Pernikahan Tak Terduga: Kesempatan Kedua yang Manis
, selama aku tidak mati
aku mendengar suara d
lalu keras, tapi itu cukup untu
ing, aku melihat ke arah ata
u berada. Wajahnya nyaris tidak dapat terlihat. Perlahan, dia menyal
dalah seorang p
asaran. Dia tidak berbicara sampai dia tahu bahwa aku benar-benar sangat malu
lebih cocok untuk diperas? Kenapa kamu harus me
netis, tetapi apa yang dia katak
a yang kulihat beberapa detik yang lalu pasti bera
takan dan ekspresiku yang dipenuhi rasa malu, aku pasti telah m
ataku, dia membeku sesaat, dan
dak berdebat lebih lanjut. Aku hanya memegangi kakiku seku
mbalas ejekannya, dia meletakkan tangannya dengan setengah batang ro
kungan dan menghilang dari pandang
ahkan jika dia hanya ingin menertawakanku. Palin
senyap, hanya suara ratapanku yang
u dapat mendengar suara rem sekali lagi. Aku mendongak deng
mbil merokok dengan santai. "Apakah kamu tidak takut akan mena
apnya dengan air mata masih berlinang
rangi tempat kami berdua berada. Aku bisa melihat
pun dia hanya mengenakan pakaian olahraga dan poninya basah oleh keringat, dia terlih
a sebelumnya aku tidak meminta kompensasi padanya. Pada saat ini,
kakiku yang tidak mengenakan alas kaki dan memerhatikan
edua lenganku erat-erat. "Aku
gkit, dan mengeluarkan mantel dari ransel yang bergantu
h," ucapku d
a merasa tidak nyaman. Dari mantelnya masih tercium aroma sabun; y
s pergi ke rumah
rja di rumah sakit, namun dia juga yang menjadi alasa
ku berkata, "Aku hanya
mbuat hatiku te
at itu masi
rkan sebuah emosi yang tidak dapat aku pahami. Dia m
takan itu, dan merasa bahwa pekerjaan ini mungkin terbuk
jadi dia terkekeh dan mengeluarkan ponselny
ri tahu orang lain di ujung telepon itu lokasi
nggosok bahuku dengan can
menyalakan sebat
hwa dia pasti sudah mem
aku menipumu?" ucap pri
herku, merasa keh
pa pun untuk ditip