Kubeli Kesombongan, Gundik Suamiku
B
, kalau nggak bisa goyang
melihat satu pesan yang muncul
agiku, memeriksa isi ponsel Mas
ah menikah selama 5 tahun dengan Mas Rengga, ketika usiaku masih 23 tahun. Namun, di usia pern
endorse dari beberapa skin care atau mungkin busana yang sering aku gunakan tiap kali acara. Awalnya, aku bekerja karena ingin mengisi waktu luang. Sekedar sebagai pengisi waktu luang, mengingat Mas Rengga sebagai abdi negara harus sering bertugas ke luar kota, bahkan luar pulau dengan jangka waktu yang tak menentu. Namun, lambat laun aku merasa nyaman dan betah mengajar d
n juga tidak bisa dikatakan susah. Asal bisa mene
. Siapa pengirim pe
lui aplikasi chatting. Pengirimnya pun tidak ada dala
iku pesan seperti itu? Ap
mas, dengan segera menghubungi nom
kat. Gercep juga, aku semakin pen
f ... ini dengan siap
l
putus karena
eperti ungkapan lelucon ala pantun kekinian anak jaman sekarang. Hanya saja maknanya terlalu vulgar untuk ku cern
nomor asing tersebut, bala
ak. Salah
but, lagi pula ... di zaman semodern dan secanggih ini, apa iya masih ada orang
yang aneh, bahkan histori pencarian dan galeri pun tak luput dari jariku
an dengan orang iseng ta
Kenapa harus memakai kata dengan makna yang tidak senonoh seperti itu? Memangnya wa
n ini. Padahal hanya satu pesan nyasar yang masu
ga yang baru saja keluar dari kamar mandi. Aroma s
ia terlihat beberapa tahun lebih muda jika
gga, tanganku dengan cekatan hendak menyal
il ku kirim ke dalam ponsel pribadiku. Bertepatan dengan menekan tombol kembali dari ponsel Mas Rendra, tiba-tiba saja tangan kekar suamiku langsung merebut ponselnya dari tanganku. Aku terkejut, dadaku terlonjak begitu saja rasanya karena kaget. Ha
ini terus? Apa, sih, yang kamu cari? Kamu nggak perc
nya terlih
an
seperti Mas R
jam yang lalu setelah hampir e
ntuk saling terbuka satu sama lain. Bahkan kita sudah saling berjanji, tidak akan menyimpan rahasia apa pun. Tak a
an yang sudah disetujui bersama tiba-tib
-aneh apalagi macem-macem, tapi masih aja kamu curiga sama aku. Nggak percaya banget
p buat aku untuk membangun sebuah rumah tangga yang harmonis dan sakinah. Kalau sudah sah jadi suami istri, ya, ngapain pakai acara privasi lagi. Bukann
dengan kecemburuan yang tak ada ujung. Kamu itu terlalu lebay! Perasaan istri-istri temanku santai aja, tuh. Ngg
juga minta laporan. Nggak sekalian sambil ditulis berita
kamu mau balik juga nggak kayak gini deh. Kamu santai-santai aja. Ken
*