icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Aisyah (Kisah Pilu Gadis tak Beribu)

Bab 5 Di Ambang Dilema

Jumlah Kata:1185    |    Dirilis Pada: 07/07/2022

ke rumah Abah, Mbah?” tany

an itu. “Maksud kamu apa, Nduk? Kamu s

yah tak lagi mau menjadi beban bagi Mbah Kakung dan juga Mbok. Bagaimanapun juga, Abah

kan apa yang dikatakan cucunya itu. Aisyah bukan lagi anak kec

a pria itu bertanggung jawab. Seharusnya ia tidak menelantarkan putrinya be

adi piatu. Tentu ia ingin menjadi seperti kebanyakan anak lainnya. Hidup bahag

bah tidak apa-apa,” ucapkan Ri

memang sebaiknya berhenti sekolah saja, Mbah. Lagi pula, Aisyah sudah bisa b

syah hendak menyerah seperti itu. “Bagi ka

h kalianlah

dikannya. Namun, di sisi lain keadaan membuatnya untuk berpikir lebih j

g mana ia sudah berdiri di depan pintu. Sedari tadi ia mendengar ucapan s

imunah yang mana A

ngun? Mbok butuh apa?” tanya Aisyah cemas

butuh apa-apa. Apakah Mbahmu sudah seles

udah, Mbok. Lihat saja. Mba

Tampan. Bagi Mbok Mbahmu it

h menikah, Aisyah ingin menjadi pasangan seperti Mbah

n juga. “Masih kecil sudah berbicara nikah-

geleng. “Tidak, Mbok. Aisyah Mah

a di antara mereka yang pacaran. Itu kata mereka. Tapi, Aisyah sama sekali tidak tahu itu pacaran. Selama ini ia hanya fokus se

ada orangnya. Maka berhati-hatilah sebagai a

a yang tidak ada orangnya itu. “Apakah itu, Mb

ah teman-temanmu ada yang megang HP?” tanya

dengar suara tanpa melihat orangnya dengan teleponan. Kita bisa

sung membenarkan u

dah banyak tahu,

ni karena Mbok sayang padamu. Mbok tidak ingin kala

Simbok. Aisyah akan ingat

Syah? Aku mau salat zuhur, ini,” ucap Ridwan y

mau ambil sabun d

n mandi, Maimunah menuntun suaminya menuju kamar ma

sedikit terhuyung. “Ken

k!” Ia terbatuk lagi dan seperti biasa, terdapat darah dari sela ba

h mengambil peralatan mandi. Maimunah sama sekali tidak ingin m

i kejauhan. Ia pun bergegas menghampiri p

m,” pinta Aisyah seraya mengganti posi

wudu juga, Syah,

saja dulu ke ini, ya? Aisyah

ma mengantar menuju kamar mandi, Maimunah bertanya

, Syah. Memangnya, Aisyah bene

ngan mata berkaca-ka

ana-mana, kok, Mbok. Maafkan pertanyaan konyol Aisyah barusan,” u

iji yang berbuah lebat di sisi kjanan di samping kamar

tidak keberatan, N

rumah ini. Bersama kalian,” tutur Aisyah cepat. “Biarlah Aisyah tidak merasakan cinta dan kasi

hnya segalanya akan mudah. Namun, ternyata ia sudah keliru mengemukakan pendapat.

memang sudah saatnya kamu mendapatkan kebahagiaan dari orang tuamu. Kamu punya h

mengalir ke wajah keriput Simbok, mengucur di lengan dan

akan rasa penasaran cucunya. Ia pun melanjut

u menitipkan kamu pada kami. Jika memang pilihanmu sekarang akan tinggal bersama Abahmu untuk menggapai mimpi dan cita-citamu, tidak apa-apa , Nduk. Kami ikhlas. Apalagi, Mbok da

gkan Aisyah bergeming. Ridwan kini berjalan menuju ke arahnya, segera meminta untuk dimand

sudah menjadi orang tua terbaik untuknya. Merangkap ant

reka demi mendapatkan sebuah pertan

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Setelah Lulus Mau Sekolah di Mana 2 Bab 2 Ketakutan yang Teramat Sangat3 Bab 3 Rindu yang Membelenggu4 Bab 4 Ketulusan Hati5 Bab 5 Di Ambang Dilema6 Bab 6 Mencoba Bertemu7 Bab 7 Perlakuan yang Berbeda8 Bab 8 Meminta Pertanggung Jawaban9 Bab 9 Dua Pilihan yang Sulit10 Bab 10 Sindiran yang Menyakitkan11 Bab 11 Aisyah Azzahra12 Bab 12 Foto Usang di Sepanjang Kenangan13 Bab 13 Kehangatan Keluarga14 Bab 14 Dua Sisi Dua Kubu15 Bab 15 Kejadian yang Hampir Mengancam Nyawa16 Bab 16 Kondisi yang Menghawatirkan17 Bab 17 Biang Mala Petaka18 Bab 18 Ada Benci Ada Peduli19 Bab 19 Tamu yang Ditunggu-Tunggu20 Bab 20 Suara Hati Simbah21 Bab 21 Keputusan Seorang Abah22 Bab 22 Bernostalgia dengan Masa Lalu23 Bab 23 Risiko Dari Mengambil Keputusan24 Bab 24 Perdebatan Sengit25 Bab 25 Ada Benci Ada Sayang26 Bab 26 Apa Maksudnya 27 Bab 27 Hal yang Tidak Biasa28 Bab 28 Jangan Seperti Itu29 Bab 29 Tak Kuasa Melepas30 Bab 30 Kembali Pulang31 Bab 31 Hal yang Paling Ditakutkan32 Bab 32 Semangat, Aisyah!33 Bab 33 Tawa Ejekan34 Bab 34 Hari Pertama35 Bab 35 Larangan Berjualan36 Bab 36 Anak dan Menantu Durhaka37 Bab 37 Ide Licik si Tamak38 Bab 38 Lidah Manis Hasutan Dendam39 Bab 39 Dewasa Sebelum Waktunya40 Bab 40 Dilarikan ke Rumah Sakit41 Bab 41 Tetap Tenangkan Dia42 Bab 42 Hanya Berjanji, Sulit Ditepati43 Bab 43 Surat Cinta Ummi44 Bab 44 Jangan Tinggalkan Aisyah, Mbok!45 Bab 45 Pesan Mbah Kakung46 Bab 46 Kehilangan Keduanya47 Bab 47 Rumah untuk Pulang48 Bab 48 Jatah untuk Aisyah49 Bab 49 Aksi Nekat Demi Tidak Terlambat50 Bab 50 Maukah Kau Jadi Temanku 51 Bab 51 Perlakuan yang Berbeda52 Bab 52 Diskriminasi Itu Menyakitkan53 Bab 53 Fakta Apa Lagi Ini 54 Bab 54 Benar-benar Jahat55 Bab 55 Kejadian Janggal56 Bab 56 Mimpi Buruk57 Bab 57 Antara Sadar dan Tak Sadar58 Bab 58 Kekasih Simpanan59 Bab 59 Misteri yang Disembunyikan60 Bab 60 Ancaman Ekonomi61 Bab 61 Pengaruh Jahat62 Bab 62 Mau Menjual Tanah63 Bab 63 Semakin Ngelunjak64 Bab 64 Dalam Pengaruh Sihir65 Bab 65 Awal yang Baru66 Bab 66 Nasihat Kebaikan67 Bab 67 Apa Cita-citamu 68 Bab 68 Masa Remaja Memang Penuh Warna69 Bab 69 Hadiah untuk Aisyah dan Ahmad70 Bab 70 Asrama71 Bab 71 Ungkapan Hati72 Bab 72 Pertemuan Kembali73 Bab 73 Kehangatan Keluarga74 Bab 74 Luka Itu Masih Ada75 Bab 75 Bertemu Si Pengkhianat76 Bab 76 Malam Keberangkatan77 Bab 77 Dunia yang Penuh Sandiwara78 Bab 78 Cemburu79 Bab 79 Sepertinya Ada yang Suka80 Bab 80 Calon Imam81 Bab 81 Sakit Karena Rindu82 Bab 82 kedekatan dengan Abah83 Bab 83 Pembelajaran Berharga84 Bab 84 Pertemuan Setelah Cukup Lama Terpisah85 Bab 85 Tidak Sadarkan Diri86 Bab 86 Penyesalan Terdalam87 Bab 87 Jatuh Sakit88 Bab 88 Pulang Karena Sakit89 Bab 89 Pengakuan Mengejutkan90 Bab 90 Kembalilah Padaku91 Bab 91 Pernikahan ke Dua92 Bab 92 Khitbah Langsung Nikah93 Bab 93 Bagaimana, Aisyah 94 Bab 94 Surat Rahasia95 Bab 95 Dear Aisyah96 Bab 96 Percaya Kemampuan Diri97 Bab 97 Kepanikan di Hari Bahagia98 Bab 98 Pesaing Cinta99 Bab 99 Apa Opname 100 Bab 100 Di Antara Dua Pilihan