Aku Masih Bocil, Om
anggil dengan ngegas itu. Heran juga, kenapa suara itu bisa m
ru. "Ada hadiah buat lo", katanya sambil meletakkan kotak per
ku tanpa mengalihka
b Andhika. Cowok yang menjabat sebagai ketua
ak berkah." Semburku saat tau Andhika men
kain dong.
otak itu dengan tergesa. Lalu matanya berbinar
at Na
engan masih menarikan p
ngerubungi Andhika, mau dapat jatah cok
do itu juga nggak jelas. Nggak ada namanya dari siapa, dan yang lebih nggak jelas lagi, nggak a
am sekolah, dan satpam pun nggak tau siapa pengirim kado itu. Dugaanku sih, si Pak Satpam cum
anya nggak baik nolak pemberian orang. Apalagi i
Doni, temanku yang jug
bari terus menyalin mater
i bantal, lalu alunan lagu jawa yang terdengar, anggap saja sebagai lagu penghantar rebahan. Kegiatan yang sangat berfaeda
pojok kelas. Mantengin dua kubu pemuja ML dan PUBG juga bisa, atau me
lagi cacing perut yang meronta minta diisi makanan, b
ang lain. Rasanya mengganjal kalo hura-hura tapi
ak sampai selesai karena lebih dulu di
i rambutku membuatku terpaksa
anyaku denga
tan yang melanda dirinya. Sebenarnya aku juga. Sudah lelah, malas
." tawarnya. Lalu dalam hati ak
ggak punya uang. Dengan rela bayarin foto copy soal-soal milikku pas aku gak bawa uang saku. Aku menga
gkan kalo di suhu yang panas ini, makan mie
dan memasukkan ke dalam tas ya
" ujarnya sa
ua tepat berada di depan pintu. Dengan mulut menguny
manggut-manggut. "Izinlah ke kantin, lape
edua tangannya. "Gue siap bopong lo ala brid
ng menarik tangan Wingki, mengajaknya bergega
sekolah di SMK Negeri favorit di kotaku. Masuk jurusan TKR
harga di jurusan itu. Enggak berharap banyak juga, menginga
n laki-laki. Tapi ke terkejutanku mereda pas datang dua cewek yang ternyat
ggak banyak drama. Nggak ada iri-irian kalo misalnya teman yang lain punya barang
tu cowok paling tinggi di kelas, jadi
ter-muter jadinya,"
e kiri, lalu menuruni tangga sudah sampai. Tapi Wingki malah
idnya cewek. Satu-satunya jurusan cewek yang ada di sekolah ini. Sering juga anak teknik kalo nggak lagi praktek, pasti nongkrong di kantin boga. Sering juga,
di kantin
an langkahnya tep
lo lagi magang di
a kan tinggi, sekali loncatan pasti tangannya menggapai ring, tapi sayang dia memilih keluar karena katanya terlalu banyak latihan, dan banyak menyit
nya penggemar dari cewek jurusan boga. Ngerti kan,
mang ucapanku. Aku melihat keringat mengalir di pelipis cowok tinggi itu.
a sambil mengusap keringat di keningnya. Aku
lo," Wingki meringis, lalu m
Katanya menggodaku. Aku tak acuh, memu
r Na, gue cu
a gue Ratih, ga
Cewek anggun yang gampang baper, berkali-kali
#
u yang kutujukan buat wanita paruh ba
ka, tapi nggak ada ta
" teriak
in," Sahutan itu terdengar, tap
rebahkan tubuhku di lantai teras. Dinginnya lantai langsun
m nanti aku memasak makan malam. Bapak pasti sudah makan siang
pi sayang mereka harus dipanggil Tuhan duluan bersama ibu. Kapal yang mereka tu
lihat dari foto yang bapak tunjukkan, ibuku cantik. Kedua kakak laki-lakiku juga tampan. Ta
pulang
itu. Bapak menurunkan rerambanan (daun dan
k udah makan si
da
ikatan di reramban. "Anna buatkan kopi
disini orang rantau. Tapi, bapak mengubah kependudukan menjadi warga sini, karena gak mungkin buat kembali
rimbanya, sementara orang tua bapak, kakek nenekku, sudah tiada. O
. Mbok Iyem. Wanita paruh baya itu selalu membantu kami saat kami membutuhkan pertolongan. Dia t
akan memberi kami oleh-oleh yang dibawa anakny
uduk. Malaikat tanpa sayap kedua setelah ibuku ini tampak sangat kelelahan. Keringat menguc
?" tanya bapak sam
u menjawab, "Aman
ak udah nggak muda lagi, tapi jangan ragukan kekuatannya. Walaupun fisiknya terlihat lemah, bapak m
punya ladang di kaki gunung, juga punya sepetak sawah yang ada di pinggir jal
u ikut bapak menanam jagung di sawah. Sering juga kutengok dan wa
nggu depan kayak
kutan y
ti kamu yan
menanjak, karena desaku nggak jauh dari kaki gunung. Gu
. Aku bisa naik, tapi takut turun. Kalo udah gitu bapak bakalan nyuruh aku merosot. Benar sih
lasannya mungkin bapak nggak bisa move on dari ibu. Aku juga nggak pernah membicarakan ini sama bapak. Padahal ka
ngan Mbok Iyem yang muncul mengagetkanku. "Ngg
ri menghampiri Mbok Iyem yang m
mau kesini ya?" tanyaku
i malam ke
tawarannya, lalu kembali k