rumahnya dengan pikiran yang kacau. Meskipun dia lelah, pikirannya terus dipenuhi dengan ketidakpastian akan masa depan perusahaan dan dirinya sendiri.

Dina duduk di ruang tamu rumah kontrakannya dengan pandangan kosong, memikirkan segala kemungkinan dan konsekuensi dari tawaran yang diajukan oleh Mr. Hanks. Di satu sisi, dia merasa terbebani dengan tanggung jawab untuk menyelamatkan perusahaan dan pekerjaan teman-temannya. Namun, di sisi lain, dia merasa gelisah dengan ide harus berurusan dengan seorang pria yang jelas-jelas memiliki keinginan tidak senonoh terhadapnya.

Pikiran-pikiran itu membuat Dina sulit tidur. Dia membolak-balikkan tubuhnya di atas kasur, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Namun, setiap kali dia hampir tertidur, bayangan Mr. Hanks muncul dalam benaknya, membawa rasa tidak nyaman yang mendalam.

Keesokan paginya, Dina bangun dengan mata sembab dan tubuh yang terasa lelah. Dia memutuskan untuk pergi ke kantor meskipun hatinya masih dipenuhi kekhawatiran dan ketidakpastian. Ketika dia tiba di kantor, suasana hatinya semakin tegang ketika dia melihat Pak Agus sibuk berbicara di telepon.

Setelah beberapa saat menunggu, Pak Agus akhirnya mengundang Dina ke ruangannya. Dengan wajah yang tampak lelah dan lesu, Pak Agus menyambut Dina dan langsung membawa pembicaraan ke topik yang penting.

"Dina, aku tahu ini adalah keputusan yang sulit untukmu," ucap Pak Agus dengan suara yang terdengar rendah dan penuh pertimbangan. "Tapi kita tidak punya banyak pilihan. Aku benar-benar membutuhkan bantuanmu dalam mengatasi masalah ini."

Dina mendengarkan dengan hati-hati, mencoba menahan gelombang emosi yang mencoba menghantamnya. Dia tahu bahwa apa pun keputusannya, akan ada konsekuensi yang harus dia tanggung.

"Saya mengerti, Pak Agus," jawab Dina dengan suara serak. "Tapi saya butuh waktu untuk memikirkan semuanya dengan baik."

Pak Agus mengangguk paham, wajahnya tampak penuh simpati. "Tentu saja, Dina. Aku tidak ingin memaksamu melakukan sesuatu yang membuatmu tidak nyaman. Tetapi tolong, pertimbangkan dengan serius. Kita semua bergantung padamu."

Dengan perasaan yang berat, Dina meninggalkan ruangan Pak Agus dan kembali ke mejanya. Dia duduk di depan komputernya, tetapi pikirannya tetap melayang ke arah yang sama: apa yang seharusnya dia lakukan?

Seiring berjalannya waktu, hari berlalu tanpa ada keputusan yang diambil oleh Dina. Dia terjebak dalam siklus pikiran yang tak berujung, terus-menerus memutar ulang pertimbangan-pertimbangannya tanpa mendapatkan solusi yang memuaskan.

Ketidakpastian itu mulai memengaruhi kinerjanya di kantor. Dia merasa sulit berkonsentrasi dan melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Teman-temannya di kantor juga mulai memperhatikan perubahan dalam perilakunya, meskipun mereka tidak mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Setiap hari, Dina merasa semakin terisolasi dan terjebak dalam keputusasaan yang tak berujung. Dia merasa seperti dia terperangkap di antara dua pilihan yang sama-sama menyakitkan, dan tidak ada jalan keluar yang jelas.

Saat malam tiba, Dina kembali ke rumah kontrakannya dengan perasaan yang lebih berat dari sebelumnya. Dia duduk di kursi di ruang tamu, menatap ke dalam kegelapan dengan pandangan kosong. Pikirannya terus berputar-putar, mencari jawaban atas pertanyaan yang tidak kunjung mendapat jawaban.

Semakin malam, semakin terasa kesepian dan putus asa. Dina merasa seperti dia telah mencapai titik terendah dalam hidupnya, dan tidak tahu bagaimana cara untuk bangkit kembali.

Namun, di tengah kegelapan yang menyelimuti, ada semacam kilatan harapan yang muncul di dalam dirinya. Meskipun sulit untuk percaya, Dina merasa bahwa mungkin ada jalan keluar dari situasi yang sulit ini. Dia hanya perlu mencari tahu apa itu, dan bagaimana dia bisa mencapainya.

Dengan tekad yang baru ditemukan, Dina berdiri dari kursinya dan berjalan menuju kamarnya. Meskipun dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, setidaknya dia telah menemukan sedikit cahaya di tengah-tengah kegelapan yang menyelimuti.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh WHS Production

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku