Gadis Bercadar CEO
memang berharap kepada manusia. Karena itu, menjadi manusia wajib bertanggung jawab atas kebahagiaannya masing-masing, bahkan memiliki suami pun yang menye
teriak seorang pria berambut ikal cep
ruan!" bentaknya untuk kedua kal
an masak! Perempuan kok lel
ju dapur dengan diam tanpa bersuara. Tidak, perempuan yang mengenakan hijab biru wa
ungkin tidak didengar oleh sia
ibutan di pagi hari. Perempuan bernama lengkap Kaifa Zulfa Maharani itu tak
l yang diurusnya menjadi usahanya untuk menghemat uang belanja tiap harinya. Meski upaya penghematan ya
n untuk berangkat ke kampus bersama. Tak lupa pula menggunakan cadar h
, ia tidak punya kesempatan untuk menaiki kendaraan yang ia bayar dengan jerih payahnya bekerja. Ia bersyuk
nya, perempuan berusia setengah abad yang disayanginya. Ketika melihat kerut-kerut tanda penuaan di wajah
nyambut tangan ibunya
mmualai
i pada keluarganya, ia selalu terluka oleh
ya. Sibuk dengan gawai di tangan dan sesekali tertawa, entah apa yang ditertaw
tersenyum dan berkata untuk hati-hati di jalan, atau bahkan lebih dari itu. "Sudah mas
erus terluka oleh hal-hal kecil yang selalu ia dambakan, entah sejak kapan semua perlakuan itu mulai begitu terasa.
dah masak kan tadi, cah k
lain tah? Belio kerupu
liah paginya sudah mepet, ia tak bisa mengiyakan permintaan ibunya ini. Mungkin jika ia sendiri tak apa, tetapi kawannya
dah mau telat kasihan Putri kalau har
memandikan motor, Kaifa juga bermaksud menyalaminya. Belum juga mengulurkan tangan, tetapi ayahnya memilih untuk menyomot pisang goreng di piring di dekatnya. Ia juga me
a. Ia melihat Putri, teman satu kelasnya yang sudah tersenyum di atas motor menyambut Kaifa. Sembari mengenakan helm yang dipinj
bisanya oleh Kaifa, selain karena topiknya yang tak begitu ia pahami, atau juga karena suara Putri yang tidak begitu
tanya temannya itu sembari melepas h
enarkan kerudungnya sekilas, memperhatikan apakah ad
ripada kamu harus jualan sampai tengah malam gitu," kata perempuan berhijab merah maroon yang berjalan bersampingan
lalu memberikan dukungan untuknya. Ia tersenyum di balik cadar dan menggamit lenga
pi kayaknya kamu enggak mau kost aja gitu? Nanti
ukan karena tak diizinkan oleh orang tuanya. Meskipun begitu, beberapa kali meminta, karena ia ingin istirahat sebentar dan fokus merawat diriny
ih tersenyum di balik cadarnya yang membuat
sa untuk menutupi kesedihannya. Akhirnya Putri pun tak bisa melakukan apa-apa dan hanya ikut tertawa b