Cinta yang Tersulut Kembali
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta di Jalur Cepat
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Jangan Main-Main Dengan Dia
Aku Jauh di Luar Jangkauanmu
Mantan Istri Genius yang Diidamkan Dunia
Chapter 1
Pesta pernikahan bernuansa putih di selenggarakan di outdoor. Berhias bunga putih berkelopak lapis 5 dengan dedaunan merambat berwarna hijau yang memanjakan mata. Karpet putih panjang juga terhampar luas dari pintu selamat datang hingga ke atas pelaminan. Semua dekorasi serba putih, dimulai dari kursi tamu, kursi pelaminan, background dan lain-lain.
Sekarang pukul 8 pagi. Dimana detik-detik ritual akad akan dimulai. Kedua pengantin juga sudah duduk berhadapan dengan penghulu dengan mengenakan baju berwarna senada. Saat keduanya saling berjabat tangan dan mempelai pria mulai mengucapkan janji sucinya dengan khidmat dan serius.
Seorang dari balik pintu masuk selamat datang berjalan dengan anggun. Kakinya melangkah sesuai dengan jalur karpet putih melenggang menggunakan sepatu hak tingginya. Dia tak segan mengangkat dagunya tinggi memperjelas sosoknya yang angkuh dan berkelas sembari mencantel tas mahal hitam kesayangannya pada tangan kanannya yang menekuk sempurna.
Kedatangannya perlahan membuat orang-orang menatapnya heran. Sebab sosoknya yang menonjol dari yang lain. Serta warna pakaian yang dia kenakan full hitam dengan kacamata hitam besar. Jelas sangat kontras diantara hamparan warna putih. Dia tak menghiraukan orang lain mau berkata apa padanya.
Bahkan sebagian dari mereka mengatakan bahwa dia adalah orang iri hati yang sedang berkabung di acara bahagia di pernikahan saudarinya. Ada pula yang menyindir mengena langsung di telinganya mengatakan bahwa dia saudara yang jahat. Dan masih banyak lagi penghinaan verbal yang menusuk dan kejam yang dia terima.
Tapi bagi seorang Diana Rosseta. Hal seperti itu tidaklah masalah baginya. Karena dia tahu harus melakukan apa dan apa yang lebih penting untuk hidupnya. Hidupnya adalah untuknya. Dan sebagian hidupnya adalah untuk balas dendam.
"Itukan anaknya bu Rose, kok dia gak malu ya dateng ke sini? pakai baju begitu lagi, kaya mau ngelayat aja," sindir salah satu tamu ibu-ibu yang duduk tepat di sampingnya. Dia berbisik pada temannya tapi suaranya terlalu besar untuk dia dengar.
"Bener aneh banget, tapi sifat ibu dan anak sama saja, untung sekarang bu Rose udah tobat, eh gantian turun ke anaknya," temannya cuma manggut-manggut dengan tatapan menilai.
"Sangat disayangkan ya, masih muda, cantik tapi kelakuannya kaya cewe gak bener, katanya dia pernah tidur sama om-om loh bu, open BO gitu, kok bisa ya anaknya ibu Rose kelakuannya begitu," singgungnya lagi. Diana mengorek kupingnya yang gatal penuh dengan kata-kata kotor itu. Kenapa orang lain jadi sok tahu begitu sih tentang dirinya. Diana muak mendengarnya.
"Lah ibu kaya gak tau aja deh,"
Lalu terbesit ide di otaknya untuk melempar gelangnya ke bawah kursi. Gelang itu menggelinding ke bawah kursi yang mereka duduki.
"Upss gelangku jatuh, bu ibu tolong bantu ambilkan dong, tangan saya gak nyampe," dia melambaikan tangannya ke bawah melakukan adegan drama berpura-pura.
Ibu itu tersenyum tipis dan mengambil gelangnya. Seringai kecil terukir di bibir Diana. Kaki dengan sepatu hills nya menginjak tangan ibu tadi dengan sengaja.
"Aaaaa!" ibu itu berteriak lalu berakhir meringis. Diana terkekeh puas dengan wajah yang menyeringai menang. Pasti tadi sakit sekali karena dia menginjaknya keras. Rasa puas hati akhirnya dia dapatkan.
Ibu yang satunya menolong. Dia menarik tangan temannya lalu meniup-niup. Biar perihnya reda.
"Kamu kenapa sih? dendam sama saya? sudah baik saya ambilkan gelangnya, kamu malah berlaku kasar sama saya," ucap ibu itu tidak terima dengan wajah yang memelas. Kata-katanya terdengar ngotot. Membuat tamu-tamu di sekitar ikut menoleh. Mereka menjadi tontonan para tamu.
Lalu sang ibu, pemilik nama Rose. Menengahi perkelahian mereka. Terutama menyalahkan Diana, anaknya.
"Diana!" bentak Rose dengan keras.
"Lihat bu, kelakuan anak ibu, dia menginjak tangan saya, gak punya sopan santun sama sekali sama orang tua, padahal saya mau membantunya," teriaknya dengan keras. Berkoar merasa ditindas, diam-diam meminta belas kasihan dan pembelaan banyak orang.
'Mau cari simpati ya? mau cari masa begitu?' batin Diana menggerutu.
"Tolong bu maafkan anak saya, nanti saya yang beri dia hukumannya,"