Dear My Badboy
k ke dalam rumah. Menatap ke sekeliling dan Kanaya pun bi
sepertinya ketenangannya itu hanya sesat saja, karena saat dia membalik badan ingin ke
da, meraih punggung tangan wanita paruh baya tersebut lalu mengecupnya.
ngin tersebut menyapa indera pendengaran Ka
atau main tangan pada kedua anak-anaknya. Hanya saja, wanita itu lebih memilih untuk mengajak putra atau putrinya untuk du
ka hanya akan memberitahu secara halus yang malah langsu
intahnya yang langsung
ang keluarga. Wanita paruh baya tersebut duduk terlebih da
erani menatap langsung mata perempu
nya. "Bisa jelasin ke Bunda kenapa tad
emilin ujung almamaterny
ayah katanya kamu gak ada di sekolah tanpa keterangan, kamu udah bikin kami panik, Nak. Bayangin betapa paniknya Bunda waktu denger kamu gak ada di sekolah
dengan perlahan menatap wajah sang B
ya dan Devina masih diam menyimak cerita dari anak sulungnya ini. "Terus tadi karena waktu mepet, Aya lewat gang setan itu Bun, Aya pikir orang jahat- jaha
ita putrinya langsung mendelikan matanya.
"Enggak, gak papa kok Cuma kena tonjok se
na kembali memekik kaget, hari ini dirinya benar-b
kan di lingkup sekolah, denger cerita anaknya bahwa dia kejebak tawuran, dan sekarang anaknya sempat jadi
gsung mencoba untuk menenangkannya. "Enggak kok Bun, aman Aya gak apa-apa. Mereka gak apa-apain Aya kok, Cuma ya lengan Aya agak
tangan Kanaya dan menatap ruam-ruam merah di sana. Dia menghela n
ya marah terhadapnya? Sampai-sampai beliau ha
memperdulikannya seperti ini. Rasa bersalah muncul pada lubuk hati Kanaya,
harus begini, mungkin keadaan ini tidak akan menghampirinya. Bundanya tidak akan marah padanya, tapi apalagi daya se
ut dari Devina membuat Kanaya mendongakkan kepa
ar dan membiarkannya begitu saja, tapi nyatanya b
ibunya, Devina yang mendapat serangan
elat lagi sampe kayak gini, kakak gak bakal bikin ayah sama bunda
fas, salah satu tangannya digunakan u
agi, jangan ceroboh kayak gitu lagi, untung kamu masih bisa p
"Udah sekarang sini lukanya bunda obatin dulu," ucap Devina lalu menarik Kanay
ernah menghakimi dan selalu mau mendengarkan penjelasan anak-anaknya. Beliau juga ketika marah tidak pernah mau membentak atau main ta
sakit lagi? Biar Bunda obati
elan. "Enggak ada B
kecil. "Sama-sama, terus tadi kam
a tadi," jelas Kanaya yang mem
" tanyanya
korban penculikan dadakan mereka 'kan tuh, tapi dua orang itu gak nyakitin Aya t
tuanya i
a mines akhlak masa kakak dijadiin taruhan, siapa yang menang nanti bis
dian hari ini. Dia hanya bisa terse
di terus bantu bunda masak mak
ya hormat kepada bundanya yang langs
bunda mau ke su