Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tuan Muda Menginginkanku

Tuan Muda Menginginkanku

april writers

5.0
Komentar
5.3K
Penayangan
52
Bab

"Aku datang untuk membalaskan dendammu." Bella Renee Parthapat bersama sang ibu menjalani kehidupan sederhana setelah diusir oleh Bibi Paeng pasca kematian ayahnya, Chali Parthapat. Bella terpaksa menghapus nama belakangnya jika ingin melanjutkan hidup, karena Paeng serta suaminya terus mencoba membuat kehidupan Bella sengsara oleh banyak dendam yang lama mereka simpan. Bertemu Sky Newton, calon CEO generasi ketiga dari Newton Company membuat cara pandang Bella terhadap sang bibi berubah, gadis itu memutuskan untuk balas dendam dan merebut kembali semua harta yang telah diwariskan oleh Chali Parthapat. Bella berupaya membongkar semua rahasia yang selama ini berhasil disembunyikan darinya oleh keluarga sang bibi.

Bab 1 1. Drama pengusiran.

"Pergi! Pergilah dari rumah ini sejauh mungkin dan jangan pernah kembali!" Paeng melempar dua tas besar ke halaman rumah, sementara Charita kebingungan terhadap situasi yang terjadi.

"Apa, apa yang kau lakukan, Paeng? Kenapa kau mengemasi semua pakaianku serta milik putriku, lalu melemparnya seperti ini." Charita berlari untuk mengambil tas besar miliknya.

"Hey! Apa kau benar-benar bodoh sehingga tak tahu apa yang terjadi, Charita!" Paeng tertawa sombong, ekspresi jahatnya seperti ibu tiri dalam dongeng klasik.

"Katakan padaku apa maksudmu?"

Paeng mendekati Charita, wanita itu mendelik dengan suara rendah. "Kau benar-benar tidak tahu? Setelah kakakku meninggal, kau dan putrimu tak lagi bernilai di rumah ini, jadi sebaiknya pergi, kalian bukan lagi bagian keluarga besar Parthatap." Ia terlihat sangat bengis saat mengatakannya.

"Tidak mungkin." Charita menolak mengerti. "Suamiku baru meninggal dua hari sebelumnya, lalu malam ini kau mengusir kami? Bukankah Chali menjadi pewaris tunggal atas rumah ini?"

"Hey, wanita bodoh. Kau tak bisa mengatakannya tanpa sebuah bukti, apa yang kau miliki sehingga seperti ini? Aku tegaskan kembali bahwa kau dan Bella tak menjadi bagian keluarga Parthatap lagi, kau mengerti?"

Charita menggeleng. "Chali pernah menunjukan padaku bahwa dia adalah pemilik tunggal rumah ini, bagaimana mungkin kau mengusir istri dan putrinya. Aku akan menghubungi pengacara keluarga."

Ketika Charita hendak menelepon seseorang, Paeng merebut ponsel, melemparnya ke tanah dan menginjak benda itu hingga bagian layar retak.

"Paeng! Kau sudah keterlaluan!" Charita menjerit panik.

Paeng tertawa, ia tak memiliki hati manusia sampai bersikap sangat jahat. "Kau baru sadar? Aku memang tak pernah menyukaimu sebagai kakak ipar, dan situasi seperti ini sudah lama aku tunggu."

Mata Charita berubah merah, ia hampir menangis saat memungut ponselnya yang rusak. "Bagaimana mungkin kau berubah seperti ini?"

"Sst. Diamlah, aku lelah bersandiwara."

Dari arah gerbang terlihat sebuah taksi berhenti, Bella muncul di sana, gadis itu baru saja mengikuti jam kuliah malam. Bella mengerutkan kening melihat ibu dan bibinya berada di halaman dengan situasi aneh.

"Apa yang sebenarnya terjadi sekarang?" Bella bergumam lirih, ia berlari menghampiri Charita, ternyata wanita itu sudah menangis. "Astaga, Bu. Apa yang terjadi? Kenapa Ibu menangis?"

"Baguslah kau akhirnya pulang, Bella." Paeng berbicara, ia tak menunjukan belas kasih pada mereka. "Cepat bawa ibumu pergi dari tempat ini."

Bella kebingungan. "Tapi kenapa? Untuk apa ibu pergi?"

"Bukan hanya ibumu, tapi kau juga harus mengikutinya. Enyahlah, aku sudah bosan melihat kalian tinggal di rumah ini." Paeng akan pergi, tapi Bella cepat mencegahnya, Paeng kesal dan menarik tangannya dari cekalan Bella. "Jangan menyentuhku!"

"Katakan padaku apa yang sudah terjadi, Bibi? Mengapa ibuku sampai menangis? Mengapa kau mengusir kami?"

"Kau belum mengerti?" Paeng melihat Charita. "Hey, kakak ipar. Seharusnya kau mengatakan sesuatu kepada putrimu, untuk apa menangis?"

"Tolong, Bibi. Katakan saja padaku apa yang terjadi." Bella memohon, ia sudah tak tahan melihat Charita menangis.

"Baiklah jika kau memaksa." Paeng menyeringai. "Mulai malam ini, kau dan ibumu bukanlah bagian keluarga besar Parthatap, aku mengusir kalian berdua, jadi lekaslah enyah dari tempat ini!" Suara Paeng meninggi pada bagian akhir.

"Mengusir?" Buku-buku tebal yang sempat didekap Bella akhirnya jatuh ke tanah, ia cukup terkejut mendengar semua itu. "Tapi, kenapa? Bukankah semua baik-baik saja? Apa salahku dan ibu sehingga Bibi melakukan ini?"

"Bella, sudahlah." Suara Charita terdengar, Bella menoleh dan menghampiri wanita itu.

"Tapi, Bu. Ada apa? Kenapa Bibi Paeng melakukan hal ini?"

Charita menggeleng, ia memilih memungut buku-buku milik Bella.

Suara klakson mobil terdengar dari arah gerbang, rupanya putri Paeng baru saja pulang, Balila Parthatap yang anggun.

Paeng tersenyum lebar ketika Balila turun dari mobil setelah supir membuka pintu untuknya, Balila terlahir lima bulan saat Bella menginjak usia setahun.

"Putriku yang cantik, akhirnya kau kembali." Paeng memeluk Balila dan mengecup keningnya. "Bagaimana harimu?"

"Semua baik-baik saja, Bu."

Balila tersentak melihat pemandangan aneh di depannya, Charita yang menangis dan Bella menatap nanar Paeng sekaligus Balila.

"Apa yang terjadi di sini?" Balila menatap Paeng. "Ada apa dengan mereka, Bu?"

Paeng mengajak Balila berhenti, ia mengangkat dagu dan kembali menatap Bella serta Charita penuh kebencian. "Mereka sudah tak layak tinggal di rumah ini, jadi seharusnya mereka pergi sejauh mungkin."

"Apa?" Balila terkejut. "Tapi, tapi untuk apa mengusirnya? Mereka adalah bagian keluarga Parthatap, Bu."

"Tidak lagi." Paeng menggeleng.

"Apa ayah tahu?"

"Kami sudah membicarakannya sejak hari kematian pamanmu."

"Kau sudah gila!" Charita tiba-tiba menjerit, ia bergerak cepat mendorong Paeng hingga adik iparnya tersungkur ke tanah. "Kau sangat jahat, Paeng! Kau sangat keji!"

"IBU!!!" Bella dan Balila kompak berteriak, Bella menarik Charita agar mundur, sementara Balila membantu ibunya supaya berdiri.

"Berani-beraninya kau melakukan itu!" Paeng tidak bisa menerima perilaku kasar Charita, ia mendekat dan berniat menampar kakak iparnya, tapi bukan wajah Charita yang berhasil tersentuh tangan Paeng, melainkan wajah Bella, gadis itu sudah berdiri siaga di depan Charita.

"Ibu!" Balila kembali berteriak, hatinya terlalu lembut untuk menyaksikan setiap hal buruk malam ini. "Sudah, Bu. Jangan memukul Kak Bella, tidak perlu sampai seperti ini." Ia menarik mundur Paeng.

Sementara Bella masih terdiam, ia tak bergerak meski wajahnya terasa panas, Charita memeluk Bella, ia kembali menangis kencang.

"Sudah, Bella. Sudah. Kau tak perlu seperti ini, kau tak pantas mendapatkannya, jika mereka memang menginginkan rumah ini, lepaskan saja, ibu bisa menerima semua ini. Jangan biarkan mereka menyakitimu, Nak."

"Aku hanya ingin mendengar alasannya, Bu. Apa sebelumnya ayah tahu tentang ini?"

Charita menggeleng. "Kita harus pergi sekarang, ibu tak ingin melihatmu diperlakukan kasar lagi. Sudah cukup, Bella. Ibu mengerti."

"Pergi kalian! Enyah dari rumah ini! Aku dan suamiku takkan membiarkan kalian kembali lagi, pergi sejauh mungkin!" Paeng berteriak dan mendelik, ia menunjuk gerbang, bahkan supir tak berani melawan Paeng, pria itu hanya bisa menyaksikan saat Charita terus memaksa Bella agar mereka pergi.

"Ibu baik-baik saja, Bella. Percayalah, kita akan baik-baik saja." Charita berusaha membuat Bella mengalah, tanpa banyak bicara gadis itu mengikuti keinginan sang ibu, mereka pergi berbekal dua tas besar tanpa tahu lebih banyak alasan sebenarnya dari pengusiran paksa malam ini.

Sesaat langkah Bella berhenti di balik gerbang, ia melihat Paeng terakhir kali sebelum wanita itu mengajak Balila masuk ke dalam rumah yang sudah dua puluh tahun lebih menjadi tempat tinggal Bella.

"Bu, apa yang harus kita lakukan setelah ini? Di mana kita akan tinggal?"

Pertanyaan klasik yang membuat Charita menarik napas panjang.

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh april writers

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku