Keluarga Sewaan
un, ketika Prima sampai di depan pintu sebuah kamar, mendadak dia mematung di sana. Tangannya yang bergemetar terangkat bersama keraguan. Akan tetapi, beberapa detik kemudian Prima
k dadanya. Memandang Kaluna yang duduk di atas brangkar
sapa
nfus membuat Prima hanya terdiam. Perasaannya datar, berpikir jantungnya tidak la
rus siap soal in
Sini dong!" panggil Ka
akan senyum. Dia tdak ingin kekasihnya itu melihat perasaa
eri ruang untuk Prima agar di dud
irih. Tatapannya tidak berpa
tahumu soal ini." Senyum
k jujur?"
serasa ada yang mencekat di balik tenggorokannya. Melihat kekasihnya be
itmu aku ..." Sekarang, Prima yang terceka
abatmu? Apa kamu gak percaya de
maksud aku. Aku cuma gak m
rnya aku tahu, lo
tah sejak kapan, bulir bening di ujung mata Ka
ayaan karena papamu. Kenyataannya, seperti inilah aku sekarang. Tidak mungkin membe
tubuh kekasihnya yang ramping dengan erat. Membiarkan K
ku, ya!" ucap
nanku yang justru aku gak ta
mu mengeluarkan cincin di sore itu, aku pun kaget. Ta
nan. Pada akhirnya aku pergi dan membiarkanmu bersama kesepian." I
ngelus punggung kekasihn
n dua insan di dalam kamar rawat rumah sakit sedang mengeluar
n Prima, perasaan Kaluna mulai tena
ngan Prima merapikan rambut Kaluna ke belakang teling
Prima tersenyum manis. Menghibur lalu ke
h marun lalu membukanya. Dikeluarkannya benda emas yang bertengger dari dalam sana. Memakaikan cin
ekarang. Kita akan bertemu di kehidupan ber
gan mata yang berkaca-kaca. Sekali lagi, Prima memeluk tubuh kekasihnya erat-erat. Namun, w
seraya mengecup kening Kaluna. Prima lalu bangkit dari dudu
eraya berjalan ke ara
an James yang berjalan semakin dekat dengan b
a ternyata." James
ang keadaan Kaluna yang sebenarny
i Desy, pacarku
Prima. Pac
ari mengulurkan tangan.
elepaskan tang
da hal yang mendesak tentang Kaluna,
es mengang
es!" Prima melenggang
*
l yang ditinggikan. Melebarkan jari kanan, tidak puas memandang c
James membuyarnya sembar
gi, jadi ngerepot
a gak repot, Kok." De
rasa sakit. Nyeri hingga wajahnya yang sudah pucat semakin pucat. Wa
Kal!" Jam
dokter!" perintah J
-i
wat itu, berlari secepat yang
abatnya mencoba menenangkan. Memandang tubuh
ntal lagi. Dokter akan da
" sapa Ka
mes menggenggam e
aktunya,
oh!" James memandang kaki jenjang Kaluna yang sudah berlumuran darah yang k
enyum sembari m
ena gak bisa menerima sebagai sua
ingin punya anak dari ben
entikan!"
cincin pemberiannya.
tertutup. James tidak habis akan dalam
na! K
minggir
di sudut ruangan. Melihat penanganan Sang Dokter. Namun, seorang suster memerintahkan untuk kel
luar dan menuju arah ruang operasi. Dalam pandangan James, hidung yang
lun
ja, James!" Desy memb