We Are Married
? Kan mereka taunya kita sepupu." Taekyung me
kalau mereka tau kita tinggal serumah
nyak pe
aneh me
r. Yang orang tau kan mereka hanya sepupu. Kecuali jika sa
u gue juga
ho
te kita sama tapi d
Naik mobil k
ak e
os pasrah. "
-sama naik bis. Sejujurnya Yerim lebih setuju kalau Taekyung berangka
rjalan kaki saja. Salah satu dari mereka pergi lebih dahulu a
eka naik dan duduk bersampingan. Yerim merasakan situasi y
bih baik aku na
ni?" Taekyung bertanya d
sesaat lalu menjawa
nin gue ke
" Pertanyaan yang mewakili kalau Yerim
owok nggak nga
en
giran. "Sera
k kapan baha
k kepalanya dengan satu j
lagi. Pusing dengan perg
><
kolah. Sebagian penumpang turu
ng membiarkan Yerim berjalan cepat menjauhi dirinya dan hanya menatapi tubuh Ye
gin turun dari bis. Gadis itu meminta maaf dan Taekyung membiarkan gadis itu turun lebih dulu dan per
itu sama sep
beda saat seseorang yang sedang bermain ska
kyung mendengar
membantu Yerim berdiri. "Lho, Yerim
lutut dan telapak tangannya. Yerim mengangkat kepal
ya. Aku ng
gkahnya dan langsung men
-apa. Pergi lo!
unggie menunjuk Yerim yang berdiri den
ekyung terlihat tenang tetap
rim," sesal Junggie sekali lagi lalu ia menga
beralih pada Ye
a. Kedua pergelangan tangan Yerim digenggam erat oleh Taekyung sampai membuat gadis itu salah tingkah. Yerim
ya orang-orang tengah menatapi mereka dengan berbagai jenis. Perlahan Yerim menjauhkan diri dari Taekyung
tu tangannya lalu berbalik dan
Taekyung sekarang. Maksudnya Taekyung ingin menggendong
o n
tapi
pilihan l
g berdiri dengan menggendong Yerim di belakangnya. Yerim menyembunyikan wajahnya sebisa mungkin. Enggan menatap ora
Taekyung!" Hana yang kebetulan lewat
ji Yena dengan mata berbinarnya. Berbeda dengan Sindy yang han
><
belakang sekolah, Taek
umam Yerim tapi terd
u j
alas dengan kata yang tak terduga. Yerim meneliti Taekyung
meniup-niupnya agar tak terasa sakit. Tak lama Taekyung kembali dengan sebotol air mineral. Taekyung berjongkok di hadapan Yerim, menyiram luka di lutut Yerim dengan air tersebut, begitu juga
khawatir
ena baru saja Taekyung menempelkan plester terse
im diplester. Saat selesai Ta
nyanggupinya walau dia sendiri tidak tau apa dia sanggup duduk d
Taekyung tidak. "Aku yang salah, kan? Aku jalan buru-buru sampai nggak
rat. "Dia yang salah," ucapnya
sa aku ya
k. Melihat Yerim ketakutan, Taekyung mengalihkan lagi tatapannya. Suasana seperti ini membua
kan Taekyung. Sebenarnya kakinya masih terasa sakit, tapi daripada berada di samping Taekyung yang serba salah lebih