Sebuah Penyesalan
rawat menepuk
an Steven pada
k, aku tak akan meninggalkanmu," janji Steve
tu karena sudah terlanjur mencintai dan terlebih lagi sudah ternodai. Sementara Steven menikahi Lyn karena besarnya nafsu yang tak bisa dikendalikan. Walaupun pada awalny
. Namun, setelah sebulan menikah Lyn baru merasakan rasa bersalah pada dirinya. Ia pun mulai meratapi kalau dirinya adalah wanita
enyuman dan tatapan mata biru Steven. "Hi," ucap Steven pada Lyn yang sedang terpak
ng terpasang pada bajunya sebalah kanannya. Lyn tersenyum, lalu mengul
Steven pura-pura mengerti tentang binatang. Padahal dia hanya sedang iseng mengitari lokasi. Sesungguhnya dialah
sambil mengusap Border Collie. Dia pun menunjuk pa
mengerutkan keningny
ngangguk. Sedangkan Ste
*
res. "Perlu bantuan?" tawar Steven sambil mengangkat kandang-kandang besi yang berisi puppi
lang!" sambil bergegas masuk mobil dan menstarternya. Baru saja mulut Ly
h pada Steven dan m
ilnya, lalu berkata, "Ayo Lyn, aku
pun segera menyuruh sopirnya untuk pergi, "
an mobil BMW i8 dengan penuh percaya diri. Menjadi seorang pembisnis papan a
an baru. Lyn memang hanya memilih kalangan atas, karena menurutnya mereka adalah orang yang terdidik juga tidak akan bersikap norak
ini. Steven membuka pembicaraan, "Lyn, kamu tinggal di
besarkan di Beijing. Di sini adalah tem
irkan mobilnya di sebuah tempat bersejarah ternama
i Lyn akan beberapa tempat kuno. Dalam hitungan jam mereka sudah akrab seperti layaknya s
disibukan pengambilan gambar oleh
tinggal bersama karyawanku, juga aku adalah orang
memiliki keluarga atau pun saudara. Merupakan akal licik dalam mengelabui wanita dengan kata-kata ma
teman." Perkataan Steven yang spontan dan tanpa basa-basi adalah jurus jitu untuk mendapatkan simpati dari seorang ga
n bibirnya menyiratkan senyuman men
pat aku menginap, agar tidak terlalu me
biru Steven, "Baiklah!
irnya kembali ke dalam mobil. Mobil pun Steven lajukan dengan ce
Ho
mpi apa aku ini bisa menginap di hotel yang diminati banyak turis lokal dan inter
na Lyn?" ujar Steven sambi
n Lyn, Steven menekan tombol 5 pada lift, adalah tujuan kamarnya. Di dalam lift, kedua mata bi
in
ari belakang. Begitu sampai di kamar nomor 552, Steven mengeluar
yang baru dikenalnya tadi siang masih berdiri tegak di luar kamar. Steven
jawab,
enarik tangan Lyn sambil berucap pelan, "Please come
angan yang begitu sempurna. Sedangkan Steven berdiri di belakangnya, "Lyn, kamu suka?" bisiknya tepat di dekat telin
n Steven. Ternyata reaksi Lyn malah menggugah nafsu
masuk perangkap lelaki asing dan sudah siap mener