My Devil Bodyguard
it seraya membukakan pintu mobil Range Rover berwarna pu
as yang tengah memakai jaket kulit cokelat berlap
e menanyakanmu," tanyanya ketika D
na," jawab Dexter tanpa menoleh dan datar seperti bi
tu segera membawa m
pan untukmu. Aku akan meleta
n nona mudanya yang meletakkan sebua
g tuaku begitu menerimamu dengan tangan terbuka." Vello bergumam dengan sua
hawn hanya berusaha bersikap
t bibir bawahnya. Tak enak hati karena bodyguard tersebut mende
ah lama menggantung kalimatnya sendiri karena kesusahan memilah kata yang
k, N
orang beda usia itu di dalam mobil. Namun tak ada satu pun di antara
rada di pangkuannya, sedangkan Dexter be
lasan tak mengikuti sarapan karena ia justru baru saj
untuk menuntaskan segala misinya. Dengan itu Dexter semakin sadar bahwa Vernon sengaja tak memberikannya misi. Egonya benar-ben
ansion untuk melampiaskan gemuruh di dadanya. Ia cukup menikmati pelampiasannya pada
uk membereskan mayat-mayat tak berguna itu. Bahkan ketika berandalan itu sudah menjadi seonggok tubuh tak bernyawa pun mereka tetap menjadi sampah yang merepotkan. De
ata itu. Dexter juga turut merasakan perlakuan Rolland dan Camilla cukup berlebihan pada dirinya yang hanya sekada
atinya setiap kali mendapat perlakuan yang begitu baik dari Rolland
dua orang tua nona mudanya tersebut hanya menyalurkan kasih sayang atas
parkiran kampus. Seperti biasa, Dexter lebih dahulu keluar untuk membukaka
satu pun orang yang mencoba mengganggunya. Beberapa dari mereka hanya berani melukai dari sorot mata
engan satu tingkat lebih tinggi dari tempat duduk Arabelle. Tampaknya keduanya memang sudah tidak mem
Tentu saja ia masih tak sanggup untuk bertatapan dengan si pria tampan itu. Insiden bodohny
melirik ke arah pintu tempat Dexter berdiri. Tidak biasanya ia melihat pria bertubuh atletis itu sib
rnya adalah Dexter baru saja pulang dari rumah teman kencannya pagi tadi. Kini lipatan pada kening mungilnya menunjukkan bagaimana ga
ata yang sebenarnya masih berada pada posisi yang tepat. Ia melihat Dexter terse
aja dengan terburu-terburu. Vello mendesah lesu dan kembali
e arah parkiran. Semangatnya mencuat ketika mendapat sebuah pesan singkat dari
ah tanda baginya untuk mendapatkan misi. Dengan seringainya, Dexter keluar dari
berbadan tambun menabrak bahunya. Dexter tak berbalik untuk menegur pria itu karena sebuah ponsel keluaran tahun 2000-an suda
dikenal menyambut pendengarannya. "Maaf mengganggu masa cutimu. Mi
ngin segera kembali ke New York secepatnya." Dexter mengeraskan rahangnya menahan diri unt
jutkan pada pembicaraan serius. "Misimu kali ini adalah membunuh Wilfred Orville. Kau tentu tahu siapa politikus sekaligus pengusaha sukses
isa menjalankan misinya tanpa gangguan. Ia berjalan keluar stasiun dengan
di meneleponnya karena dalam hitungan beberapa d
*
kir di dekat gedung pencakar langit di pusat ko
etik pada layar laptop untuk merentas CCTV g
CTV tersebut. Ia segera memindahkan laptop ke kursi penumpang di sampingn
kan pistol tersebut ke belakang pinggang. Dexter menyeberangi jal
ilfred Orville. Dexter segera memasang earpiece untuk mengecek apakah ia sudah terhubung. Ketika suara salah seorang bod
datangan Mr. Thomas," ujar Dexter menirukan suara dan aksen yan
Wilfred Orville, setidaknya itu yang ia
awab masing-ma
di lantai tempat ruang kerja Wilfred Orville. Dexter dengan santai
endongak dari fokusnya pada le
Dexter melangkah lebih dekat hingga berad
dahi pria berambut putih itu semakin te
a di otak Wilfred Orville berbunyi nyaring. Ia gelapan mencoba meng
." Dexter mengeluarkan pistol dari balik jaket kulit
di dekatnya dan menusukkan secara asal ke perut Dexter agar pria di depan
belalak merasakan nyeri
suara, tetapi mampu membuat pria paruh baya tersebut langsung terkulai tak berdaya. D
telah robek untuk melihat luka di bawah perut bagian k
tuh di lantai karpet tersebut. Membersihkan
begitu bodoh tak menyadari hal sepele seperti tadi. Dexter menaikkan rit
Dexter segera bergegas setengah berlari keluar
*
mengentakkan kakinya dengan kesal. Bagaimana bisa bodyguard itu malah berkencan dan me
ungi Dexter, tetapi ia urungkan ketika meliha
itu?" ejek gadis berambut pendek den
melewati gadis itu, tetapi salah sa
u gadis berambut ombre itu m
mu dariku," tep
uk menekan dalam rasa takutnya agar tidak selalu ditindas da
AA
n mendarat d
inya kau mene
AA
bih keras. Napasnya memburu seiring g
ingis kesakitan. Vello tak ingin menyerah. Ia ikut menarik rambut gadis itu hi
satu dari mereka merobek baju Vello. Tak berhenti di sana, gadis berambut p
Namun, seakan belum puas, salah satu dari mereka sudah akan menyir
e Conti
a tinggalkan komentarmu ya. Segala info tentang