Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
KERAJAAN TUJUH TATO

KERAJAAN TUJUH TATO

Rain Spell

5.0
Komentar
220
Penayangan
5
Bab

Solus seorang pria tua gelandangan di kota besar yang berparas jelek, sakit-sakitan dan hidup sebatang kara. Malam itu ketika hujan deras dalam hitungan detik hidupnya berubah. Saat tersadar dia berada di sebuah sangkar berlapis emas murni, dengan tubuh dan wajah yang berbeda.

Bab 1 Sangkar Emas

Gubrak! Gubrak!

"Bangun kau, dasar hewan tidak berguna!" makinya lantang.

Brak!

Suara keras, dari sangkar yang dilapisi emas murni berukuran sedang dibanting ke meja oleh sang pemilik, dia sangat kesal karena hewan peliharaannya itu sejak pagi tidak bersuara, pandangannya tajam ke arahnya.

Ak ... Ak ... Aok (suara burung merak)

"Aku pikir dia mati ternyata masih hidup, baguslah nanti bisa aku siksa lagi!" gumamnya.

Luvia melengos kembali ke kamar tidur, dia sudah puas menyiksa hewan peliharaannya, walaupun hanya sebentar.

'Oh tuhan ... Kepala aku pusing rasanya muter kaya komedi puter, apakah habis ada gempa dan angin puting beliung barusan? Badanku pada sakit semua, mana tadi aku denger suara yang sangat kencang sepertinya itu suara malaikat maut! Apa aku sudah mati, dan ada di surga?'

Solus membuka kedua tangannya yang menutupi wajahnya, matanya dia buka perlahan-lahan karena kepalanya masih sangat terasa pusing.

'A-aku, ada di mana? Silau banget, pantulan cahaya apa ini dari atas bikin tambah pusing!'

Refleks ia langsung memejamkan kembali kedua matanya, cahaya kuning dari pantulan sangkar emas itu sangat menyilaukan matanya.

"Ternyata aku masih hidup, eh aku sudah mati atau masih hidup ya tapi aku ada di mana sebenarnya, apakah benar ini surga? Mau lihat sekeliling kepalaku masih pusing belum bisa buka mata, lebih baik aku intip saja."

Pelan-pelan ia membuka sebelah matanya, memeriksa benda yang menyilaukan yang ada di atasnya, dia menggerakkan kepalanya ke kanan-kiri menelusuri sekelilingnya, dengan pelan dan seksama.

"Kalo dilihat-lihat kenapa semuanya teralis, kaya penjara aja!"

Matanya melotot, ia baru menyadari jika sebenernya dia sedang berada dalam sebuah sangkar, yang berbentuk persegi.

Sorot matanya perlahan-lahan turun ke bawah, dan dia tersentak kaget saat melihat ujung kakinya membuat matanya membulat, dia menggoyang-goyangkan kedua kakinya yang terlihat mungil.

"OMG! Kenapa kaki aku jarinya cuma ada tiga, kaya ceker ayam?"

Dengan cepat ia mengangkat sebelah tangannya ke hadapan wajahnya, membuat matanya lebih membulat.

"Terus kenapa tangan aku berbulu, aku jadi apa sebenarnya ini? Hua ... Mamah eh lupa aku kan hidup sebatang kara, gak punya orang tua apalagi saudara kandung sungguh malangnya nasibku, terus ini jadi apa pula aku di sini bangun-bangun ada di dalam sangkar, kenapa nasibku sial sekali sih! Hua..." rengeknya sekencang-kencangnya meratapi nasib hidupnya.

Suara rengekannya terdengar sampai ke kamar tidur Sang Ratu, membuatnya tidak bisa memejamkan matanya yang akan tidur siang, setelah menghabiskan makan siangnya.

Dalam hitungan detik dia langsung beranjak, berjalan cepet ke arah tempat sangkar burungnya berada, wajahnya merah padam matanya penuh api berkobar-kobar.

"Kenapa lagi itu, burung merak sialan? Berisik aja! Gak tahu apa orang mau tidur, minta di panggang dijadikan makan malam kayanya tuh, burung satu!" sewotnya.

Sekuat tenaga dia mengepalkan kedua tangannya, menahan amarahnya yang meledak-ledak. Setelah sampai, dia goyangkan lagi sekencang-kencangnya sangkar burungnya, sehingga membuat suara rengekan Solus tidak terdengar lagi.

Suasana pun menjadi hening.

Brak!

Dibantingnya sangkar burung berlapis emas murni itu sekuatnya, dia mendekatkan wajah cantiknya ke arahnya.

"Awas kau berisik lagi aku jadikan makan malam, dasar burung merak tidak berguna!"

Ancamnya seraya melotot ke arah Solus yang sudah terbaring lemas, walaupun dia mendengar dengan jelas ancamannya namun apalah daya, Sang Burung Merak terkulai lemah tidak berdaya.

'Ternyata aku jadi burung merak, kenapa aku jadi burung merak dan ini di mana? Aku pikir aku sudah ada di surga, dan aku bisa melakukan apa saja dan makan apa saja yang aku mau. Hidup ku tidak lebih baik setelah aku mati malah lebih sengsara, kemaren jadi gelandangan sekarang jadi burung merak, sungguh sangat sial dan malangnya nasibku. Jika aku boleh meminta sama Tuhan, aku lebih baik mati saja dari pada harus menjadi burung merak yang tidak berdaya dan dikurung dalam sangkar, meskipun dulu saat aku masih manusia aku tidak mempunyai tempat tinggal tapi aku bebas tidak seperti ini terkurung di sangkar, walaupun sangkarnya terbuat dari emas murni aku sangat tidak menginginkannya, aku ingin kehidupan ku yang bebas tolong kembalikan hidup ku yang bebas tuhan, dan tolong kembalikan aku ke kehidupan ku sebelumya, aku mohon.'

Keluh kesahnya sepanjang masa, sampai tidak terasa air mata jatuh di sudut matanya hingga dia tertidur, karena tubuh kecilnya kelelahan sehabis diguncang-guncang dengan hebat sangkar emasnya oleh Luvia, Sang Ratu yang terkenal sombong dan kejam juga sangat berkuasa di kerajaannya.

Galaxias.

Setelah lelah meratapi nasib hidupnya hanya satu yang dapat dia lakukan saat itu, dia harus sabar dan pasrah menerima kenyataan, walaupun kenyataan hidupnya itu sangat berat untuknya.

Namun dia percaya akan satu hal, selalu ada kebaikan dan hikmah dalam setiap kejadian dalam hidupnya, dan selalu ada orang baik di dalamnya yang akan memberikan uluran tangan, untuk membantunya.

Meski Solus berubah menjadi seekor anak burung merak hijau, sebenarnya dia bukan burung merak biasa dan sembarangan. Dia memiliki keistimewaan dan kekuatan, yang belum diketahui oleh Sang Ratu dan juga oleh dirinya sendiri.

Solus terbangun di masa depan puluhan ribu tahun yang akan datang, di jaman modern yang berada di kota paling maju dengan teknologi canggihnya, dan dengan berbagai macam kalangan masyarakatnya.

Dari Mafia, Pendekar, CEO, Ninja, Siluman, Penyihir dan rakyat jelata.

Buanano, adalah kota dan negara impian bagi semua penduduknya dan dunia!

"Yang Mulia, nona Magisa datang dan dia menunggu di ruang tamu." ucap salah satu pelayannya, melapor dari luar kamar tidurnya.

"Dia sudah datang, suruh dia tunggu sebentar."

"Baik, yang Mulia."

Luvia menegakkan tubuh sexynya membusungkan dadanya, pandangan ke depan dengan sorot matanya yang dingin.

Dengan elegan, berjalan ke arah ruang tamu untuk menemui tamu yang tidak lain adalah sahabatnya, Magisa Si Penyihir Hitam.

"Cepat juga kau sampai, bagaimana pesananku apa kau sudah berhasil menemukannya, dan mendapatkannya?"

Tanyanya saat sudah di ambang pintu, Magisa menoleh ke arahnya tersenyum lebar sambil mengangkat bungkusan hitam, di tangan kanannya menunjukkannya padanya.

"Pastinya dong, apa yang tidak bisa aku dapatkan di dunia ini!" ucapnya sombong.

"Kau sangat percaya diri, aku kagum dengan rasa percaya dirimu yang tinggi itu.Tidak salah aku menjadikan kau sahabat, kau bisa diandalkan!" pujinya.

Dia mengacungkan jempol kanannya ke arahnya, seraya mengedipkan sebelah matanya.

Magisa meletakkan bungkusan hitamnya di meja, dengan cepat langsung disambar dan dibuka oleh Sang Ratu. Dia sangat tidak sabar, ingin melihat barang yang sudah dia tunggu-tunggu selama seminggu.

"Sebenernya untuk apa besi kuning itu, kenapa kau sangat menginginkan itu? Tidak ada istimewanya aku lihat, hanya bentuknya saja lucu seperti kepompong dan harganya yang sangat mahal." tanyanya dengan wajah bingungnya.

"Masa kau tidak tahu, kau kan penyihir terkuat di negeri ini!"

Magisa mengerling malas.

"Kau memuji, atau menghina? Biarpun aku penyihir ada juga yang tidak aku tahu, aku bukan tuhan yang tahu segalanya." rajuknya.

"Ha-ha-ha ah iya aku lupa, kau juga manusia sama seperti aku. Kalau aku kasih tahu kau apa alasan aku sangat menginginkan ini, jangan kau tertawakan aku."

Ratu berwajah cantik, bermata hijau bulat berbulu mata lentik itu menghentikan perkataannya, dia melirik lalu mendekatkan kepalanya ke wajah sahabatnya yang manis.

"Kalau kau tertawakan aku, tidak akan aku beri kau hadiah yang aku janjikan dan aku akan, membunuhmu!" bisiknya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku