Princess Arrogant
jadi merasa risih. Perasaannya berkata, ini bukan tatapan
nna
orang gadis berkuncir kuda dengan baju merah mu
a?" tan
a wa
--
teater kosong. Lalu, ia memberika
y. Ia tidak bereaksi apa-apa, walau hatinya merasa resah. Entah siapa y
," jawa
apa yang membuat Agatha bersikap seperti itu. Tetapi, Anna juga nyaman-nyaman saja berteman
ak mengerti lagi kenapa Anna bisa-bisanya bersikap acuh seperti ini. Padahal, ini tentang dir
ha dan menghela napasnya, "Gue
ia yakin, gadis itu butuh sandaran. Seperti sekarang ini, tidak seharusnya A
a. Dia pasti nggak tinggal diam," saran Agatha dengan nada penuh harap.
mager untuk melakukan hal seperti itu. Apalagi, sampai membicara
ong? Terkadang, ia juga tidak mengerti kenapa ia bisa se-cemas ini dengan keadaan Anna. Pad
, gimana? Karir lo bisa aja hancur!" Agatha sudah mengatakan konsekuensi mengerikan kepada An
salah ini." Setelah mengatakan itu, Anna melangkah men
rdulikan ucapan Agatha dan hanya tetap melangkah. Temannya itu tidak mengetahui satu hal. Jika saj
--
ghiraukan dan tetap berjalan dengan angkuhnya. Cowok itu men
tek
kejut bukan main. Ia menatap tajam Darren dan memukul k
karena partitur, melainkan cincin yang tersemat manis di jari gadis itu. Ternyata mempunya
t dari leluhur?" tanya Darren
engusap jidatnya dengn wajah masam, sambil menatapi c
pake berlian segala. Biar kalo kita peg
japkan matanya. Merasa perkataan cowok yang ada di hadapan
lo?" uca
, "Lo nggak mau gue beli
berarti cincin polos. Berpegangan tangan? Couple? Apa mak
erutkan keningnya, "Nggak mau, ya? Teru
membuat tak hanya dirinya, Darren juga ikut menoleh ke
Maestro, sama
tapi murahan.
punya
mejamkan matanya untuk meredamkan amarahnya. Ia masih pu
kukan spesial sama Ma
pa mereka bercerita seolah-olah tahu segalanya?
luarkan kata. Ia menggelengkan kepalanya. Seraya berkata, "Apa-apaan n
en tadi. Cowok itu lagi-lagi menatap tak percaya ke arah ciwi-ciwi tadi karena telah
ak percaya. Darren tidak memanggil dengan embel-embel 'M
jah Darren berubah saat melihat butiran-butiran bening meluncur di
situasi ini, ia menggenggam tangan Anna dan ingin membawanya pergi dari sini. Namun, Anna tak kunjung bergerak. Rasanya, kakinya begitu kaku. Tidak kuat menghadapi ini semua. Gadis itu hanya m
tu semakin menguatkan tangisnya. Ia hanya bisa menghela napas dan m