icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Aku Masih Bocil, Om

Bab 3 Staff T.U

Jumlah Kata:2282    |    Dirilis Pada: 18/01/2022

alanya ke arahku. Aku mendengus sebal sambil terus be

di belakang. Padahal tadi pagi aku

alo dia mau berangkat sekolah

lo dia harus stay dijam enam lima belas kalo mau sampai sekolah tepat waktu. Saat

mang sih jarak sekolah dan rumah kami lumayan dekat. Tapi jangan disama

u pelajaran PPKn, gurunya nggak galak sih, tapi benci banget kalo ada murid

gerbang benta

lih berhenti. Mengatur deru nafasku, sementara

kahku dihadang dua cowok berseragam dengan bet

lalu ada yang namanya penertiban. Petugas O

ku sebal sambil memperlihatkan dasi dan b

ok bertopi yang tingginya sejajar dengank

ah memakai lipstik ataupun liptint kaya yang cewek- cewek pakai d

, biar cepet masuk kel

puncak ubun-ubun. Ini masih pagi tap

isu yang diul

h, lihat, bisa lihatkan, gak ada bekas. Gue gak pake lipstik, dibilangin juga. Ini bibir gue

ibut?" Seorang guru laki

kalo masalah gini

bibirku. Kayak memastikan kalo ucapanku beneran. Dia guru Bahasa Jawa, sekaligus menjadi guru pembimbing OSIS, makanya dia ada disini. Pernah mengaja

ama bocil. Laki-laki pengalaman emang lebih tau mana warna bibir asli dan warna bibi

sekali dua kali aku dibeginikan. Dikira memakai lipstik warna merah padahal bibirku enggak aku apa-apakan.

a bibirnya merah muda, lain sam

sekolah. Cowok itu pasti sudah tiba di kelas barengan sama

pantatku mendarat keras

njak ujung rok hitam yang kupakai. Perasaan kemarin aku udah memotong rokku lim

orang bertanya. Suaranya c

pun, ngalahin ditin

gitu tanpa melihat orang yan

et sampe diti

depanku. Mampus, aku malu seperempat mati. Kukira dia murid sini, tapi perkir

gang panas dingin susah buat gerak. Beneran aku malu banget, buat benerin rokku yang tersingkap

m gitu?" Kali ini suaranya

ng enggak-enggak, dan mendapati laki-laki ya

ya kalo terus-terusan begini. Bah

gukkan kepala menunjukkan sikap hormat, lalu berlalu. Biar sa

agi gurunya muda dan aku nggak pernah lihat dia sebelumnya.

ggak menghayal di w

#

ikan ciwi-ciwi boga lagi berhamburan menuruni tangga buat menikmati waktu istirahat

asalah kuota. Agak nggak rela kalo buang uangku cuma b

n Wingki tadi sebelum ngacir sama Andhika. Nggak mereka berdua saja yang milih kabur tiga puluh menit

elah, laper, ngantuk bikin pengen tidur saja. Belum lagi ditambah sama rumus-rumus x dan y yang nggak habis-habis. Aku benci banget sa

kabur dari kelas. Peluang kabur di jam usai praktek kejuruan emang besar banget. Sa

yaku pada Rendi, si cowok p

e masak-masak lalu menatapku yang lagi

ak. Heran sih, padahal temannya yang lain pada berger

epo banget," bala

mari mana

ak ada?" ta

Kan lo yang setia duduk disini, jagain

, lalu merogoh saku celananya. "Ada sama g

Apalagi Mbak Kunti, dia kan paling seneng menyendiri gitu," kataku lirih t

ozen!" teriak Rendi kenc

di tongkrongan para cowok jurusan teknik. Karena emang gedung ini wilayah anak teknik. Beda lagi sama kursi di

epoi-sepoi bakal menyapu wajah membawa kesejukan. Kalo satu

nn

panjang koridor banyak banget cowok yang pasang mata ke arahku yang l

tap satu persatu deretan cowok itu. Lambaian tangan terulur dari s

at sebagian cowok yang awalnya nggak melirikku jadi ikutan melihatku. Aku tersenyum kikuk. Agak m

ladan. Mau kemana?" tanya

awabku

sebelah Riko, meminta Riko untuk memberi nomer WhatsApp-ku ke dia. Awas saja kalo aku membuka WhatsApp nan

au namanya melirikku dari atas mejanya. Untuk yang kedua kaliny

Mbak TU dengan sedikit sarkas. Menumbuhkan omelan di hatiku menyal

ng harus aku tuju untuk mengumpulkan berkas. Tiba-tiba saja ada dorongan dari luar p

." kata sosok yang me

n. Nggak mau diinjak karyawan yang lewat, dan nggak mau diomelin

berdengung di telingaku. Membuatku melepaskan pandangan dari kertas dan

karena tadi pagi aku sudah bertemu dia di tangga depan kelas. Menyaksikan

an ini salah dia. Harusnya aku minta pertanggu

tanya Mbak TU karena aku nggak

, menjatuhkan tatapanku ke TV yang menempel di dinding. Laki-laki ini k

? Kumpulinnya

ruhku untuk ikut ke ruangannya. Jadi, dia beneran k

duk di kursi tempat kerjanya. Aku berdiri di

2," j

ngat kalo yang jatuh di t

" tanyan

sama pertanyaannya. Giman

gimana?" ta

mpakkan deretan giginya y

n cewek diluaran sana bakal terki

ah mantan?" tanyanya sambi

disodorkan, terkejut. Dia nggak lupa kalo aku y

enyum ki

lupa sama tanda tangan, " kata Ma

as Dinar mengeja nama di bet dada, " A double N, A. A double Y A, dou

membenarkan namaku yang

rufnya dou

h nama kan bapak saya waktu sa

skan tawanya. "K

asnya absen, jadi

u wa

pa di kelas, " jawabku lengkap sebelum

tanyanya sambil meminta

ah beberapa hari yang lalu. Dan berkas murid di kelasku masih dikumpulkan

n sekarang?" pertanyaan

h-olah lelah menghadapi b

rjaan mereka kan cuma nge-game sama tidur." keluhku jujur. Kalo aku nggak membantu Andhika gembor-g

menanggapi keluh kesahku, dan malah berta

gga

ebar keras banget, ada rasa aneh gitu, tapi nggak tau rasa apa

a tentang memakai lipstik, tapi keberaniannya membahas bagian tubuh yang termasuk sensitif. Kalo ngomongi

pi ini beneran warna bibir asli saya. Suer," t

bagi cewek-cewek sebenarnya, yang padahal jumlah cewek disini hanya berapa persen dari j

Aku semakin nggak tau, d

bagus," uj

ran nggak pake lipstik. Boleh kubukt

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka