CINTA SANG JANDA
satu eko
ayani. Namun, wanita berkaca mata itu masih sibuk melayani pelanggan
abar menunggu sampai pelanggan lain selesai dilayani. Cipratan air yang bercampur darah ikan sesekali mengenai gamisku. Su
n tetapi, panggilan dari ibu penjual ikan membuat kaki ini
i berapa
leh, Bu?" tan
ya. Se
ah lain, suasana pasar
kan memberikan kresek hitam kepadak
lagi. Agak heran karena kan
ya
cemas, karena kantong
yar," ucap ibu
apku tak enak hati. Aku bukan pengemis
ksaku, lalu melanjutkan mela
a kasi
a-sa
ar, mencari penjual tempe. Sesampainya di sana, aku membeli t
u pun segera buru-buru pulang. Anak semata
*
h Laila sudah pergi ke sekolah? Aku berharap anak semata wayangku baik-
sak ikan untuk putriku. Laila pasti sen
ibu tadi? Isi kantong yang ia berikan hanyalah tulang
sampah. Aku sambar jilbab di atas kasur, segera pergi
langsung berinteraksi deng
i seekor saja?" tanyaku
kok,
satu ekor sa
berenang ke sana ke mari. Setelah memasukkannya ke
ns, Mbak. Jadi,
ibu, bapak penjual ikan men
, putriku pasti akan segera melihat tudung saji. Sebel
*
riku-Laila tersenyum girang, d
ulillah
nggak
mu makan s
makan ikan juga. Semenjak ayah tinggalin
lagi. Luka ibu akan berdarah kembali jika kamu ba
in, y
kannya di dapur. Semua itu, agar Laila tidak tahu bahwa ibunya
eganya ibu penjual ikan itu menghina. Namun, semua itu membuatku semakin bersemangat untuk bekerja. Mengumpu
tumpukan kresek berisi kain tetangga, sud
*
Tumpukan kain yang sudah kering masih menanti untuk diselesaikan. Kupa
anya saja dia terlalu patuh pada ibunya. Mertua yang selalu kuhormati justru memprovokasi anaknya. Mas
pahit itu tak bisa aku lupakan. Tekatku sudah bu
mena
la membuatk
a?" tanyaku, sengaja mengalihkan pembicar
erjaan ibu be
h tanganku, menciumny
bu lanjut," ucapku tersenyum,
la, Bu. Tidak
ibu, Laila harus
lah,
ta wayang, yang dulu aku perjuangkan
an, dia tidak boleh
*
ju kepada semua pelanggan. Laila terpaksa aku
g padat penduduk. Kontrakan kecil, yang terjangkau harganya. Sebenarnya ibu pemilik kont
t mengetuk pintu tiga kali. Tak lupa salam kuucapkan. Tida
baj
asuk dul
k usa
n uangnya," ucap Bu R
baliannya buat j
a kasi
gkah menuju rumah pelanggan yang lain. Tidak t
*
redam mulai meronta meminta haknya. Itu semua sudah sering aku rasakan. Bergelut de
ut kalau saja Laila ban
kan membeli ikan untuk Laila lagi. Itu adalah lauk kesukaa
! T
telingaku. Padahal aku sudah menepi, tapi dia
! T
belakang. Tiba-tiba saja motor yang
uk
, tak bisa aku tahan lagi, sekujur tubuhku pun terasa ngilu. M
seorang memanggilku. Setelahnya aku t
mbung