Dua Istri CEO: Istri Simpanan Suamiku
brina. Cara yang ampuh untuk membuat orang yan
an bersalahnya karena telah berciuman dengan pria selain suaminya. Walaupun, dalam hal ini dia
Sabrina yang sangat khas. Pasti ada sesuatu yang dia sembunyikan. "Tadi aku ber
Dia terus melangkah, memasuki kamar mandi dan berkata. "Lagi pula, aku tidak tah
u?" bentak Adam padanya. Dia tak mengerti me
ndi dan hendak mengunci pintu. Namun, Adam berhasil menyusulnya dan m
n, dia mengendus bau yang tak waj
bih dari ini. Apalagi, suaminya itu kini mengendusn
dengan kasar. "Apa yang kau lakukan dengan pria la
Adam!" protes
a ke dinding dengan kuat. Sedangkan tangan kanannya menekan pi
isa dibendung lagi. Pria jangkung itu kini membuat Sabrina semakin kesa
a sambil menangis. "Kamu pikir hanya kamu y
p Sabrina yang menangis dan hendak menciumnya, tetapi wanita
Maya yang pernah kau bawa keluar jalan-jalan dan makan di tempat terbuka!" bentak Sabrina kasar. Kemarahannya tak terbendung lagi. "Bagaimana denga
nahan air matanya yang semakin deras. Apalagi melihat Adam hanya
kamu saja yang boleh menyentuh dua wanita?" bentak Sabrina
i semua aku
m yang terhormat!" Sabrina keluar dari kamar mandi dan membanting pintu. Adam dengan cepat mengikuti dan menah
anya satu tujuannya! Kamar 703. Satu-satunya kamar yang akan menam
Sabrina. Apa yang salah dari rencananya? Bukankah Sabrina sudah
kedua istrinya berbulan madu secara terpisah. Namun, ayahnya akan dengan
enahan pedihnya bersandiwara. Dia memang
enaga hingga tangannya terasa sakit. Dia harus memi
amar Maya. Dia lupa mengendap-
Maya dengan penuh perhati
n apa yang sebenarnya dia pikirkan.
kau mau," usul Maya sambil menguap
bertemu langsung di sekitar sini. Tapi di hotel lain." Aka
ia tak menyadari suaminya sedang merencanak
u. Tampaknya ingin memulai kerja sama lagi." Adam menjelas
an dengan klien yang ingin bekerja sama kem
tau sekretarisnya." Adam buru-buru menjawab. "Namun, a
entu bukan khawatir bahwa Maya akan bosan. N
au hanya sehari saja!" jawab Maya dengan senyuman manis agar suam
gkin akan pergi selama em
bih penting!" Maya menjawabnya dengan senyuman lebih lebar. Sem
asa sangat ingin menyempurnakan sandiwaranya kali ini dengan kelakuan selaya
untuk Maya. "Kalau begitu, sebaiknya aku memberimu
m yang telah hafal cara menyenangkan Maya, membuat dini hari itu tak lagi dingin, melainkan sangat pan
dap-endap. Dia memencet bel kamar Sabrina, tapi tak ada sahutan. Rupanya Sabrin
dia tak bisa menghubungi Sabrina karena ponselnya dimatikan. Sekar
abrina dengan ketus
ena Sabrina masih mau mengangkat teleponnya. "Sayang, maafkan aku