CINTA SANG JANDA
*
angan pada bagian tubuh yang sakit, biizn
ulur pada lutut yang dibalut kain putih. Lisan mulai melafazkan ayat-ayat
saya mengganggu," ucap Rian yang
a duduk tak jauh dari tempat tidur, memperhatikan dengan seksama.
enti?" tanya Rian te
n Laila baik-baik saja kabarnya,
sudah ada di sana. Kata ibu kontrakan Laila menangis kemarin malam. Terp
tai. Aku berpikir apakah dia tidak kerja? Ha
ian. Dari kemarin saya hanya memik
k. Saya merasa balik ke bocah lagi kalau Mb
leh, saya ingin b
a saja, nanti saya jawab
ajahnya yang bersih tanpa jera
am itu," ucapku ta
aya tidak terlalu melihat dengan jelas. Soalnya kostum yang Mb
nyesal sudah m
ce motor di bengkel pinggir
ag
a nggak jelas. Harusnya a
Mbak. Kenal dengan Mbak, dan kenal dengan
yang dingin ditiup angin ac yang nonstop
lagi. Dulu, mantan suamiku juga bersikap
did. Aku pikir dia bisa menjagaku, namun ternyata tidak. Alasan itu juga
anggil Ri
jawabku
sesuatu b
halus. Jangan lagi termakan budi, seper
ntar," ucap Rian beranjak, mengambil
ingin dia berikan. Hakku? Ba
k. Laila nitip
gak tebal dari Rian. Gulungan i
sak di dada menyeruak begitu saja. Aku menetes
matan. Gambar yang ada di sana cukup membuatku tertegun. Ga
ri pata
m maknanya, seolah Laila s
a terlalu bagus untuk anak seumur itu.
ah, tak perlu dibaha
a itu membuat luka la
nya. Saya juga mau menemaninya. Saya juga bisa mengajarkan Laila, Mbak. Kebetulan
ya mau tidur dulu," ucapku te
seperti burung beo sa
*
ulang. Kaki yang sakit lumayan sudah bisa digerak
au pasti kenapa dia segampang itu bolos. Mung
Kubalas senyumnya itu. Sejauh ini aku merasa dia ada
bimbingku, agar tidak jatuh. Sebenar
nyelesaikan administra
kit ini. Dapat aku lihat Rian mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan, tidak tau be
embimbingku menuju lantai bawah.
tak usah sungkan. Biar saya yang menafkahi d
Aku hampir gagal paham dengan kat
anggung jawab say
parkiran. Sepertinya Rian menunggu
mi. Rian langsung membuka pintu mobil itu. Aku tak ingin menget
aku kesusahan naik. Mobil ini agak tingg
ndong napa," celetuk lak
aan sih," b
a, Rian membantu dengan membimbing tanganku. Kami
tak enak dan juga malu. Rian dan laki-laki yang s
a-lama. Nta
omong a
merid do
laki-laki saya nomor dua. Sebenarnya kami mema
Mas. Yang Ian ceri
gimana, Ian. Mana tau
Aku hanya diam mende
*
i depan gang. Rian tak segan untuk membimbing diriku. Beberapa pasang mata meli
k bisa jalan sendir
am, Mbak pasti nggak ena
genggaman tangannya. Dia berjalan pe
a sampai di depan gerbang kayu kontrakan, aku melihat pintu kontrakan terbuka. Begitu juga
elihat laki-laki itu muncul di ambang
bersamaku. Tak lama kemudian muncul ibu mertuaku b
malu!" ucap ibu me
Perasaanku menjadi gundah dan resa
stikanku sampai di depan pintu. Rian juga tersenyum kepada mantan suami
k!" perinta
mbung