GAGAL MENIKAH KARENA ORANG KETIGA
i, Mas?" tanyaku set
ki yang baru kemarin memutus lamaran datang bertamu ke rumah seorang diri
an tentu tidak ada salahnya menemuimu. Di rumah juga ada ibumu, 'kan?" M
terbiasa dikunjungi tamu lelaki. Wajah mungkin sudah seperti udang rebus akibat m
rumah. Aku jadi curiga, ada motif tersembunyi di balik semua ini.
r. Aku juga tidak tahu kenapa temanku itu sangat tidak mau melihat Mas Ilham dari dekat. Lagi,
cemburu kalau kam
in kalau aku tidak akan berpaling ke lain hati."
menerima lamarannya. Bahkan jauh sebelum kami kenal, sudah ada sedik
yang menuduhku licik. Akan tetapi, sebaiknya nanti saja setelah keadaan sudah bena
Jarak rumah kita gak terlalu jauh, jadi
ham. Bisa-bisanya dia berucap itu padahal
eraihnya. "Aku harus pulang. Nurul menelepon. Tidak mungkin juga aku ber
ah menunggu." Bibir menyunggingkan senyuman berusaha menya
embunyi di balik tirai yang menutup jendela, memandangnya hingga lenyap. Tak bersel
kan,"bisikku. Akan tetapi, mata tidak mampu berbohon
*
ndin, dia sepupuku yang tinggal
a teringat dengan kalimat Bu Wenda. Ada prasangka bahwa peremp
jutkan seakan mengerti, "Bu Wenda yang bilang. Terus pagi tadi aku lihat dia berdiri di depan rumah kamu dengan seorang perempuan yang memakai ji
? Terus kenapa Bu Wenda cerita ke perempuan
eman kamu makanya Bu Wenda cerita kalau kamu lagi hamil. Aku juga gak tahu, cuma mendengar
i teman dan tidak ada kejadian marah-marah apalagi menyangkut tentang Mas Dika. Aku juga memberitahu And
setengah apalagi sebelah pihak. Tentang perempuan itu, aku juga ikut penasaran
ang memutuskan lamaran, aku pula tersiksa karena gosip tetangga. Huh, se
adi kamu m
ata. Aku tahu, dia terlampau penasaran. "Lagian juga tadi aku dengar Bu Wenda dan
kehendak karena jodoh sudah diatur sama Allah. Kalau takdirnya begini, mau bagaimana lagi? Tidak
emakin sore. Semoga saja sepupuku itu percaya kalau memang di rahimku tidak ada janin dan Bu Wen
-janga
Mas Ilham, tetapi perempuan itu terlihat polos. Bisa jadi Mas Ilham cari pembelaan hingg
apa, Yum?" tanya
melangkah mendekatinya. Memang tadi aku dan And
da bilang kamu hamil, 'kan?
u tidak hamil, jadi apa gunanya marah. Sekarang sudah mau magrib, mandi dulu, ya, Bu,
ibu marah ke Bu Wenda. Tetangga yang suka menggibah itu tidak pernah kapok, dia malah semakin
ambu