icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

SISI GELAP

Bab 2 Malam yang Tragis.

Jumlah Kata:2129    |    Dirilis Pada: 22/01/2022

bunuh laki-laki tersebut bahkan aku tidak memberi

kami merayakan ulang tahunku tepat ke 17 tahun kam

ng. Aku dan Ibuku sendiri tidak tahu apa yang ia kerjak

ia sudah mabuk, ia rela memukul dan menghantam wajah Ibuku yang cantik b

a akan berubah namun malam ini adalah hari ulang tahunku yang

kami merayakan pesta kecil untuk ulang t

anakku," ucap Ibuku d

u beberapa hadiah, "Selam

, ta

bicara dulu den

dua dan membiarkan mereka mengobrol tak bera

ang kami adakan. Aku turun dan melihat Ibuku, aku merasa sudah

h dengan luka. Hampir seluruh mukanya penuh dengan lu

dak kabur saja," kat

bur kalaupun kita kabur, bis

angkan diriku. Ia membelai aku dengan kasih bahkan ia j

us merisak dirinya, "Sudahi saja kita keluar dari

luar, resikonya terl

dengan menaikkan nada suara, "Aku akan keluar seka

mau kemana? Kita sudah t

ang dapur dan naik ke lantai dua. Aku membanting pintu kamarku

bawah. Suara vas bunga pecah terdengar beberapa kali, aku yang

yang tengah terjadi, aku melihat dengan kejin

wah, aku mengambil pisau dari dapur. Ibuku yang melihat aku me

an lagi dengan kelaku

g, liha

yang berwarna hijau sendu di wajahnya masih te

knya tersebut, "Berlindung di belakangku," suaranya t

Pedro laki-laki yang gemuk, bahkan

k pernah ingin melihatnya. Pedro menghampiri kami

"Hentikan!" katanya dengan memel

nya dihadapan Ibuku, sedangkan aku hanya b

putriku, kau akan aku bunuh

g melindungi aku dari dirinya tersebut. Sedangkan aku dan dia berhadapan, aku me

da kami?" tanyaku yang pada saat it

li lagi aku mengambil pisau yang tadi jatuh ke lantai dan aku menghunuskan pisau ter

aku mendengus dengan k

an dengan baik-baik," k

g tidak takut dengan pria tersebut m

berat, ia tidak percaya bahwa a

aik-baik kepadaku dan kepada Ibuku!" raungku. Pedro melihat Ibuk

ebut masih sedikit terkejut, "Van

ahi saja dengan pria ini, hidup kita

au tersebut," kata Ibuku yang terus me

kali ini saja," isi dadaku rasanya ingin meledak

embasahi pipinya yang cantik tersebut. Wajahnya

l tersebut mengambil pisau itu dan menodong diriku dengan pisau terse

ng aku," kataku den

uku, "Lepaskan anak

kat atau tidak dia akan mati di tanganku." Aku mera

keberanian Ibuku melawan pria gemuk tersebut. Ia menerjang ke arah suaminya tersebut, dengan

n menyiramkan ke kepalanya. Ia meraung, "Panas! Dasar anak sialan!" umpatny

ngsek maju ke depan, matanya yang ny

darah di pelipis matanya bercucuran, "Vansha

gkang dengan sisa tenaganya dan memegang k

arena tubuhnya besar, ia bisa dengan cepat melep

ku berlari keluar dari rumah m

g licin dan basah, "Vansha Millien, kembali!"

ndengar suara jeritan Ibuku, "Vansha, kembali ke rumah jika kau tidak ingin melih

k tahu apa yang harus aku perbuat, aku tidak ingin tinggal sendirian d

gkin dengan cara ini aku bisa membe

g berat aku keluar dari tempat persembunyian berharap aku bisa menolong Ibuku, aku melih

ari dariku, anak manis," katanya

rtubuh gempal tersebut. Aku melihat dari bibirnya, ia me

, Ibuku!"

ku melepaskan Ibu

t tangan suaminya, sehingga pisau t

ari ke arah diriku, ia memeluk di

apa yang harus kita laku

atanya dengan suara yang bergetar. Aku dan Ib

ahkan, ia semakin mengejar kami diten

e belakang. Ibuku menjerit histeris. Aku mencium b

da tumpul. Ia melihat sebuah batu dan me

muk, dirinya masih kuat berdir

rapa langkah dan aku meringsek maju ke depan menghalangi ja

an berani sekali mengancam

nganku, dasar-dasar laki-laki br

elihat diriku dengan tatapan yang lebih menyeram

dengan Ibumu," kata

g berusaha melawan dirinya tersebut, "Bunuh aku, jika kau tidak suka

jika bukan Ibuku lagi yang memper

e sebuah tingkap jendela, hingga akhirnya Ibuku pingsan, "Aku akan membunuhmu,

is. Ibuku yang sudah berlumuran darah tersebut merusaha menyelamatkan diriku,

ercaya. Pedro mengayunkan pisau ters

erkekeh dengan senangnya karena berhasil membunuh Ibuku, "Aku akan membunu

aku!" teriakku

uku, Alma keluar dengan mengenakan baju handuknya, ia juga terkejut dan histeris, "

sampai di rumah kami. Malam itu Pedro di tangkap

menemukan sidik jariku di pisau tersebut, bahkan aku jug

isan terjadi di dalam keluarga kami dan menjadi

Ibuku untuk terakhir kalinya. Ayahku

di kremasi aku melihat wajahnya yang tertidur di dalam sebuah peti, "

kata tante Alma ya

nuh dendam akan pria tersebut. Satu-satunya keluarga yang aku say

ngan tersebut, "Kau, bagaimana sekarang

di rumah lamaku di Y

k meninggalkan tempat tersebut. Mereka tidak mau m

diriku akan di penjara karena memiliki alibi yang kuat. Mereka juga menduga bahwa

aranya? Sedangkan kau pasti di penjara," kata-katanya m

e tahu aku akan di penj

yang punya niat kau juga punya niat. Ibumu seri

ana? Aku mana mungkin bi

u kau tinggal de

a nama

geleng-gelengkan kepala, aku ingat bahwa Ibuku pernah mengatakan untuk tidak kem

pi aku tidak mau kemba

ahkan pihak sekolah sudah tahu hingga akhinya sekolah memutuskan aku dikeluarkan sehingga aku tidak bisa bers

ui penyebab kematian Ibuku, seluruh dunia akhirnya meng

jara seumur hidup kepadanya akibat kekerasan yang ia lakukan kepada Ibuku dan ak

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka