Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menjalani Takdir Sebagai Istri Kedua

Menjalani Takdir Sebagai Istri Kedua

little_sgr

5.0
Komentar
10
Penayangan
4
Bab

Rani membulatkan mata saat melihat pesan dari adiknya, di sana tertulis pernyataan bahwa Rani telah dinikahkan. Di mana sekarang Rani masih sibuk di perantauan, tanpa pembicaraan apapun sang ayah menikahkannya dengan orang lain. Tak lama terkirim sebuah video, kamera tersebut tidak mengarah pada calon suaminya. Dalam video tersebut berisikan akad yang sedang berlangsung. "Apa-apaan ini, kenapa ayah gak bicara dulu sebelumnya. Kok seenaknya begini," ucap Rani sendirian Rani menggelengkan kepalanya tak percaya, pesan kembali muncul. "Kata ayah besok suami kakak akan menjemput kakak ke kota" tulis sang adik Rani melemparkan ponselnya, ia tidak membalas satu pesan pun. Ia tidak peduli besok bagaimana, yang pasti ia tetap akan pergi bekerja nanti malam. Kira-kira bagaimana takdir Rani kedepannya, di saat dia sudah bisa menerima takdir sebelumnya, kini takdir mengejutkan lainnya telah muncul.

Bab 1 Takdir

Rani membulatkan mata saat melihat pesan dari adiknya, di sana tertulis pernyataan bahwa Rani telah dinikahkan. Di mana sekarang Rani masih sibuk di perantauan, tanpa pembicaraan apapun sang ayah menikahkannya dengan orang lain.

Tak lama terkirim sebuah video, kamera tersebut tidak mengarah pada calon suaminya. Dalam video tersebut berisikan akad yang sedang berlangsung.

"Apa-apaan ini, kenapa ayah gak bicara dulu sebelumnya. Kok seenaknya begini," ucap Rani sendirian

Rani menggelengkan kepalanya tak percaya, pesan kembali muncul. "Kata ayah besok suami kakak akan menjemput kakak ke kota" tulis sang adik

Rani melemparkan ponselnya, ia tidak membalas satu pesan pun. Ia tidak peduli besok bagaimana, yang pasti ia tetap akan pergi bekerja nanti malam.

Kira-kira bagaimana takdir Rani kedepannya, di saat dia sudah bisa menerima takdir sebelumnya, kini takdir mengejutkan lainnya telah muncul.

***

Beberapa jam lagi ia akan berangkat bekerja, sebelum berangkat dia akan makan lebih dulu. Ya meskipun Rani tidak bisa menghabiskannya, jiwanya benar-benar melayang tidak fokus untuk kerja.

Tapi beberapa jam kemudian Rani menutup pintu kamar kosnya, ia mulai berjalan menuju halte. Rani kerja sebagai admin apotik, bukan karena lulusan farmasi.

Ini kebetulan ada pemilik apotik yang berbaik hati padanya, menawarkan lowongan pekerjaan sebagai admin dan mengajarkannya sedikit-sedikit tentang obat umum.

Sesampainya di apotik bagian admin sebelumnya sudah menunggu, Rani tak menunggu lama-lama langsung menggantikannya.

Namun ia tak fokus, hatinya begitu gelisah. Bilamana yang dibilang suaminya nanti datang, apa yang harus dia lakukan.

Berbagai kejadian muncul dalam pikirannya, bila dia begini takut suaminya begitu, inilah, itulah. Rani mencoba untuk merilekskan tubuhnya, berjalan kesana kemari.

Ia membuka ponsel, namun tidak akan membuka aplikasi pesan. Ia membuka aplikasi untuk menonton drakor saja. Film di mulai, Rani mulai terbawa menikmati, dan melupakan kecemasannya.

Tak terlalu fokus pada filmnya, Rani harus sambil menyelesaikan pekerjaannya juga. Penjagaan malam biasanya hanya berdua saja, satu admin dan satu apoteker.

*

Pagi tiba, Haidar kembali melakukan mobilnya menuju tempat tujuan. Mencoba mengikuti arahan maps, sesekali bertanya pada orang yang lewat juga.

Sampailah ia pada rumah kecil yang ia cari, beruntung di depannya tersedia parkiran untuk mobilnya.

"Cari siapa Mas?" tanya ibu-ibu yang memang pemilik kos tersebut

"Oh, pagi bu, saya cari Rani. Benar disini kosannya bu?" tanya Haidar

"Oh cari neng Rani, iya benar. Tapi kalau gak salah kemarin dia masuk shif malam, sebentar lagi pasti sampai. Paling telat, neng Rani pulang jam 8-an" jelas ibu kos

"Begitu ya bu, apa ibu tahu alamat tempat kerjanya bu?" tanya Haidar

"Tahu, tapi mas siapanya neng Rani?" tanya ibu kos

"Oh iya perkenalkan bu, saya Haidar suaminya Rani" jawab Haidar dengan tenang, sedangkan ibu kos memperlihatkan wajah terkejutnya.

"Loh kirain saya neng Rani belum menikah, ternyata sudah?" ujar ibu kos

"Baru menikah bu, baru akad saja untuk resepsinya belum" balas Haidar

Ibu kos memanggil anaknya untuk membawakan kertas, ia menuliskan alamat serta patokan lengkap tempat kerja Rani. Haidar tersenyum mengucapkan terima kasih, lalu pamit untuk pergi menjemput Rani.

***

Sampai di parkiran apotek tempat Rani bekerja, Haidar menunggu di dalam mobil sambil melihat sekitar. Ia masih hafal sekali bagaimana sosok Rani.

Tak lama orang yang di tunggu telah melambaikan tangan pada temannya, Rani terlihat berjalan menuju jalanan besar. Sebelum itu Haidar segera mencegahnya.

"Rani," panggil Haidar dengan mencekal tangan Rani

Rani kaget langsung menghempaskan tangan yang memegangnya, alisnya mengernyit mengenal orang tersebut.

"Pak Haidar, kok disini?" tanya Rani lalu menyalami tangan Haidar, Haidar tidak lain adalah gurunya dulu di sekolah.

"Ikut saya!" ajak Haidar menyeret tangan Rani dengan pelan

Rani tidak mengerti apa yang dimaksud oleh gurunya, meskipun menurut Rani tetap waspada. Sampai Haidar membukakan pintu mobil untuk Rani.

"Saya di belakang saja pak" ucap Rani

"Enggak, di depan saja" balas Haidar

Rani mengangguk lalu mulai duduk di kursi mobil, Haidar memutar lalu masuk ke kursi kemudi. Setelah itu Haidar tidak memulai percakapan sedikitpun, membuat Rani kebingungan.

"Sebelumnya ada keperluan apa ya pak?" tanya Rani di tengah perjalanan

"Kita bicara nanti" jawab Haidar

Rani merasa ada yang aneh dengan gaya berbicara pak Haidar, apa karena sudah bukan muridnya lagi. Mungkin pak Haidar memang berbicara formal saat di sekolah saja.

Rani melihat jalanan sesekali membuka ponselnya, karena pak Haidar belum ingin berbicara jadi dia harus menyibukkan diri. Walau sebenarnya Rani ingin banyak bertanya, seperti tentang ibu pak Haidar yang juga gurunya dulu.

Tak terasa mobil berhenti, Rani kehilangan fokusnya pada jalanan. Dia melihat sekitar, dan ternyata mereka berada di depan kosannya. Rani bertanya-tanya, bagaimana pak Haidar bisa tahu.

***

Tak menunggu lama Rani segera turun dari mobil, ia membuka tas lalu mengambil kunci kosannya. Rani menyilakan pak Haidar untuk masuk, walau sekedar duduk lesehan.

Berulang kali Rani juga mengucapkan kata maaf, karena hanya bisa menyediakan seadanya. Haidar izin untuk pergi ke kamar mandi, sebelumnya Rani merapikan terlebih dahulu.

Rani menunggu di depan, pintu dibiarkan terbuka agar tidak ada fitnah. Ia juga melihat beberapa kali ibu kos melihat ke arahnya, dengan senyuman.

Karena mereka sangat dekat, jadi seperti itu saja Rani sudah mengerti kalau beliau sedang mengejeknya. Rani menggunakan tangannya bertanda ia tidak ada apa-apa.

Haidar selesai dari kamar mandi, tanpa berkata langsung duduk di samping Rani tanpa jeda sedikitpun. Rani kaget, ia menjauhkan tubuhnya sedikit.

"Saya suami kamu Ran," ucap Haidar tidak menatap mata Rani

Tubuh Rani merasakan beban yang sangat berat menimpa padanya, pandangan serta pikirannya kosong seketika. Air matanya menggenang, ia menggelengkan kepala.

"Bapak bohong kan?" tanya Rani dengan gemetar

"Tidak, saya tidak bohong. Bukankah adek kamu sudah mengirimkan pesan?" tanya Haidar kembali

Rani mengangguk patah-patah, tidak mungkin pikirnya. Usia mereka terpaut begitu jauh, tidak mungkin pernikahan itu benar-benar terjadi.

"Saya tidak berbohong sama sekali, maaf semua ini terjadi tanpa persetujuan kamu" ucap Haidar dengan nada lembut

Ia memandang Rani yang mana dari matanya turun air mata, tubuhnya juga sedikit gemetar. Rani mencoba untuk bernafas dengan benar, ia merasakan sesak yang sangat amat.

Haidar mencoba untuk tetap tenang, ia mendekat lalu mencoba menenangkan Rani.

"Tarik nafas pelan-pelan Ran!" titah Haidar dengan tangan yang mengelus punggung Rani

Rani mengelak mencoba menghempaskan tangan milik Haidar, yang mengusap punggungnya.

"Lepas pak, itu gak mungkin" ucap Rani dengan tangis yang ditahan

"Saya punya buktinya, dan dalam video tersebut terlihat muka saya" balas Haidar dengan lembut

Ia mengambil ponselnya, lalu membuka aplikasi pemutar video. Haidar lalu menyimpannya di dekat Rani, agar ia bisa melihat dengan jelas.

Bagaimana kelanjutan ceritanya, apakah Rani menerima takdir tersebut, atau akankah Rani berujung kabur dari takdir tersebut?

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku