Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta Dalam Balutan Tasbih

Cinta Dalam Balutan Tasbih

Adya Amerta

5.0
Komentar
1.6K
Penayangan
37
Bab

Jatuh cinta adalah hal terindah, tapi bagaimana jika cinta sejatimu justru dicintai sahabatmu? Sahabatmu bahkan rela melakukan apapun demi cintanya, ia memilih menjadi mualaf dengan segala hal yang bertentangan dengan hidupnya.. Akankah Ikrimah merelakan cintanya kepada sahabatnya? Meski sahabatnya memfitnahnya dengan keji Ikrimah yakin suatu saat nanti ia akan menemukan petunjuk Tuhan. Ikrimah jatuh cinta tapi ia masih punya perasaan untuk mengerti akan sesama.. Bisakah Zaid memilih dengan baik diantara kedua gadis yang jelas jelas mencintainya? Ikrimah kah atau Sakila yang ia pilih?

Bab 1 Pertemuan pertama

Mesjid agung Baiturrahman. Sebuah mesjid yang luas dengan nuansa modern itu terlihat begitu megah.

Mesjid dengan pintu berwarna emas itu berhasil menarik perhatian banyak orang. Masyarakat dari berbagai daerah berbondong bondong untuk bisa duduk di dalamnya.

Bukan tanpa alasan, saat ini tepat di hari minggu pihak pengurus mesjid mengadakan sebuah pengajian syukuran.

Pengajian itu bukan pengajian biasa. Seorang ustadz muda dengan segudang prestasinya hadir mengisi acara kali ini.

Namanya ustadz Zaid Al zaidany Seorang anak kyai ternama di Tasikmalaya itu begitu dikagumi banyak orang.

Bukan hanya penampilannya yang modis nan islami. Sorot matanya yang tajam dan memabukan tentu menjadi daya tarik tersendiri.

Alisnya yang tebal nan rapi membuat ketampanannya semakin gagah. Juga dengan hidung mancungnya yang membuat siapa saja akan iri kepadanya.

Ustadz Zaid. Begitulah orang lain menyebutnya. Seorang ustadz muda yang mempunyai paras dan akhlak yang mulia itu tentu menjadi buah bibir di masyakarat khususnya untuk ibu-ibu yang sibuk menawarkan anak-anaknya.

Nuansa islami terasa begitu lekat apalagi setelah pengajian dimulai. Suasana pengajian yang semula begitu ricuh riuh kini berubah total menjadi damai.

Ibu-ibu terdiam dengan kebisuannya setelah ustadz Zaid memulai dakwahnya. Bapak-bapak pun ikut memperhatikan dakwah ustadz Zaid dengan segala keirian dihati mereka.

Bukan hanya soal fisik tapi juga dari segi mengolah kata dan cara berpikir yang dewasa dan bijaksana yang semuanya dimiliki ustadz Zaid seutuhnya.

Disaat orang sedang sibuk mendengarkan ceramah di dalam mesjid dan juga yang diluar mesjid. Seorang gadis berani berbeda dengan yang lainnya. Gadis bernama Ikrimah yang bergamis syari dengan cadar hitamnya itu sibuk memberi makan kucing di luar mesjid. Dia mengelus kucing liar itu dengan begitu tulus.

"Meong, meong," suara kucing itu terdengar seperti bahagia.

Ikrimah sontak tersenyum dan semakin semangat mengelus kucing itu dengan tangan mungilnya.

"Mpus kamu terlihat lapar sekali," ujar Ikrimah sambil menuangkan Whiskas kecil yang selalu ia bawa di dalam tasnya. Ikrimah memang sesuka itu kepada hewan berbulu ini.

"Makanlah," ujar Ikrimah lagi. Semakin sering kucing itu mengeong maka Ikrimah semakin bersemangat memberinya makan.

Kucing itu berbulu lembut. Warnanya orange dengan bulu-bulu berwarna putih yang ada di beberapa bagian tubuhnya saja.

Ikrimah menemani kucing itu makan di luar mesjid. Dengan posisi duduk di teras mesjid Ikrimah terus fokus kepada kucing liar itu.

Cukup lama Ikrimah menemani kucing itu makan sampai pengajian pun ternyata sudah bubar.

"Neng, maaf anda sedang apa ya? Apa anda sedang ikut istirahat disini?" tiba-tiba suara seorang lelaki mengagetkan Ikrimah.

Ikrimah sontak menoreh ke asal suara.

"Saya sedang memberi makan kucing," jawab Ikrimah dengan polosnya.

Bapak-bapak yang sepertinya seorang penjaga mesjid itu melihat kucing yang di maksud Ikrimah dan ia pun tersenyum.

"Iya Neng bapak juga tau. Tapi Bapak mau ngasih tau aja barangkali Neng enggak sadar bahwa pengajian telah bubar."

Jleb!!

Ikrimah sontak langsung berdiri dan menatap keadaan mesjid yang sudah cukup sepi.

"Ya Allah astagfirullah!!" ujarnya dengan kaget.

"Ya Allah Pak. Saya ke-asikan memberi makan kucing sampai saya lupa tujuan saya kemari untuk mendengarkan tausiyah," lirih Ikrimah penuh penyesalan.

Bapak itu pun terkekeh geli dan memilih meninggalkan Ikrimah seorang diri.

Dibalik kebingunganya Ikrimah tiba-tiba ia melihat seorang lelaki dengan peci hitam dan sorban putih yang setia menempel di bahunya.

Ikrimah melihat lelaki itu dengan tanpa mengedipkan bulu matanya. Betapa syahdu wajah lelaki itu sampai Ikrimah lupa menundukan pandangannya.

"H-hei tunggu!" teriak Ikrimah secara spontan.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku