Pernikahan Kontrak CEO
ilik Arkan sendiri. Seorang pria yang tempo hari aku temui di pesta Anya ternyata adalah seorang CEO dari perusahaan W Group
erhari-hari untuk mengumumkan hasilnya. Bagaimana tidak, biasanya ketika melamar pekerjaan, HRD lah yang akan meng-interview para pelamar kerja.
. Pria itu ternyata adalah pemilik perusahaan ini sendiri. Aku lantas memberikan hormat kepada Arkan ketika baru mengetahui bahwa ia adalah seorang CEO. U
pertanyaan umum yang sudah biasa ditanyakan oleh HRD ketika sedang melakukan interview. Selain itu, Arkan justru malah bercerita banyak kepadaku
ali ini adalah saya ingin menguji kompetensi kamu saat mulai bekerja hari in
erangkat kerja tepat waktu dan mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang sudah dijadwalkan. Perbuatanku di perusahaan sebelumnya yang membuat diriku s
rkan sendiri memasukkanku ke bagian staf divisi hubungan masyarakat di mana tugasku adalah berkomunikasi dengan pihak eksternal maupun klien
an. Di dalam ada satu meja kosong yang b
hormat kepada CEO mereka. Setelah itu, ia tampak memanggil satu karyawan dan menyuruhnya untuk keluar menghadapn
ri divisi hubungan masyarakat. Clara, silakan perkenalk
n baru di divisi ini. Mohon bantuannya," ucapku dengan sopan
tersenyum tipis ke arahku. "Saya Saras, selaku ketua dari staf divisi h
kesalahan langsung tegur dan beritahu saya." Arkan melirik sekilas ke arah
p, P
lantas mengajakku untuk masuk ke dalam ruangan. Ternyata kehadiranku di ruangan ini membuat atensi para karyawan langsung
sahut salah satu karyawan y
adi kita kedatangan staf baru di divisi hubungan masyarakat ini. Clara, si
paya kinerjaku bisa baik di sini," ucapku berusaha menebarkan energi positif kepada rekan-rekan kerja baruku. Aku tentu harus m
buatin kopi satu un
ini sebagai pelayan bagi mereka? Tentu saja bukan! Aku tentu saja menolak untuk membuatkan kopi kepada pria itu. Namun, ketika aku akan
urungkan niat untuk menolak. Aku pun terpaksa memancarkan
karyawan lainnya tiba-tiba ikut meminta untuk dibuatkan kopi. Akhirnya, aku pun mencatat pesanan kopi dari rekan-rek
ama bekerja itu tidak memberatkan. Ternyata perkataanku salah besar. Memang benar aku belum diberikan tugas apa pun dari a
kerja divisi baruku. Aku menyemangati diriku yang cukup memprihatinkan ini. Tidak apa-apa, Clara! Yang terpenting adalah saat ini kamu sudah memilik
*
af dari divisi hubungan masyarakat, yaitu sebagai pembuat kopi. Sudah empat hari ini aku selalu membuatkan kopi untuk rekan divisiku
rena aku sadar posisiku di sini masih baru. Akan tetapi, aku menjadi semakin kesal kepada Juan karena pria itu selalu mengomel jika aku terlambat mem
ronta sejak tadi untuk diberikan makanan karena sejak pagi aku belum memakan apa pun. Aku berjalan seorang diri menuju kantin kar
otak makan siang untuk aku, ya?" ucapku kepad
an untukku. Kotak makan itu selalu diberikan pada saat jam istirahat makan siang melalui security. Setiap siang pasti ada security yang mend
aku sekotak makan siang selama empat hari ini. Awalnya aku berpikir ada seseorang yang diam-diam menyukaiku hingga rela memberikan
m-macam. Aku lantas memesan satu piring nasi dengan sayuran hijau serta ayam goreng sebagai lauk pendamping. Aku pun memilih untuk d
anan dalam diam sambil menyaksikan karyawan lainnya yang terlihat sedang asyik mengobrol dengan sesama mereka. Saat ini diriku tampak seperti
k, aku sangat terkejut mengetahui siapa yang saat ini sedang duduk di hadapanku. Orang itu adalah Arkan. Ya, CEO di peru
keadaan saat ini. Bagaimana seorang CEO bisa duduk satu meja bersama dengan karyawan baru yang tidak memiliki teman ini? Karyawan yang saat ini
an aja makananmu." Arkan tiba-tiba bersuara hingga
tanyaku heran. Tentu saja aku memanggilnya de
Arkan menatapku datar. Sementara itu, pria di seb
kursi, kenapa Bapak nggak duduk di kursi lain? Saya
ampak menceramahiku dan aku pun hanya bisa mengangguk pelan. Sifatku kepada Arkan sudah harus diubah karena pria itu adalah seorang CEO di sebuah pe
ini? Apakah kamu sudah mulai be
kopi untuk seisi ruangan. Hal itu belum pernah saya lakukan di perusahaan sebelumnya. Atau memang sudah tradisi d
ang menyuruhmu m
tahu siapa oknum tersebut agar aku tid
eran masing-masing. Tugasmu di sini adalah sebagai karyawan, bukan pelayan. Suruh mereka untuk meminta tolong ke
ni adalah bukan untuk membuatkan kopi. Mereka seharusnya menyuruh office boy yang berjaga di dapur bukannya menyuruhku. Setelah
siangnya? Apakah kamu s
ku pun sampai tersedak hingga terbatuk-batuk. Arkan dan pria yang berada di sampingnya lantas ikut panik dan memberikanku tisu
a batuk di depan Bapak,
batuk? Bikin saya kag
Bapak baru saja. Iya bukan?" Pria yang
ni yang selalu menitipkan kotak makan siang unt
yang mengenalmu hanya saya bukan? Saya lihat kamu juga tid
sahaan W Group ini. Bagaimana bisa? Apakah pria itu menyukaiku? Sangat mustahil. Seorang CEO tidak akan mungkin menyukai baw
anyaku dengan
dapanku kini tampaknya tidak berniat untuk menjawab pertanyaan dariku. Sebelum mereka berdua pergi, Arkan tiba-tiba menoleh ke arahku dan berkata