PUISI CINTA DARI TIMUR
urnya sejak beberapa saat yang lalu. Jelas. Dia tak bisa tidur tenang malam in
na
percaannya sendiri. Sedangkan ibunya? Dimana dia sekarang? Apakah masi
menunggu pagi tiba. Kakinya sudah gatal ingin melangkah ke Timur saat ini juga. Sedangka
Li tak membuat pria batu es itu menoleh padanya. D
gkainya melaju mendekat sekitar satu meter
an indera perasa. Dewa sudah merenggut semua itu darinya sejak lama. Karena para Dewa cemas, kalau langit akan me
sedang mengalami sindrom tidur berjalan? Guru Li yang penasaran segera mendekat pada pe
gkah konyolmu
pemuda yang satu ini memang sangat istinewa. Dia bahkan berani berkata sinis
Guru Besar, harusnya kau lebih beretika, bukan? Bagaimana kala
Lu Sicheng adalah pangeran dinasti Lu, satu-satunya keturunan raja besar Dong Taiyang. Pant
benar menurut para gadis di desa Lan Hua ini? Hm, sepertinya itu menang benar,
itu katakan?" Lu Sicheng bertanya tan
udian, "Ya, para gadis itu mengatakan kalau kau adalah pemuda yang sombong, keras kepala, menyebalka
han para gadis itu. Lagi pula, berapa usiamu sek
i
ukuman pada murid menyebalkan yang satu ini. Niatnya tadi menemui Lu Sicheng untuk sebuah tujuan khusus. Ya, lupakan uc
up mulutmu dan ikutilah aku sekarang. Mengerti?" tukas Guru Li. T
i 'kan yang berkata, aku harus berangkat ke Timur pagi ini juga," bala
g hanya tersenyum tipis melihatnya. Dia memang selalu b
etus Lu Sicheng sembari melangkah menuju keluar kamar,"ayo! Katanya tadi
ndengkus kesal. Langkah cepatn
pangsit sebelum aku berangkat?" tanya Lu Sicheng sembari tersen
kan mengetahuinya," balas Guru Li ya
is. Tangannya menyatu di belakang pinggang denga
a, Kaka
ampan s
ak C
dis itu memang selalu datang ke rumah Guru Li sesuka hati. Bahkan mereka juga sering mema
ang bisa menggetarkan hatinya. Dan menurutnya, para gadis hanya akan membuatnya kerepotan saja. Ya, sejauh ini begit
lihat s
anya menatap heran dengan apa yang sedang si tua bangka itu lakukan. Guru Li tampak sedang mengusap-
Konyol sekali,' bathin Lu Sicheng. Bibirnya mengulas se
AA
di hadapannya itu terbuka bak sebuah pintu rahasia. Apa in
era melangkah memasuki ruangan yang
a itu. Manik hitam Lu Sicheng memindai seisi ruangan. Astaga, tam
pasang netranya kemudian terpusat pada sebilah pedang yang bertandang p
ena sinar lentera pada ruangan
era melangkah
ang Ayahmu gunakan untuk menghabisi para musuhnya di medan t
a itu. Namun pandangannya kembali pada
asti Lu. Darah mendiang Raja Lu mengalir dalam tubuhmu. Hanya kau yang
uda itu pun mengembalikan pandangannya pada pedang di hadapannya.
aiyang. Kau adalah putera Raja Lu Cia-Hao dan Permaisuri Fang Yin. Hanya kau yamg bisa mengendali
bangga pula akan dirinya. Ternyata ben