icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pendewaan

Bab 6 Tubuh yang Luar Biasa (Bagian Dua)

Jumlah Kata:1229    |    Dirilis Pada: 05/01/2022

'Aku merasa sangat tak terkalahkan sekarang,' pikir Zen saat kehangatan menyelimuti tubuhnya seperti angin musim semi yang lembut. Seluruh tubuhnya semakin terasa nyaman dan matanya bersinar saking gembiranya. Faktanya, semakin banyak pukulan yang dia terima, semakin terang pula matanya bersinar.

"Pergilah kamu ke neraka!"

"Bummm!"

"Aku akan memukulmu sampai kamu mati!"

"Bukkk!"

Setiap pukulan Melvin menyembuhkan dan menyempurnakan Zen. Melvin bekerja sangat keras untuk mengalahkan dan menghancurkan lawannya, namun sebenarnya tindakannya setara dengan tindakan seorang pandai besi yang bekerja keras. Setiap pukulan yang diberikannya membentuk tubuh Zen menjadi 'Senjata Misterius'.

Melvin menghentikan tinjunya setelah beberapa lama. Meskipun Zen terlihat terbaring di tanah, tapi dia tampak tidak terluka sama sekali. Melvin terengah-engah dan dia memelototi Zen. Dia kebingungan dengan pengalaman yang dia alami saat ini. Dia telah mendengar dari orang-orang bahwa Zen dapat menahan pukulan berat, tetapi dia tidak menyangka bahwa Zen ternyata segigih ini. Dia masih mampu berdiri sendiri dengan kedua kakinya setelah menahan begitu banyak pukulan dari Melvin, meskipun dia terlihat sangat berjuang dan seluruh badannya gemetar sambil berusaha untuk berdiri.

Melvin tidak tahu bahwa Zen sebenarnya hanya berpura-pura lemah. Dia benar-benar menikmati pukulan yang dia dapatkan saat itu.

Para budak yang berdiri di samping menggelengkan kepala mereka melihat tingkah Zen. Mereka tidak bisa mengerti mengapa Zen terus menerus menentang Melvin dengan mencoba berdiri setelah mendapatkan setiap pukulan. Jika Zen pintar seperti mereka, dia pasti akan tetap berbaring di tanah seolah-olah telah dikalahkan. Dengan cara itu para penjaga akan langsung mengirimnya kembali ke kamarnya di ruang bawah tanah di mana dia bisa beristirahat dengan tenang dan menghindari cedera lebih lanjut. Namun Zen terus berdiri berulang kali dan menghadapi setiap pukulan yang dilakukan oleh Melvin terlepas dari naluri dasar bertahan hidup itu. Apa mungkin dia menikmati menjadi samsak? Apakah selama ini dia suka menerima pukulan-pukulan itu?

Zen tidak bangkit lagi setelah pukulan terakhir yang dilemparkan Melvin. Sebaliknya, dia berbaring di tanah sambil menikmati kehangatan yang telah menyebar ke seluruh bagian tubuhnya. Dia merasa begitu tenang dan tak terkalahkan saat itu!

Alasan lain mengapa Zen tetap berbaring di tanah adalah untuk menghindari keraguan dari semua orang yang ada di sana. Tidak ada satu budak pun yang bisa menerima pukulan seperti itu tanpa terluka parah. Orang-orang akan mulai bertanya-tanya bagaimana dia bisa menahan pukulan seperti itu jika dia tetap berdiri berulang kali.

Jadi Zen memutuskan untuk berbaring di tanah dan menikmati kehangatan yang dia dapatkan saat itu untuk menghindari kecurigaan. Dia tahu bahwa dia akan dipukuli lagi besok. Jadi hari ini cukup sampai di sini.

Melvin merasa lega setelah melihat bahwa Zen tidak lagi berusaha untuk berdiri. Melvin pasti akan dipermalukan jika Zen masih berusaha untuk berdiri lagi.

Pada malam hari, Zen berjalan tertatih-tatih ketika kembali ke kamarnya di ruang bawah tanah. Begitu pintu ruang bawah tanah itu terbanting menutup, dia langsung berhenti berpura-pura terluka. Sebaliknya dia langsung merasa hidup, seolah-olah energi meletup-letup dari tubuhnya.

Darren masih tidak muncul juga di malam hari. Dia hanya memerintahkan kaki tangannya untuk membawa tiga pil penyembuhan luka dan memberikannya pada Zen. Zen tersenyum ketika dia melihat isi dalam kantong kertas yang dia dapatkan. Sepertinya Darren telah mendapakan pelajarannya dan tidak akan menggelapkan obat-obatannya.

'Mungkinkah tindakan kecil yang dilakukannya kemarin telah membuat Darren begitu takut? Apakah dia akan berperilaku lebih baik setelah ini?' Zen menggelengkan kepalanya karena dia tidak percaya bahwa Darren akan berubah secepat ini.

Dia punya firasat buruk bahwa penjahat seperti Darren sedang merencanakan sesuatu yang lain. Darren tidak akan pernah menyerah begitu saja, dan mungkin sedang merencanakan sesuatu yang lebih mengerikan, seperti mungkin saja meracuni Zen.

'Yah, siapa peduli?' Zen tahu dan sadar bahwa dia harus lebih waspada lagi mulai sekarang. Tapi dia juga tahu bahwa orang seperti Darren itu sebenarnya pengecut. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak menganggapnya serius. Dia berpikir pada dirinya sendiri, 'Aku akan mengambil tindakan sesuai dengan situasi yang sedang terjadi.'

Kemudian dia membuang pil itu karena dia tidak membutuhkannya lagi.

Zen mulai fokus pada hal-hal lain saat pikirannya kembali tenang. Seharian dipukuli berarti badannya sangat kotor. Dia berjalan ke arah tangki air dan dengan cepat melepas pakaiannya untuk mandi. Zen kemudian mengambil air dingin dengan telapak tangannya dan menuangkannya ke atas kepalanya.

Byur....

Air dingin yang jernih mengalir dari kepala Zen dan menggenang menjadi lumpur gelap di kakinya. Ketika Zen menundukkan kepalanya dan melihat ke bawah, dia terkejut melihat air kotor itu bercampur dengan beberapa benda berwarna putih.

Seperti yang dia duga, pukulan yang diterima Zen tadi telah memaksa kotoran keluar dari tubuhnya.

Apa itu tingkat pemurnian daging?

Itu adalah tingkat di mana kotoran akan dikeluarkan dari tubuh.

Apa itu tingkat pemurnian tulang?

Itu adalah tingkat di mana kotoran akan dikeluarkan dari tulang.

Apa itu tingkat pemurnian organ?

Itu berarti...

Lima tingkat pemurnian ini adalah proses yang sangat penting yang akan memurnikan seluruh tubuh; mulai dari kulit hingga daging diikuti tulang dan organ. Proses itu adalah proses pemurnian selangkah demi selangkah dari bagian luar tubuh ke bagian dalam tubuh yang akan berhenti setelah kotoran dikeluarkan dan dibersihkan dari sumsum tulang belakang. Dalam menyelesaikan semua tingkat, seseorang dapat menembus tubuh dan dagingnya, mencapai kehidupan sublimasi, dan diangkat ke tingkat yang lebih tinggi.

Perbedaan terbesar di antara Zen dan lainnya adalah bahwa orang lain perlu bergantung pada rezim latihan mereka untuk menghilangkan kotoran dari dalam tubuh mereka. Ini adalah proses yang sangat lambat dan menghabiskan banyak waktu yang bisa memakan waktu beberapa tahun atau dekade atau bahkan seumur hidup, tergantung pada orang yang melakukannya.

Namun, dari pengalaman yang Zen alami kemarin malam berarti dia sekarang harus dipukuli untuk mencapai level yang lebih tinggi. Dengan arus hangat yang membalut seluruh tubuhnya, yang memiliki efek yang sama dengan Pil Ajaib, dia bisa mengeluarkan kotoran dari tubuhnya lebih cepat.

Dibandingkan dengan orang lain yang bisa melakukannya melalui kerja keras untuk bisa mengeluarkan sedikit kotoran setiap tahun, pemurnian Zen terjadi seribu kali lebih cepat!

Zen telah mencapai puncak tingkat pemurnian daging sebelumnya, tetapi kemudian karena musibah itu dan dua tahun dia habiskan menjadi samsak, dia tetap berada di tingkat pemurnian daging karena dia tidak memiliki waktu untuk berlatih.

Tetapi setelah pukulan yang dia dapatkan hari ini, beberapa kotoran di tubuhnya telah dibersihkan. Dia merasa seolah-olah tubuhnya telah mengalami perubahan kualitatif; dagingnya sudah sangat murni dan melihat kotoran putih terang yang terlepas dari badannya ketika dia mandi, membuatnya percaya bahwa sebenarnya dia telah dimurnikan lebih lanjut.

Kotoran yang dikeluarkan dari daging biasanya adalah kotoran berwarna hitam, dan kotoran yang berwarna putih pucat itu seharusnya dikeluarkan dari tulangnya. Ini adalah bukti yang dia butuhkan untuk memastikan bahwa dia telah memasuki tingkat pemurnian tulang.

Zen melepas ranjang besinya karena antusias dan merasa kuat, lalu membuat tempat di kamarnya di ruang bawah tanah untuk latihan. Dia memulai latihannya dengan Tinju Cahaya Ungu. Seluruh tubuhnya dibalut dengan cahaya berwarna ungu saat dia berkonsentrasi. Cahaya yang ada di sekitar tubuhnya itu kira-kira sama dengan cahaya ungu di sekitar Perrin sebelumnya hari itu.

Tiba-tiba Zen melepaskan semua energinya melalui sebuah pukulan. Keheningan yang ada di ruang bawah tanah digantikan dengan suara dentuman yang tajam.

"Bummm!"

Suara kuat lainnya dihasilkan dari aliran udara yang tersebar. Ledakan itu mengguncang lilin, kertas, dan benda-benda kecil lainnya di ruang bawah tanah.

Sayangnya, ruang bawah tanah itu sempit, yang berarti Zen tidak memiliki banyak tempat. Tidak ada kunci batu atau manusia batu di sekitarnya di mana dia bisa mencoba kekuatannya. Zen juga tidak ingin membuat banyak suara karena itu akan membuat para penjaga bersiaga.

Namun, dia cukup menikmati kepuasan bahwa dia telah mencapai tingkat pemurnian tulang.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan (Bagian Satu)2 Bab 2 Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan (Bagian Dua)3 Bab 3 Metode Pemurnian Senjata (Bagian Satu)4 Bab 4 Metode Pemurnian Senjata (Bagian Dua)5 Bab 5 Tubuh yang Luar Biasa (Bagian Satu)6 Bab 6 Tubuh yang Luar Biasa (Bagian Dua)7 Bab 7 Zen Memukul Para Pelayan (Bagian Satu)8 Bab 8 Zen Memukul Para Pelayan (Bagian Dua)9 Bab 9 Krisis (Bagian Satu)10 Bab 10 Krisis (Bagian Dua)11 Bab 11 Upaya (Bagian Satu)12 Bab 12 Upaya (Bagian Dua)13 Bab 13 Hari Latihan Keluarga (Bagian Satu)14 Bab 14 Hari Latihan Keluarga (Bagian Dua)15 Bab 15 Pukulan Fatal (Bagian Satu)16 Bab 16 Pukulan Fatal (Bagian Dua)17 Bab 17 Tingkat Pemurnian Organ (Bagian Satu)18 Bab 18 Tingkat Pemurnian Organ (Bagian Dua)19 Bab 19 Evil Sang Pemurni Senjata (Bagian Satu)20 Bab 20 Evil Sang Pemurni Senjata (Bagian Dua)21 Bab 21 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Satu)22 Bab 22 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Dua)23 Bab 23 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Tiga)24 Bab 24 Api Hitam Dan Sisik Naga25 Bab 25 Kebebasan (Bagian Satu)26 Bab 26 Kebebasan (Bagian Dua)27 Bab 27 Kebebasan (Bagian Tiga)28 Bab 28 Ibukota Kaisar (Bagian Satu)29 Bab 29 Ibukota Kaisar (Bagian Dua)30 Bab 30 Provokasi (Bagian Satu)31 Bab 31 Provokasi (Bagian Dua)32 Bab 32 Ujian Awal (Bagian Satu)33 Bab 33 Ujian Awal (Bagian Dua)34 Bab 34 Tekanan Tak Terlihat (Bagian Satu)35 Bab 35 Tekanan Tak Terlihat (Bagian Dua)36 Bab 36 Lulus Ujian Awal (Bagian Satu)37 Bab 37 Lulus Ujian Awal (Bagian Dua)38 Bab 38 Aku Memiliki Ide yang Sangat Sederhana (Bagian satu)39 Bab 39 Aku Memiliki Ide yang Sangat Sederhana (Bagian Dua)40 Bab 40 Kejutan (Bagian Satu)41 Bab 41 Kejutan (Bagian Dua)42 Bab 42 Pil Panjang Umur43 Bab 43 Amarah Zen (Bagian Satu)44 Bab 44 Kemarahan Zen (Bagian Dua)45 Bab 45 Aku Menolak Menerimanya (Bagian Satu)46 Bab 46 Aku Menolak Menerimanya (Bagian Dua)47 Bab 47 Yan Luo48 Bab 48 Gunung Berdarah (Bagian Satu)49 Bab 49 Gunung Berdarah (Bagian Dua)50 Bab 50 Ryan Fang (Bagian Satu)51 Bab 51 Ryan Fang (Bagian Dua)52 Bab 52 Cara Terbaik Menyingkirkan Orang Bodoh (Bagian Satu)53 Bab 53 Cara Terbaik Menyingkirkan Orang Bodoh (Bagian Dua)54 Bab 54 Tujuh Klan Bangsawan Teratas55 Bab 55 Terpaksa Bertarung (Bagian Satu)56 Bab 56 Terpaksa Bertarung (Bagian Dua)57 Bab 57 Mati-matian Melawan (Bagian Satu)58 Bab 58 Mati-matian Melawan (Bagian Dua)59 Bab 59 Raksasa (Bagian Satu)60 Bab 60 Raksasa (Bagian Dua)61 Bab 61 Menggunakan Pisau Terbang (Bagian Satu)62 Bab 62 Menggunakan Pisau Terbang (Bagian Dua)63 Bab 63 Perasaan Tertekan64 Bab 64 Mendapatkan Kembali Pisau Terbang (Bagian Satu)65 Bab 65 Mendapatkan Kembali Pisau Terbang (Bagian Dua)66 Bab 66 Memilih Metode Pemurnian (Bagian Satu)67 Bab 67 Memilih Metode Pemurnian (Bagian Dua)68 Bab 68 Metode Kultivasi Tingkat Lima (Bagian Satu)69 Bab 69 Metode Kultivasi Tingkat Lima (Bagian Dua)70 Bab 70 Gunung Neraka (Bagian Satu)71 Bab 71 Gunung Neraka (Bagian Dua)72 Bab 72 Masalah Tiada Akhir73 Bab 73 Tantangan74 Bab 74 Melupakan Diri Sendiri Sepenuhnya (Bagian Satu)75 Bab 75 Melupakan Diri Sendiri Sepenuhnya (Bagian Dua)76 Bab 76 Permainan Kucing dan Tikus (Bagian Satu)77 Bab 77 Permainan Kucing Dan Tikus (Bagian Dua)78 Bab 78 Mencapai Tingkat Pemurnian Sumsum79 Bab 79 Tetap Tenang (Bagian Satu)80 Bab 80 Tetap Tenang (Bagian Dua)81 Bab 81 Tetap Tenang (Bagian Tiga)82 Bab 82 Kebenaran Yang Dingin Dan Keras83 Bab 83 Instruktur Su Yang Marah (Bagian Satu)84 Bab 84 Instruktur Su Yang Marah (Bagian Dua)85 Bab 85 Lapangan Parkir Langit Biru (Bagian Satu)86 Bab 86 Lapangan Parkir Langit Biru (Bagian Dua)87 Bab 87 Serangan Mendadak Di Langit (Bagian Satu)88 Bab 88 Serangan Mendadak Di Langit (Bagian Dua)89 Bab 89 Diselamatkan (Bagian Satu)90 Bab 90 Diselamatkan (Bagian Dua)91 Bab 91 Tantangan Yang Tak Terduga92 Bab 92 Mempermalukan Dirinya Sendiri (Bagian Satu)93 Bab 93 Mempermalukan Dirinya Sendiri (Bagian Dua)94 Bab 94 Kesempatan Dalam Kesempitan95 Bab 95 Panen Melimpah Inti Kristal (Bagian Satu)96 Bab 96 Panen Melimpah Inti Kristal (Bagian Dua)97 Bab 97 Nasib Tragis (Bagian Satu)98 Bab 98 Nasib Tragis (Bagian Dua)99 Bab 99 Binatang Raksasa Di Danau Lava100 Bab 100 Perubahan Menjadi Senjata Spiritual (Bagian Satu)