Senandung Rasa
an padahal kontraksi sudah hebat hingga tangan Jevan memerah karena cakaran kuku Lara, ia memberi tahu para pekerja di rumah yang ada tiga ora
beli saat Opa dan Oma berangkat haji lima belas tahun lalu. Pak Min, supir keluarga mengeluarkan alat penghisap debu, pekerja pria lainnya membuka semua jendela supaya sirkulasi
nya. Hingga tiba gilirannya, "Koh, ini belanjaan Ryuka." Gadis itu
Lyu?" tanya Eng
i luar kota, anak Bang Jevan mau lahi
, ini ide lo?" Engkoh men
adis itu tertawa begitu kencang. "Selama ini orang-orang bil
ia, mau malas telus apa lajin. Bisa aja lu bodoh belajal tapi lo ada kepintelan laen
uang tiga ratus ribu. "Uang pas ya, Koh,
lindu lama nggak main bulutangk
h, encok nanti, Koh," celetuk Ry
k motol!" Ryuka mengangguk. "Gue lebihin teh botol dua kotak ya!" teri
...! Salam bua
buah, teh biasa, air mineral, camilan, dan banyak makanan suguhan untuk p
ntik ...!" sa
lumpia isi ayam sama rebung, sini masuk, kamu cobain." Tangan Ryu
Tanpa sungkan, Ryuka masuk ke area dapur di mana a
da nih, ambil, mau yang mana,
il lumpia, la
esok, dua loyang ya, Papa sama Mama pulang nih, me
ah, cewek apa cowok?!" tanya si
amin anaknya, jadi biar kejutan pas udah lahir. Tapi samp
Anak pertama juga. Ini kuenya
tuk jari di atas lututnya. "Bolu kukus,
ibu. Lalu tak lama, si ibu beranjak dan memasukan beberapa
barin Tante, anaknya cewek atau cowok." Ryuka
" ucap Ryuka sembari
nya Mama kamu untuk bisa jadiin usaha kue Tante berbadan hu
bak Cantik, jadi nikahnya kapan? R
minta kamu yang jadi juru foto untuk pr
ia mengangguk cepat, kesempat
a ke sini nggak, untuk
ni ya, sekalian bawa contoh hasil gambarn
r Ryuka hingga ke pintu kaca toko. Garasi rumah itu di ubah menjadi lok
"Gratis, Mbak Cantik, kayak s
lagi ke arah rumah. Ia senyum-senyum sendiri, sesekali bersenandung, buah kesabaran lainnya, ia rindu kameranya, ia rindu motret, ia rindu melihat hasil gambarnya, sekara
*
m kulkas showcase yang ada di dapur. Wajah Nas
ka. Nasya menunduk sambi
elajaran, mohon maap, anda salah call
raya juga udah tau
kosong ke pintu dapur yang tersambung ke garasi. La
atapan Nasya memohon. Ryuka mengangguk. N
kak kelas, gimana dong, Kak..." Nasya mundur kembali, duduk sambil memasukan air botol mine
ik, wajahnya menegang. Nasya membekap bib
hampiri sambil memega
rbahak-bahak sampai guling-guling di lantai
!" Ryuka tertawa. Nasya menggeleng
ingung harus apa!" Ryuka si mulut rada ember it
tu tak enakan sama orang lain, selain kepada dirinya yang memang patut di ledek karena bodoh, Nasya tipe yang diam seperti Aira dan sedikit tertutup. Sedangkan Reyo, karena ia tau adiknya seperti it
asya menghampiri. Ia berdiri
k kamu?" Reyo bersede
a?" wajah Reyo
asya jawab, iya." N
ak kasih tau juga untuk samperin itu bocah. Kamu bilang 'enggak' kan bisa? K
dua SMP itu bahkan sampai me
" benta
, kelas berapa lagi." Na
o sudah mengadah di hadapan Nasya. Adikny
ndahin sekolah kamu. Masuk asrama. Masih kecil usah taksir-taksiran. Awas kamu!" omel Reyo
anggu urusan cinta monyet. Abang-abang kamu itu gualak ngalahin macan, jadi baik-baik deh, cowok-cowok yang suka-sukaan sama kamu kalau nggak mau di labrak Bang Je
ya. Ketua Osis sekolah, sama juara olimpi
li gebetan adeknya itu. "Nah ter
T sebelah, G
ma basket di lapangan RT kita
ng nembak adek lo si Garsa! Yang suka main basket dan bola sama lo! Samperin sana!" teriak
baik-baik anaknya. Nih, HP Nasya. Gue udah baca ch
i sekolah gimana?"
an pacaran!" omel Reyo sambi
! Full! Gue mau ke rumah sakit
nggak makan selit
l taksi burung biru. Muncul dua s
A!" teriak
e di kamar Reyo buru-buru turun. Ke empat anak Galang dan Aira meny
sam