MrP (Mertua Rasa Pelakor)
i mertuaku. Namun, kendalanya adalah Mas Bo'eng yang belum bekerja. Bagaima
Mas Bo'eng aja belum kerja, gimana
kasihan sama kamu, Jul." Setelah 10 menit kupakai untuk
i teras Erna, betapa enaknya tiduran seperti ini. "Belum
beberapa langkah saja. Ketika sampai di pintu dapur, ternyata mer
letuk mertuaku. Ten
emosi, sudah lelah siapa pun akan cepat
n juga gosipin
ulai memanas, sembari menggendong Fito a
cemilan sambil bermain game di ponselnya. Aku mendekatin
aya menurunkan Fito dari gendongan. Seke
ikin orang males aja!" Tanpa sengaja, cemilan dan kopi Mas Bo'eng te
as Bo'eng memukul kaki Fito, buru-buru aku mengang
rti sedang kesurupan. Baru kali ini aku meluapkan segala beban. Mertuaku, Rian, da
, anak sekalian!" bentak Mas Bo'en
bagus makan tidur gratis di sini!" Mertuaku ikut menimpali. S
i? Bisa licin sendiri tanpa ada yang menyetrika? Sayur yang kalian makan, apa bisa matang dengan s
to yang semakin menjadi. Sementara Rian, menjambak rambutku seperti biasa. Kurang ajar memang, mereka selalu seperti itu. Pernah ingin melapo
dak boleh melihat kami bertengkar seperti ini. Harusnya, aku bisa lebi
rani bentak-bentak Mami!" Kali ini, Ri
h!" Mertuaku menjambak rambut ini, hingga tubuhku jatuh bersama
m saja. Mereka bertiga belum puas, Rian membongkar baju-
an itu. Aku menatap Mas Bo'eng, berharap ia membelaku. Namun, ia
an mertuaku membuat Fito s
gkin jika kami tidur di pom bensin. Akhirnya, aku merapikan pakaian
Menangis sepuasnya. Haruskah aku bahagia? Karena bisa
datang secara kebetulan. Mereka sengaja datang untuk menjemp
sar sambil menangis. Mata begitu sembab oleh air mata. Bahkan, pandang
menangis. Air mataku serasa tidak dapat berhenti mengali
aat tangan Azam menyentuh tanganku. Ada rasa malu menjalar perlahan, dalam
saat tangan Azam mempererat cengkraman tanganku, saat kaki ini memaksakan untuk me
Ia menyambut Lisa dengan senyum semanis mungkin. Aku tahu, senyum itu tersimpan kep
seperti mereka yang setengah iblis. Lisa sangat jelas memperlihatkan kecemburuannya ter
u mengalah dan penyayang, menjadi hal sulit untuk dilupakan. Mungkin ini adalah
Tampan, perhatian, penyayang, dan juga setia. Ah, ke
padaku. Siapa pun pasti akan marah dan cemburu, a
, kamu?!" Azam
osisiku serba salah, untuk menoleh pun aku tidak ada keberanian lagi. Bagaikan m
ng Fito, anak itu pun menurut saja dan tidak ada penolakan sama sekali.
samb