icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

MrP (Mertua Rasa Pelakor)

Bab 4 Cinta masa lalu

Jumlah Kata:1039    |    Dirilis Pada: 23/03/2022

i mertuaku. Namun, kendalanya adalah Mas Bo'eng yang belum bekerja. Bagaima

Mas Bo'eng aja belum kerja, gimana

kasihan sama kamu, Jul." Setelah 10 menit kupakai untuk

i teras Erna, betapa enaknya tiduran seperti ini. "Belum

beberapa langkah saja. Ketika sampai di pintu dapur, ternyata mer

letuk mertuaku. Ten

emosi, sudah lelah siapa pun akan cepat

n juga gosipin

ulai memanas, sembari menggendong Fito a

cemilan sambil bermain game di ponselnya. Aku mendekatin

aya menurunkan Fito dari gendongan. Seke

ikin orang males aja!" Tanpa sengaja, cemilan dan kopi Mas Bo'eng te

as Bo'eng memukul kaki Fito, buru-buru aku mengang

rti sedang kesurupan. Baru kali ini aku meluapkan segala beban. Mertuaku, Rian, da

, anak sekalian!" bentak Mas Bo'en

bagus makan tidur gratis di sini!" Mertuaku ikut menimpali. S

i? Bisa licin sendiri tanpa ada yang menyetrika? Sayur yang kalian makan, apa bisa matang dengan s

to yang semakin menjadi. Sementara Rian, menjambak rambutku seperti biasa. Kurang ajar memang, mereka selalu seperti itu. Pernah ingin melapo

dak boleh melihat kami bertengkar seperti ini. Harusnya, aku bisa lebi

rani bentak-bentak Mami!" Kali ini, Ri

h!" Mertuaku menjambak rambut ini, hingga tubuhku jatuh bersama

m saja. Mereka bertiga belum puas, Rian membongkar baju-

an itu. Aku menatap Mas Bo'eng, berharap ia membelaku. Namun, ia

an mertuaku membuat Fito s

gkin jika kami tidur di pom bensin. Akhirnya, aku merapikan pakaian

Menangis sepuasnya. Haruskah aku bahagia? Karena bisa

datang secara kebetulan. Mereka sengaja datang untuk menjemp

sar sambil menangis. Mata begitu sembab oleh air mata. Bahkan, pandang

menangis. Air mataku serasa tidak dapat berhenti mengali

aat tangan Azam menyentuh tanganku. Ada rasa malu menjalar perlahan, dalam

saat tangan Azam mempererat cengkraman tanganku, saat kaki ini memaksakan untuk me

Ia menyambut Lisa dengan senyum semanis mungkin. Aku tahu, senyum itu tersimpan kep

seperti mereka yang setengah iblis. Lisa sangat jelas memperlihatkan kecemburuannya ter

u mengalah dan penyayang, menjadi hal sulit untuk dilupakan. Mungkin ini adalah

Tampan, perhatian, penyayang, dan juga setia. Ah, ke

padaku. Siapa pun pasti akan marah dan cemburu, a

, kamu?!" Azam

osisiku serba salah, untuk menoleh pun aku tidak ada keberanian lagi. Bagaikan m

ng Fito, anak itu pun menurut saja dan tidak ada penolakan sama sekali.

samb

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka