Diary Naya
n secangkir kopi. Aromanya menguar memenuhi seluruh ruangan di kamarku. Hingga tanpa sadar
*
ah anak bungsu dari tiga bersaudara. Status ku saat ini, adalah seorang mahasiswi semester
lain, yang berasal dari berbagai penjuru kota di Indonesia. Mereka sama sepert
utri dengan harga yang lumayan mura
, Ibu men
Nanti kalau mau pulang sekalian beli oleh-ole
kabarin ibu sama bapa
h kamu, lanca
ain neng, ya. Supaya neng bisa
us berusaha sebaik mungkin agar semua cita-cita kamu tercapai. Dan jangan lupa
u ingat sama semua nasiha
k-baik di sana. Belajar yang rajin. Satu lagi yang paling
a,
tt tuuu
an teleponnya d
lan raya. Aku memutuskan untuk berjalan kaki. Karena jaraknya yang lum
n minum kopi. Aku perkirakan, mungkin, sekitar enam atau tujuh orang. Kebetulan, di se
seorang meman
h lo kaya penggaris." Te
ahu namaku? "Uc
garis si bro?"
datar. Luruuus aja ka
-temannya ikut
ti itu. Apalagi, aku tidak mengenalnya sama sekali. Aw
ambil uang kiriman dari Ibu. Malas sekali rasan
seseorang menghalangi jalanku. Ya, dia adalah orang ya
ginjak kakinya dengan sekuat te
a meringis kesakitan sambil memeg
u lagi! Atau, aku akan patahkan kaki
di lihat-lihat, lo tambah can
ya darat."
mana?"
a?" Tanya
handpho
? Tanyaku
aki gue kan tadi. Kalau gue udah siap, gue kabarin l
nanti? Kenapa gak s
asanya, gak etis aja kalau lo ti
ebagai hadiah perkenalan kita. Kecu
sama siapapun, gue cuma gak mau aja di bila
alau emang lo gak takut, sini! Seran
Si Naya? Dia kan, cewek. Lo gak
juga tahu kali, kalau gue gak pernah bisa
, apa? Si Naya udah masang kuda-kuda git
gak ada apa-apanya buat
lo di injak yah, sama
esakitan aja, biar dia nga
lu pergi dan meninggalkan dia yan
takut jika dia akan mengejar ku sampai ke kostan. Tapi, saat aku melihat kebelakang, aku tidak menemukan