icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Aku Masih Bocil, Om

Bab 5 Lembaran Baru

Jumlah Kata:1752    |    Dirilis Pada: 18/01/2022

meninggalkan aku, meninggal

al secepat itu. Aku percaya, kalo manusia semuanya akan mati. Tapi buat Bap

sepiring sarapan yang kuambilkan, juga segelas kopi. Bapak k

g sehat kutemui, tapi bapak yang terbujur kaku, tanpa nyawa. Aku

h kalo gini," Mbok Iyem membujukku untuk makan

ku melakukan apapun di rumah. Bapak yang selalu menyemangati aku saat aku menyerah menyeles

makan itu susah banget. Udah

njadi semangatku kalo aku punya niatan nggak mengabiskan

i sisiku, menemani aku menjalani hidup tanpanya. Ba

nanya ke Mbok, katanya

edihan. Aku nggak sekolah, karena aku nggak bisa melupakan belia

disana. Tetap doakan, biar bapakmu diberi tempat yang terbaik disisi-Nya," Mbok Iyem nggak pernah berhenti member

mu mandi. Orang yang menabrak b

meninggal karena kecelakaan. Sepeda yang Bapak naiki saat pulang ke

Badannya juga utuh kayak nggak lagi kecelakaan. Bapak terbaring me

k merasa kalo dirinya lagi menyeret bapakku? Sampai nyawa bapakku terenggut. E

nggak keramas. Bayangan sosok yang berdiri di depan pintu mengejutkanku. Laki-laki asing itu datang k

u. Mendongak menatap wajahnya yang sama sekali nggak menampakkan raut b

punya niatan buat ramah tamah sama tamu. Dia nggak

. Laki-laki itu nggak bergeming, nggak terga

n. Mencoba tetap bisa berkata walaupun kini bibirku

uhku melemah lagi. Sementara laki-laki di depanku diam kayak pa

k ada jarak yang tersisa. Aku kesulitan menatap m

kku?" teriakku lagi. Aku nggak peduli kalo dia orang asing, ingin me

kul dadanya berkali-kali. Aku ingin sekali menampar

s laki-laki ini. Aku sampai berfikiran kalo dia emang patung. Dadanya keras

ninggalin aku sendirian. Aku bakal menderita," kataku sambil terus memukul. Aku sudah

sul sosoknya yang datang dan menyuruhku

Mas, t

g tamu rumahku. Aku nggak terima kalo Mbok Iyem memuliaka

u meninggal," Kataku sarkas. Laki-laki itu menatapku deng

menghidup matikan manusia," Mbok Iyem menegurku. Emang nggak seharusnya aku kasar sama orang lain.

gkawa atas meninggalnya bapak

buat ngucapin simpati ka

meneruskan perkataannya. "Saya minta maaf karena sudah

nggak mengucapkan su

a sama ketenangan wajah laki-laki itu. Sama sekali nggak menunjukkan kalo di

manya kamu dendam begini,"

ikin bapakku kehilangan nyawa. Rasanya nggak adil

rlahan. Aku nggak bisa lagi hidup nyaman, penuh

buat semangat sudah nggak ada, dan nggak ada lagi yang jadi alasan b

n putus sekolah, karena nggak bisa bayar SPP. Aku nggak tau akan bisa ber

kaligus mau bertanggung jawab atas kesalahan saya. Saya ma

#

g menunjuk ke pintu berwarna gading. Dia lalu pergi nggak

u karena aku masih ingin tinggal di rumah yang penuh kenangan sama bapak. Lalu aku b

dengan keberadaanku yang menyusahkannya. Walaupun Mbok Iyem sudah mengan

ggak ada, tapi impian yang kujanjikan saat beliau masih ada, h

rku. Luas banget, beda sama kamarku di rumah.

ang ada di kaki gunung. Aku menawarkan ladang dan sawah untuk Mbok Iyem kerjakan, tapi dia menolak katanya n

menjual itu, karena David menawarkan

pas lagi di gunung, lagi di sawah, juga foto pas aku wisuda SMP. Aku bersyukur karena sempat mengabadikan momen bahagiaku sa

k begitu saja. Laki-laki itu dewasa, aku nggak tau tepa

a masak?"

arahnya, dan masih memindah

is

kamu bisa delivery. Ini kartu kredit dan ATM buat kamu," Aku me

a deh," kataku sambil ba

pa. Susah juga kalo pake itu buat beli pe

au, kapan pun. Zaman sekarang tuh udah muda

kan?" tanyaku. David kayaknya

ang jan

. Tinggal kasih aku duit nyata

g itu diatas kartu yang dia berikan tadi. Aku lumayan terkejut sih, melihat berlembar

saya tambahin," kata David ke aku, sementara ma

pak nggak pernah ngasih uang berwarna merah bergambar Soekar

atus ribu, tapi uang pecahan semua. Itu pun untuk

ci semua pintu," kata David lagi sambil meletakkan kunci, lalu dia membalikkan badan. Kayakn

dulu. Bentar lagi saya beliin motor bua

naik sepeda. Aku juga bisa kejar-kejaran

sini ke sekolah. Jauh banget. Bisa-bisa

ambil mengejar dia ke depan pintu. Ng

menatapku denga

saya Om

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka