Aku Masih Bocil, Om
meninggalkan aku, meninggal
al secepat itu. Aku percaya, kalo manusia semuanya akan mati. Tapi buat Bap
sepiring sarapan yang kuambilkan, juga segelas kopi. Bapak k
g sehat kutemui, tapi bapak yang terbujur kaku, tanpa nyawa. Aku
h kalo gini," Mbok Iyem membujukku untuk makan
ku melakukan apapun di rumah. Bapak yang selalu menyemangati aku saat aku menyerah menyeles
makan itu susah banget. Udah
njadi semangatku kalo aku punya niatan nggak mengabiskan
i sisiku, menemani aku menjalani hidup tanpanya. Ba
nanya ke Mbok, katanya
edihan. Aku nggak sekolah, karena aku nggak bisa melupakan belia
disana. Tetap doakan, biar bapakmu diberi tempat yang terbaik disisi-Nya," Mbok Iyem nggak pernah berhenti member
mu mandi. Orang yang menabrak b
meninggal karena kecelakaan. Sepeda yang Bapak naiki saat pulang ke
Badannya juga utuh kayak nggak lagi kecelakaan. Bapak terbaring me
k merasa kalo dirinya lagi menyeret bapakku? Sampai nyawa bapakku terenggut. E
nggak keramas. Bayangan sosok yang berdiri di depan pintu mengejutkanku. Laki-laki asing itu datang k
u. Mendongak menatap wajahnya yang sama sekali nggak menampakkan raut b
punya niatan buat ramah tamah sama tamu. Dia nggak
. Laki-laki itu nggak bergeming, nggak terga
n. Mencoba tetap bisa berkata walaupun kini bibirku
uhku melemah lagi. Sementara laki-laki di depanku diam kayak pa
k ada jarak yang tersisa. Aku kesulitan menatap m
kku?" teriakku lagi. Aku nggak peduli kalo dia orang asing, ingin me
kul dadanya berkali-kali. Aku ingin sekali menampar
s laki-laki ini. Aku sampai berfikiran kalo dia emang patung. Dadanya keras
ninggalin aku sendirian. Aku bakal menderita," kataku sambil terus memukul. Aku sudah
sul sosoknya yang datang dan menyuruhku
Mas, t
g tamu rumahku. Aku nggak terima kalo Mbok Iyem memuliaka
u meninggal," Kataku sarkas. Laki-laki itu menatapku deng
menghidup matikan manusia," Mbok Iyem menegurku. Emang nggak seharusnya aku kasar sama orang lain.
gkawa atas meninggalnya bapak
buat ngucapin simpati ka
meneruskan perkataannya. "Saya minta maaf karena sudah
nggak mengucapkan su
a sama ketenangan wajah laki-laki itu. Sama sekali nggak menunjukkan kalo di
manya kamu dendam begini,"
ikin bapakku kehilangan nyawa. Rasanya nggak adil
rlahan. Aku nggak bisa lagi hidup nyaman, penuh
buat semangat sudah nggak ada, dan nggak ada lagi yang jadi alasan b
n putus sekolah, karena nggak bisa bayar SPP. Aku nggak tau akan bisa ber
kaligus mau bertanggung jawab atas kesalahan saya. Saya ma
#
g menunjuk ke pintu berwarna gading. Dia lalu pergi nggak
u karena aku masih ingin tinggal di rumah yang penuh kenangan sama bapak. Lalu aku b
dengan keberadaanku yang menyusahkannya. Walaupun Mbok Iyem sudah mengan
ggak ada, tapi impian yang kujanjikan saat beliau masih ada, h
rku. Luas banget, beda sama kamarku di rumah.
ang ada di kaki gunung. Aku menawarkan ladang dan sawah untuk Mbok Iyem kerjakan, tapi dia menolak katanya n
menjual itu, karena David menawarkan
pas lagi di gunung, lagi di sawah, juga foto pas aku wisuda SMP. Aku bersyukur karena sempat mengabadikan momen bahagiaku sa
k begitu saja. Laki-laki itu dewasa, aku nggak tau tepa
a masak?"
arahnya, dan masih memindah
is
kamu bisa delivery. Ini kartu kredit dan ATM buat kamu," Aku me
a deh," kataku sambil ba
pa. Susah juga kalo pake itu buat beli pe
au, kapan pun. Zaman sekarang tuh udah muda
kan?" tanyaku. David kayaknya
ang jan
. Tinggal kasih aku duit nyata
g itu diatas kartu yang dia berikan tadi. Aku lumayan terkejut sih, melihat berlembar
saya tambahin," kata David ke aku, sementara ma
pak nggak pernah ngasih uang berwarna merah bergambar Soekar
atus ribu, tapi uang pecahan semua. Itu pun untuk
ci semua pintu," kata David lagi sambil meletakkan kunci, lalu dia membalikkan badan. Kayakn
dulu. Bentar lagi saya beliin motor bua
naik sepeda. Aku juga bisa kejar-kejaran
sini ke sekolah. Jauh banget. Bisa-bisa
ambil mengejar dia ke depan pintu. Ng
menatapku denga
saya Om