Gadis Bercadar CEO
butuhan ekonomi. Entah sejak kapan juga pastinya perlahan-lahan semua kebutuhan rumah harus dipenuhi olehnya. Bahkan uang rokok Mas Adhi yang merupakan anak pertama laki-laki.
umah. Padahal ia juga tahu kalau Kaifa sesungguhnya pasti menginginkan masa muda seperti teman sebaya mereka. Bis
a jika ada waktu luang. Bahkan ketika liburan semester, ia bisa bekerja di beberapa tempat
Karena harus membayar tunggakan listrik, Wi-Fi, dan gas LPG yang datang di saat bersamaan dengan cicilan motor. Biasanya
n kerja ya ke
ya tak acuh. "Semoga s
afe." Putri melempar candaan lagi. "Eh, tapi kamu be
menatap Putri, "nanti aku izin dulu, ya. Semoga boleh, soal
tir kamu tuh keseringan puasa, badanmu jadi kayak lidi.
annya, tak perlu dengan kepura-puraan, ia bisa bercerita sedikit saja untuk melonggarkan ikatan yang menyesakkan hatinya. Putri
yang terus ia syukuri untuk menjaga kewarasannya yang mulai carut marut setiap harinya. Meman
da beberapa order yang masuk ke toko hijabnya dengan nominal yang cukup banyak. Untungnya semalam ia sempat mengecek stok dari hijab yang di
jadi apa penulis hantu?"
anya bingung, tumben
utuh penulis buat nulis biografi gitu. Kamu ma
tuk kebutuhan dua minggu ke depan dan membayar beberapa tagihan. Tanpa tedeng aling-aling ia l
itu tersenyum, memeluk Putri yang ikut memba
kontraknya, nanti mau dikirim
epet b
mau cepet dan udah mepet. Ba
baru saja berhijrah dan dalam proses makin memperbaiki diri, tetapi ia tak menyangka bahwa pertolongan Allah itu begitu mudah. I
yukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah, dan terus meratapi keinginan sebagai manusia. Hati yang terkadang banyak mer
tannya, matanya menatap materi yang disampaikan dosen di depan kelas tetapi tak begitu memahami apa yang disampaikan. Pikirannya menerawang bagaimana cara untuk meminta izin t
Adhi lulus kuliah dan memilih untuk tidak bekerja, alias di rumah saja entah sibuk melakukan apa. Beberapa kali Kaifa mengirim sc
semoga bisa bantu," ucapnya pada Ibu kala itu yang masih tak sesibuk sekar
nyiapin berkas lamaran." Kaifa mengangguk-angguk sembari memb
Kaifa sejenak, kemudian berkata, "Bu, ada uang enggak buat fot
h memaklumi bahwa Mas Adhi mungkin sedang terburu-buru untuk bersiap-siap sebelum malam makin larut. Kaifa berusaha pula memaklumi, meski dalam hati t
erasi sekolah. Maka ia pun mulai usaha untuk membuat jajanan yang mudah agar tidak memakan wakt
?!" komentarnya tentang ma
ta pemakluman, "Mas-mu kan lagi cari kerja, mungkin lagi stres.
awal dari segala kelelahan yang menuntutnya untuk tidak beristirahat. Bahkan untuk meminta selembar uang untuk membeli buku saja, ia haru
ya Bu, soalnya besok haru
lanjutkan makan malam yang sempat tertun
aran di beberapa tempat. Ibu juga percaya dengan Mas Adhi yang dianggap sebagai anak emas sejak kecil yang pint