Sebuah Penyesalan
ht Club
etelahnya mengambil parfume yang ada di laci sebelah kanan lalu menyemprotkannya. Sudah merasa percaya diri, dia pun ke luar mobil dan berjalan mengarah ke pintu masuk night club. B
ai pesanan, "Selamat menikmati." Tangan Steven pun langsung
kekuatan dan tidak takut masuk penjara. Paula pun melancarkan aksinya dengan memanggil Pelayan. Pelayan pun bergeg
uh keberanian mendatangi Steven. kendati awalnya dia hendak menjebaknya dengan
emilikinya seutuhnya, kalau perlu seluruh kehidupannya hanya untuk dirinya saja. Menu
an rasa marah, tangan Steven lihai meraih jemari juga pinggang seksi Paula dengan mesra
en sambil berkata sangat manja, "Aku turut berkabung akan istrimu! Karena aku tidak tahu kalau yang tidur di dalam kamar 1225 itu a
lau kita pergi kembali ke Karachi besok? Temani aku hingga proj
dah merancang rencana licik serta membaca isi pikiran Steven, tangannya pun mengelus pipi da
pipinya, sehingga bekas lipstick merah menempel sangat
h yang Pau
lam mobilnya. Tanpa menunggu waktu, dia pun melakukannya di dalam mobil berkali-kali hingg
an cepat meraih celana panjanganya, kemudian memakainya. Sekilas mata Steven melirik pada k
unia malam, "Bapak siapa?" tanya Steven sambil ke luar dari
sangat marah, tangannya mengepal serta napasnya tersengal. "Aku adalah penja
lam saku kemeja atasnya dan mengeluarkan sepotong kayu berukuran panjang 3 inch dan lebar 1
di tengah-tengah kayu tersebut. Baru saja mulutnya he
berbusana lengkap sedang duduk di jok mobil,
saku celananya. Tetapi dia merasakan ada sedikit perbedaan pada dirin
u kenapa?" dan semakin bingung karena tangan Steven mendadak s
dalam mobil, "Ikut aku, ada yang harus aku seles
mengambilnya dengan paksa. "Tidak usah membawa-bawa nama keluarga besarmu! Persoalan ini hanya aku denganmu, kesalahann
ya dengan sangat kencang hingga 180km/hr. BMW 6i ini sekarang layaknya mobil balap dan melesat seperti kilat di antara pengguna jalanan lain. I
terpengaruh akan semua itu, mobilnya melesat semakin cepat, sedangkan Paula yang du
ah ke luar dari kota Beijing!" teri
asanya dia berhenti dan menepi, namun tidak bisa. 'H
ara wajah Paula sudah seperti mayat hidup, pucat pasi. Kemudian Steven segera ke luar dari mobil, lalu membuka pintu
aku seperti ini! Aku sakit!" rintih
n kuburan Lyn, tubu
r
nta maaf pada semua ya
kamu bersamaku! Dan
angan Paula hendak meraih lengannya, seketika kepala Steven mendongak, matanya merah melotot menatap wajah Paula
ong ke luar dari mulut Paula sambil merintih. Badannya seperti habis nge-gym setelah libur karena PPKM, belum lagi rambutnya seperti he
a menyiksanya. Akan tetapi dia tidak memiliki kekuatan untuk menghentikannya. Setelahnya Steven pun menghampiri tubuh Paula yang sudah t