Diculik oleh seorang penyihir wanita membuat kehidupan Alpha Reenan berubah seketika. Putra tunggal raja Alfred yang tampan itu akhirnya harus menjalani hidupnya di tengah hutan di sebuah istana batu tanpa pintu. Dendam kepada raja Alferd membuat Deluna, seorang penyihir wanita menculik putra sang raja dan menyembunyikannya di tengah hutan angker. Deluna, sebenarnya adalah seorang penyihir yang baik. Ia adalah cinta pertama raja Alfred. Keduanya tak sengaja bertemu di hutan. Raja Alfred hampir menikahi Deluna namun karena keluarga kerajaan tak setuju akhirnya raja Alfered memilih untuk menikahi wanita lain demi harga diri, dan meninggalkan Deluna. Kekecewaan dan kesedihan membuat Deluna berubah menjadi jahat dan melakukan segala cara untuk membalaskan dendamnya kepada raja Alfred. Alpha Renan sang putra mahkota menjadi korban kemarahan dan dendam Deluna.
"Malam ini, aku merasa seperti ada yang berbeda." Raja Alfred mengerutkan keningnya sambil menatap kosong ke luar. Pemandangan dari balkon terlihat indah di malam hari, tetapi tidak dengan perasaan sang raja.
"Mengelamun di tengah malam itu tak baik. Aku menunggumu sejak tadi."
Raja Alfred tersentak mendengar suara ratu Janneth, istrinya. Ia mengembuskan napasnya dengan kasar tanpa menoleh.
"Beberapa hari ini kau mengabaikanku. Apa yang terjadi denganmu? Aku seperti tak mengenalimu lagi."
"Tolong, jangan sekarang. Aku sedang tak ingin berdebat. Aku lelah dan aku merasa tak sehat."
Raja Alfred berbalik lalu kembali ke dalam kamar melewati ratu Janneth yang berdiri di belakangnya. Ia sama sekali tak peduli dengan sang ratu.
"Sulit dipercaya. Sikapnya semakin mengkhawatirkan," gumam sang ratu. Ia marah dan kesal.
Raja Alfred menghentikan langkahnya ketika mendengar suara teriakan dari kamar putranya, pangeran Alpha Reenan. Tiba-tiba, jantungnya berdebar kencang. Ia segera berlari ke kamar sang pangeran.
"Putraku, apa yang terjadi?" Raja Alfred panik ketika melihat pangeran Alpha keluar dari kamarnya dengan wajah pucat. Ia terlihat panik.
"Tak apa. Ambil napas. Aku disini. Tenanglah," ujar sang raja lalu meletakan kedua tangannya di pundak Alpha.
"Itu nyata. Aku tidak bermimpi. Aku melihat dengan jelas, ayah. Aku yakin aku tidak bermimpi," jawab pangeran Alpha sambil menatap dalam-dalam wajah sang raja.
"Aku tak mengerti maksudmu, putraku. Katakan padaku, apa yang kau lihat?"
Raja Alfred mengintip ke dalam kamar pangeran Alpha.
"Seorang wanita. Dia seorang penyihir. Ia datang dan mengatakan sesuatu tentangmu, ayah. Aku pikir, aku harus mencarinya." Pangeran Alpha menjawab lalu segera masuk kembali ke kamarnya. Ia mengambil pedangnya lalu mulai memeeiksa di setiap sudut ruangan. Raja Alfred menatap putranya dengan wajah bingung.
"Putraku, kemarilah!"
Pangeran Alpha segera duduk di samping sang raja di atas ranjang.
"Apakah kau takut?"
"Tidak, aku hanya sedikit terkejut." Pangeran Alpha menggeleng.
"Kau hanya bermimpi."
"Tidak. Aku tidak bermimpi. Ia mengatakan tentang cinta dan dendam kepadamu."
Wajah raja Alfred berubah seketika saat mendengar ucapan sang pangeran.
Beberapa saat kemudian,
"Jangan padamkan lampumu ketika kau tidur. Kau terlihat lelah, putraku. Beristirahatlah," kata sang raja lalu menepuk pelan pundak pangeran Alpha dan pergi meninggalkannya.
"Ini pasti ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku. Aku tidak bermimpi." Wajah sang pangeran memerah. Rahangnya mengembang.
Raja Alfred tak bisa tidur. Setelah dari kamar putranya, ia pergi ke taman dan duduk di bangku putih di bawah cahaya bulan. Udara tak terlalu dingin.
"Cinta dan dendam? Apa artinya? Putraku mungkin sedang tak sehat," gumam sang raja lalu mengangkat wajahnya menatap langit.
"Alfred!"
Raja Alfred segera menoleh ketika mendengar suara wanita yang memanggilnya dari belakang. Ia sangat terkejut. Lututnya lemas, tubuhnya gemetar ketika melihat sosok wanita yang memanggilnya. Cahaya bulan yang terang membuatnya dapat melihat dengan baik di malam itu. Sekilas, wanita itu aterlihat cantik, namun mata kirinya tertutup perban, dan ada bercak darah di perban itu. Di punggung tangan kanannya, bertengger seekor burung hantu. Ia mengenakan gaun hitam panjang dan menatap tajam kepada sang raja.
'Wajahnya tak asing. Aku seperti perah melihatnya,' batin sang raja.
"Hallo, raja Alfred!" Sekali lagi wanita itu menyapa.
"Masih mencoba untuk mengingatku?"
"Luna, aku ingat. Kau Luna," jawab sang raja.
Wanita itu tertawa.
"Dulu, tetapi sekarang, Deluna," jawabnya
"Mengapa kau menjadi seperti ini? Kau terlihat seperti seorang penyihir. Apa yang terjadi denganmu?" Raja Alfred berdiri dan melangkah perlahan. Wajah wanita itu berubah seketika.
"Aku menjadi seperti ini karena kau, Alfred! Aku datang untuk menuntut tanggung jawabmu. Bertahun-tahun aku menunggu saat ini tiba," jawab wanita itu. Ia terlihat marah.
"Luna,"
"Deluna, aku bukan Luna," ujar wanita itu. Raja Alfred terdiam sesaat.
"Maaf, aku tak mengerti maksudmu."
"Kau bukan tak mengerti tetapi kau pura-pura tak mengerti tetapi aku akan segera membuatmu mengerti." Wanita bernama Deluna itu berkata lalu tertawa sinis.
"Tidak! Sebaiknya kau pergi dari sini. Aku tak menerima tamu tak diundang, apalagi, tamu sepertimu."
Raja Alfred tersenyum sinis. Wajah Deluna berubah seketika. Ia terlihat menahan emosi. Melihat hal itu, raja Alfred segera bersiul. Tak lama kemudian, datanglah dua orang pria tinggi bertampang aneh. Mereka adalah iblis yang bekerja untuk sang raja.
"Singkirkan wanita iblis itu!" serunya memberi perintah.
"Alfred! Kau akan menyesal telah melakukan ini kepadaku. Tanpa diusir, aku bisa pergi sendiri!" Deluna berkata lalu seketika menghilang.
***
Pangeran Alpha mengembuskan napasnya perlahan. Ia mengendap perlahan kembali ke kamarnya.
"Sudah kuduga. Ayahku menyembunyikan sesuatu dariku," batin sang pangeran. Ia tak bisa tidur lagi.
Raja Alfred membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Bayangan kejadian masa lalu mulai melintas di pikirannya.
"Alfred, mengapa kau seperti ini? Kau meninggalkanku dan memilih wanita lain, apakah kau pikir aku tak kecewa? Mengapa Alfred? Aku sangat mencintaimu."
Raja Alfred mengingat kembali kalimat yang diucapkan Deluna yang dikenalnya sebagai Luna beberapa tahun silam. Ia mengembuskan napasnya dengan kasar.
"Kau tak seharusnya datang kembali. Kau hanya bagian dari masa lalu, Luna. Kau kini terlihat seperti iblis yang mengerikan. Bagaimanapun caranya aku akan membuatmu benar-benar pergi dari kehidupanku." Raja Alfred berkata seorang diri. Sebelumnya, ia sangat mencintai Luna, namun demi harga diri dan kehormatannya, ia akhirnya memilih untuk meninggalakan Luna dan menikahi wanita lain.
"Kau mengelamun lagi. Apa yang kau pikirkan? Kau sungguh tak mau mengatakan apapun kepadaku?" Tiba-tiba, ratu Janneth sudah ada di dalam kamar. Raja Alfred terkejut.
"Tak ada. Aku hanya merasa sedikit lelah," jawab sang raja lalu menggerakan tubuhnya membelakangi sang ratu.
"Kau bertingkah aneh. Aku istrimu jadi aku perlu tahu apa yang terjadi denganmu. Mengapa kau mengabaikanku seperti ini? Apa salahku padamu?" Ratu Janneth mulai kesal. Raja Alfred terdiam mendengar perkataan sang ratu.
"Banyak masalah kerajaan yang sedang kupikirkan jadi kuharap kau mengerti dan jangan menambah masalah. Tidurlah saja." Raja Alfred mengakhiri pembicaraannya lalu memejamkan matanya. Ratu Janneth tak bertanya lagi. Ia tidur dengan kesal.
"Sampai kapanpun kau tak akan pernah bahagia, Alfred. Kau akan membayar satu persatu kekecewaanku. Aku pastikan, kau akan menyesal telah menyakitiku. Sekarang, inilah waktunya bagiku untuk membalaskan dendamku kepadamu. Kau akan merasakan apa yang kurasakan bahkan lebih dari yang kurasakan."
Suara wanita berbisik pelan. Di balik jendela kamar raja Alfred dan ratu Janneth, Deluna, yang ternyata masih belum meninggalkan istana, berdiri disana dan mendengar pembicaraan antara raja dan ratu. Ia tersenyum sinis. Wajahnya yang mengerikan memperlihatakan amarah dan dendam.