Menjalani Takdir Sebagai Istri Kedua
ang tidak-tidak. Sebelumnya ia sudah berbicara dengan ibu kos, unt
g Haidar menjauh dari pintu. Namun Haidar tak bergeming, ia
akan kalau ini tidak mungkin. Haidar bergerak memeluk
ipangkuan Haidar. Kepalanya tenggelam di dada Haida
na menenangkan. Tak lama nafas Rani mulai teratur, Ha
up puncak kepala Rani yan
ni menuju ranjang. Tepatnya hanya kasur langsung
ring dengan memeluk Rani kembali. Keduanya kini berada di
g di atas kasur. Pakaiannya masih lengkap, hanya jak
pkan mata dengan cepat. Otaknya mulai berpi
r" ucapnya
uk mengenakan baju di kamar mandi. Pintu kam
arus tenang dalam menghadapi istri kecilnya ini. Rani membalikkan
ia harus membeli makanan untuk makan siang mere
san online saja?" tanya Haid
ni tidak ingin menjawab sama sekali. Haidar mengucap sabar,
*
cap ojek online yang
rima kasih kembali
sedang terik. Tapi lebih baik seperti itu, daripada
Rani masih berbaring di sana. Haidar tidak lupa memb
, nanti bicara
tangannya sedang memegang telepon dan b
emilih untuk duduk di ruang depan, dan memakan makanannya. Sebelu
a-tanya. Para alumni pesantren, baik yang seangkatan, senior, dan ju
ri pertama Haidar adalah seniornya dan juga senior yang sangat terkenal di kalan
n dari sahabat kecilnya, yang mana s
" tanya Hana tertuli
ang menanyakan bagaimana keadaan dia saat ini. Dan Hana sala
baik aja kan?" balas R
isinya hanya ada mereka berempat. Rani bisa den
n semangat, dan beberapa nasihat. Terutama k
ang sudah di pelajari, tidak mungkin kamu acuhkan
Semuanya terlalu tiba-tiba baginya, seperti melihat petir di siang bo
kan. Ia bangun dari tidurnya, melihat piring yang di sa
mulutnya. Di samping itu, Haidar senang saat mendengar piring
*
at di masjid dulu, meskipun jauh dalam hatinya ia ingin mengimami sang ist
emutuskan untuk menyusulnya. Ia bersiap-siap, dan tak lupa
in Haidar menunggu hujan reda. Tapi saat hujan deras s
aki, matanya mencari sosok yang ia cari. Tak lama pand
da di masjid, menerjang hujan deras mala
alam harusnya kamu tidu
mbicaraan Haidar. Haidar tidak ingin bertanya
annya ia tidak mau satu payung berdua, kalau
jawab Rani sambil m
l alih payung tersebut
rang yang mengenal Rani di sana. Rani berusaha berjalan tidak terlalu deka
!" ujar Haidar melihat kelakuan istri
paksa. Ia tidak ingin setelah ini Rani sakit, lagipula memang ia bernia
an Rani siang tadi, ia tidak berpikir sama sekali kalau Rani