SISI GELAP
etelah kejadian tersebut, akhirnya aku mencium bau udara, rambutku tumbuh sangat panjang. Hal pertama yang aku la
ajah yang membekas diingatannya aku berusaha
jawabny
kau, aku juga diseret mas
uar kendali, Vansha,
wajahnya lagi dan aku meninggalkan dia, selanjutnya tinggal bagaimana aku melanjutkan kehidupanku setelah aku kel
mana aku ditahan. Namun hal yang tidak kuduga adalah para warga melihat kehadiran
dungnya, aku hanya a
tidak mau kau bera
i selama ini, "Apa salahku? Aku tidak membunuhnya!" ucapku yang masih tak percaya bahwa keadaan di kot
a, aku ingat bahwa itu adalah dirinya
ku hingga terjatuh. Tante Alma membantuku untuk berdiri, ia memapah aku namu
sudah dia lakukan kepada kita?
menghadapi mereka semua, "Apa salahnya anak ini?!" tanyanya yang menunjuk kepada mereka semua, "Apa
" teriak mer
aku sudah tidak tahan lagi, ingin rasanya lari dari kenyataan, "Cukup!" teriakku. S
kata laki-la
pi kemauan mereka, "Baik kalau itu yang kalian inginkan, tapi
akt
berikan aku waktu, kalian semua sama bukanla
an perkataanku tersebut, "Berapa lama yang kau b
!" kataku de
aksa kami akan mengeluarkanmu, bahkan kami tidak segan-segan akan membun
masuk ke dalam rumahnya dan merasakan kehangatan, lantai kayu dan bau aroma kayu manis terasa menyatu. Tante Alma men
ku bukanlah kepada rumah tersebut namun kepada Ib
anganku, ia tersenyum, "Akan aku antarkan.
, terima ka
u lakukan?" katanya yang m
aku ingin menyelesaikan sekolahku dan mun
nggal dimana
u bingung. Dalam waktu tiga bulan mana mungkin bisa mendapatkan rumah, aku mul
a membelai rambutku yang lepek. Ia juga ikut men
, aku tak mungkin pergi ke rumah Ibuku sendiri. Past
gal disini, ia mengecup rambutku dan meminta diriku untuk membasuh
ng dimeja tersebut, aku kaget bahwa cukup banyak makanan yang bis
makan hampir habis dan aku beristirahat di kamar milik anaknya yang sudah tiada. Ia m
dingin malam itu aku tertidur dengan nyenyak. Pagi harinya, Tante Alma, membangunk
a menemui tempat peristirahatan Ibuku. Di rumah abu tersebut, aku melihat wajah Ibuku yang manis dan tersenyum lebar. Aku merasakan ras
t. Tante Alma tahu bahwa aku masih mengingat kejadian tersebut, ia masuk dan duduk di tepian tempat tidur, "Vansha
khirnya hatiku luluh dan aku menerima beberapa makanan dari dirinya. Di saat yang bersamaan tiba-tiba saja seseorang m
ana Va
da di d
gin mene
inya tapi tolong jangan mengatakan
idak akan m
nku. Aku mengenalnya, ia dulu seringkali juga ikut membantu
anyaku yang berusa
disini," Tante Alma yang tak sengaja mendengarnya, berusah
ang ter
a tidak mau menerimanya lagi karena i
enapa kau
utnya. Tante Eve melihat ke segala penjuru takut-takut ada yan
idak terkejut. Rumah Bordil disebut sebagai tempat pelacuran atau prostitusi. Di
a itu jalan kelu
membiarkan aku tinggal di rumah bordi
enampiknya, "Tante, terima kasih tapi aku akan men
mentara," katany
menolak namun aku juga ing
bagaimana bisa-bisanya dia menyarankan hal tersebut, setelah makan aku masuk ke dalam kamar d
u pamit kepada Tante Alma dan berjalan kaki, melihat selembaran pamphle
h, bahkan setelah kejadian tersebut aku tidak bersekolah. Hidupk
rus hidup lebih menderita lagi, aku hanya berharap bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan meneruskan hidupku. Selama perjalanan melihat pekerjaan, di sebuah mini market aku me
h, iya, aku sedang mencari pekerja paruh w
ha Millien,
bisa bekerja
a mulai h
, kau aku
ebut. Laki-laki tua itu seakan tidak mengetahui bahwa aku anak seorang pembunuh, aku yang a
an menyapa mereka. Para warga tersebut berusaha untuk menolak diriku, ia masuk ke dalam tempat kerjanya dan mereka i
untuk tetap meneguhkan paman yang sudah memberikan pekerjaan kepadaku. Ia yang
mberinya pekerjaan, kau ini bodoh atau
ia anak seorang pembunuh tapi bukan dia yang membunu
itu sam
gaimana? Setelah kematian Ibunya dia juga butuh uang ka
iku namun paman tersebut tetap masih membela diriku walau aku ditolak oleh seluruh warga, ia ju
mana-mana namun tidak mendapatkannya, aku hanya takut bahwa mereka akan membunuhku jika aku ti